1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
“Kinerja keuangan adalah suatu kegiatan untuk melakukan kegiatan pelaporan keuangan menurut standar keuangan yang telah ditetapkan”
Riyanto, 1998:253. “Performance kinerja keuangan bank sangat bersifat dinamis dan
tergantung pada konteks operasi dan sifat operasi retail atau kredit – financial service, serta skala operasi dan pasarnya. Hal ini mensiratkan bahwa
penelitian perlu dipertajam dengan mengarah pada penelitian bank menurut jenis, kelompok atau konteks tertentu, tidak bisa disama ratakan”
Tainio,1991. “Return On Assets ROA digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan Bank-Bank komersial di United State, oleh karena itu industri perbankan berusaha selalu menjaga ROA selalu dalam kondisi meningkat”
Scott, 2000: p:366-377. Bicara tentang kinerja keuangan maka dapat dikaitkan dengan laporan
keuangan. Sebagaimana laporan keuangan, menurut Schipper dan Vincent 2003 laporan keuangan financial statements merupakan alat utama bagi
perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen.
“Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal
2 yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka
butuhkan dari sumber langsung perusahaan” Tuti, 2009 Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan dalam kerangka
konseptual Financial Accounting Standards Board FASB bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk
keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggung jawaban
pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan SAK
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh investor,
kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan para analisis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan sumber daya ekonomi
perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan, dan informasi ini juga diharapkan menjadi pedoman bagi pemegang saham dan
investor potensial untuk menentukan kepentingan investasi mereka terhadap saham emiten.
“Kinerja kuangan adalah merupakan ukuran prestasi perusahaan maka keuntungan adalah merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para
manajer. Kinerja keuangan juga akan memberikan gambaran efisiensi atas pengunaan dana mengenai hasil akan memperoleh keuntungan dapat dilihat
setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak” Horne,1998:9. Kinerja keuangan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan dan
3 untuk mengetahui manajemen laba suatu Bank dilihat dari laporan keuangan
Bank itu sendiri. Dengan demikian, Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
pertimbangan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan,
dengan tujuan untuk memanipulasi besaran magnitude laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja keuangan
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang
dilaporkan Healy dan Wahlen, 1999.
“Terdapat banyak kasus tindakan manajemen laba earnings management yang telah memunculkan banyak kasus terutama pelaporan
akuntansi serta melibatkan pelaporan keuangan financial reporting yang terdeteksi adanya manipulasi” Boediono,2005.
Fenomena ini menunjukan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
informasi para penggunan laporan. Salah satunya penyebab kasus skandal tersebut adalah kurangnya penerapan good corporate governance.
Fenomena manajemen laba merupakan topik yang selama beberapa dekade terakhir ini sering muncul, baik dalam dunia akademik maupun bisnis.
Penelitian telah menunjukkan bahwa manajemen laba semakin luas dan hampir ada dalam setiap pelaporan keuangan yang dilaporkan oleh
perusahaan. Karena manajemen laba telah menjadi budaya perusahaan di seluruh dunia. Tidak hanya di negara dengan sistem bisnis yang sudah tertata,
namun juga terdapat di negara dengan sistem bisnis yang sudah tertata, seperti halnya Amerika Serikat. Manajemen laba ini merupakan suatu
permasalahan yang serius, karena rekayasa manajerial ini bisa merusak
4 tatanan ekonomi, etika dan moral. Rekayasa manajerial menyebabkan publik
meragukan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan.
Praktek manajemen laba terjadi di hampir semua perusahaan. Hal ini didasari oleh oleh macam-macam motivasi yang melatarbelakangi.
Selanjutnya, Watts dan Zimmerman 1986. Menyebutkan manajemen laba dilakukan berdasarkan tiga motivasi, yaitu:
1. Motivasi rencana bonus bonus plan Motivasi rencana bonus bonus plan yaitu
pemilihan metode akuntansi untuk menaikkan laba perusahaan. Jika besar bonus yang didapatkan manajer
didasarkan pada laba perusahaan, maka manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba
perusahaan.
2. Motivasi perjanjian hutang debt covenant Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt
to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan
meningkatkan laba perusahaan.
3. Motivasi biaya politik political cost Motivasi biaya politik political cost menyatakan
bahwa perusahaan yang mempunyai biaya politis maka akan menurunkan laba yang bertujuan untuk meminimalkan
biaya politik yang harus ditanggung oleh perusahaan. Selain itu, manajemen laba bisa digunakan untuk mengatasi
persaingan dengan perusahaan asing yang menyebabkan perusahaan memilih kebijakan akuntansi yang menurunkan
laba, sehingga terlihat bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan laba sebagai akibat persaingan
dengan perusahaan asing.
Selain 3 faktor yang diajukan Watts dan Zimmerman. Selanjutnya, Scott 1986:296- 306 mengemukakan beberapa faktor lain yang memotivasi
terjadinya manajemen laba, yaitu:
5 1. Taxation motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajer perusahaan yang paling utama untuk melakukan
manajemen laba. 2. Initial Public Offering IPO
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan yang melakukan penawaran. Pertama, untuk memperoleh
tambahan dana. Tambahan dana tersebut digunakan untuk membiayai dan mengembangkan usaha. Saat ini,
perusahaan cenderung lebih menyukai mencari modal di pasar modal dibandingkan dengan menggunakan dana
pinjaman atau hutang. Kedua, membagi resiko perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik maka pemilik tidak lagi
menanggung resiko perusahaan sendiri, karena akan ditanggung bersama dengan pemegang saham yang lain.
