Pengertian Perjanjian Gadai Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)

22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN GADAI

A. Pengertian Perjanjian Gadai

Istilah lembaga hak jaminan “gadai” ini merupakan terjemahan kata pand atau vuistpand bahasa belanda, pledge atau pawn bahasa inggris, pfand atau faustpanfand bahasa Jerman. 17 Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka unsur-unsur atau elemen pokok gadai yaitu: Gadai diatur dalam buku II KUH Perdata, yaitu dalam Bab keduapuluh dari Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUH Perdata. Pasal-Pasal ini mengatur pengertian, objek, tata cara menggadaikan,dan hal lainnya berkenaan dengan hak jaminan gadai. Perumusan pengertian hukum gadai diatur dalam Pasal 1150 KUH Perdata sebagai berikut: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya: dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. 18 1. Gadai adalah jaminan untuk pelunasan utang 2. Gadai memberikan hak didahulukan atau hak preferent pelunasan hutang kepada debitur tertentu terhadap kreditur lainnya 17 Rachmadi usman, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 263. 18 Sutarno, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Jakarta, hal.228. 3. Objek gadai adalah barang bergerak. 4. Barang bergerak yang menjadi obyek gadai tersebut diserahkan kepada debitur dalam kekuasaan kreditur. Dari ketentuan Pasal 1150 KUH Perdata dapat dilihat bahwapara pihak yang telibat dalam perjanjian gadai, ada 2 dua, yaitu pihak berutang pemberi gadaidebitur dan pihak berpiutang penerima gadaikreditur. 19 Kadang-kadang di dalam gadai terlibat tiga pihak, yaitu debitur pihak yang berhutang, pemberi gadai, yaitu pihak yang menyerahkan benda gadai dan pemegang gadai, yaitu kreditur yang menguasai benda gadai sebagai jaminan piutangnya. 20 Kedudukan pemegang gadai di sini lebih kuat dari pemegang fidusia, karena benda jaminan berada dalam penguasaan kreditor. Dalam hal ini kreditor terhindar dari iktikad jahat te kwader trouw pemberi gadai,sebab dalam gadai benda jaminan sama sekali tidak boleh berada dalam penguasaan inbezitstelling pemberi gadai. 21 Dalam hukum adat, gadai juga dikenal dengan istilah jual gadai. Jual gadai, atau dalam bahasa Jawa disebut adol sende, dalam bahasa Sunda disebut gade atau ngajual akad, dan dalam bahasa Minangkabau disebut sando, adalah persetujuan dengan pemilik tanah menyerahkan tananhnya kepada pihak lain yang membayar sejumlah uang atau benda, dan selama tanah tersebut belum ditebus oleh pemiliknya atau ahli warisnya maka selama itu pula penerima gadai atau 19 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan Hukum Perikatan, Nuansa Mulia, Bandung, 2007, hal. 43. 20 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1997, hal.89. Selanjutnya sebagai Mariam Darus Badrulzaman 1 21 Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 261. ahliwarisnya berhak menguasai tanah tersebut. 22 Sedangkan didalam persepsi Perusahaan Umum PT pegadaian perkataan “gadai” di kenal dengan istilah “Kredit gadai”. Kredit gadai pada PT pegadaian secara resmi dinamakan Kredit Cepat Aman KCA dan dituangkan dalam surat bukti kredit SBK. Menurut Pedoman Operasional Pegadaian Kredit Cepat dan Aman Non Online dalam Bab IE mengenai pengertian danistilah umum, yang dimaksud dengan Kredit Cepat Aman KCA adalah : Menguasai dalam hal ini tidak hanya berarti menahan tetapi juga mengolah dan menikmati hasil tanah tersebut. 23 1. Persamaan “Penyediaan uang pinjaman melalui sistem gadai sesuai dengan Pasal 1150 BW s.d 1160 BW, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara Pegadaian dengan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga atau sewa modal dan biaya-biaya lain.” Pengertian gadai yang diberikan oleh PT Pegadaian diatas mempunyai perbedaan dengan defenisi gadai pada Pasal 1150 KUH Perdata, begitu juga dengan gadai didalam hukum adat. Gadai yang berlaku dalam PT Pegadaian tetap berlandaskan pada KUH Perdata, dan gadai yang tersapat dalam KUH Perdata serta PT Pegadaian ini berbeda dengangadai dalam Hukum Adat. Dengan