Untuk melakukan IPO ini, perusahaan perlu menyediakan prospektus yang berisi informasi mengenai nilai dan kondisi
perusahaan. Pada saat IPO, prospektus merupakan sumber satu-satunya yang dimiliki oleh calon investor. Minimnya
sumber informasi yang tersedia ini mendorong manajer perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan
cenderung menginformasikan hal yang positif agar calon investor merespon IPO ini secara positif. Manajer
perusahaan akan menyembunyikan atau mengubah informasi yang dapat membuat calon investor mempunyai
persepsi negatif terhadap perusahaan, yang dikhawatirkan akan mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut
jatuh.
“Praktek manajemen laba telah mengikis kepercayaan investor dalam kualitas pelaporan keuangan dan menghambat kelancaran arus modal di pasar
keuangan” Jackson dan Pitman, 2001. “Akibat dari manajemen laba juga dapat mengurangi keandalan laba karena laba yang dilaporkan menjadi bias
dan menyebabkan kesalahanpahaman dalam menggambarkan laba yang sebenarnya” Rusmin,2010.
Salah satu tujuan mewujudkan good corporate governance adalah untuk mengurangi adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh
manajer perusahaan.
6 Berdasarkan tujuan good corporate governance yaitu untuk
mengurangi adanya tindakan manajemen laba, muncul harapan yang ingin diwujudkan dengan adanya sistem pengawasan dan pengendalian sebagai
bagian dari prinsip good corporate governance, yaitu menurunnya manajemen laba dalam pengelolaaan sebuah perusahaan. Terlebih secara
empiris memang terbukti bahwa penerapan yang konsisten dari good corporate governance dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Kualitas laporan keuangan dapat meningkat karena penerapan yang konsisten dari good corporate governance dapat menghambat penyimpangan pada
laporan keuangan, laporan keuangan yang menyimpang tidak menggambarkan nilai fundamental dari perusahaan.
Manajer perusahaan ingin menunjukkan kinerja yang baik dapat memodifikasi laporan keuangan agar menghasilkan laba seperti yang
diinginkan oleh pemilik. Menurut Dechow 1994, manajer perusahaan sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan
dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan keuangan yang dibuatnya. Untuk melakukan manipulasi kinerja keuangan perusahaan, manajer perusahaan
melakukan manipulasi laba yang sering diartikan sebagai manajemen laba. Good corporate governance juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari Bank, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Kinerja keuangan ini dapat diukur
oleh faktor keberadaan manajamen laba dan penerapangood corporate governancedalam pengelolaan bank.indikator penerapan tersebut meliputi
7 kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,
proporsi dewan komisaris independen, komite audit. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan corporate
governance sebagaimana peneltian dari Ruth 2013 menguji pengaruh implementasi corporate governance terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa reputasi audit, serta indicator good corporate governance berpengaruh
signifikan terhadap manajmen laba. Sertauli 2011 menguji analisis pengaruh mekanisme good corporate
governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa hanya komisaris
independen yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Daniel 2011 menguji pengaruh struktur kepemilikan ukuran
perusahaan dan praktek corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa secara
simultan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktek corporate governance mempengaruhi kinerja keuangan
Tuti 2009 tentang mekanisme good corporate governance, manajmen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia bahwa secara simultan dari kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit memberikan pengaruh positif
tidak signifikan terhadap manajemen laba dan manajemen laba memberikan pengaruh negative tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.
8 Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Tuti 2009
yang telah menguji mekanisme good corporate governance manajmen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan kepemilikan direksi, ukuran dewan komisaris dan manajemen laba sebagai
variable intervening. Perbedaan juga terdapat pada periode peneltian yakni dari tahun 2011-2013 sedangkan sebelumnya 2006-2008 serta perbedaan
tempat penelitian yaitu di sector perbankan yang terdaftar di BEI. Beberapa alasan – mengapa peneliti memilih good corporate
governance pada bank menjadi perhatian sesuai kutipan yang peneliti simpulkan yaitu: menurut Stijn 2010 adalah :
a. Bank sebagai sebuah korporat. 1.
GCG dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan biaya modal
,sehingga dapat berdam pak terhadap biaya
pinjaman yang
disalurkan. 2.
GCG dapat mempengaruhi kinerja bank yaitu berdampak pada
biaya interm ediasi keuangan.
3. GCG dapat mempengaruhi bank dalam risk taking dan
risk of
financial crisis , baik untuk bank secara individu maupun bagi
sistem perbankan nasional
secara keseluruhan. b. Perilaku Bank mempengaruhi situasi perekonomian.
1. Bank memobilisasi dan mengalokasikan tabungan
masyarakat,sehingga bank merupakan sumber yang sangat penting dari pendanaan eksternal bagi
perusahaan.
2. Bank dapat mengerahkan GCG di perusahaan –
perusahaan ,terutama perusahaan kecil yang tidak memiliki akses langsung ke pasar keuangan.hal ini
akan tercermin dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan yang telah menjalankan GCG yang baik.
c. GCG sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
bank.
D an beberapa catatan yang m enyebabkan pelaksanaan GCG bank menjadi sangat special adalah
heavily regulated:given systemic importance, as failure can
9 lead to large output cost , more regulated dan Perbankan
menikmati manfaat dari jaring pengaman publik seperti lembaga penjamin simpanan, sehingga jaring pengaman
publik dapat memicu terciptanya moral hazard.
Setelah membaca peneltian terdahulu, maka peneliti membuat judul baru yaitu pengaruh penerapan good corporate governance kepemilikan
direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit terhadap kinerja keuangan dengan
menggunakan manajemen laba sebagai variable intervening: studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah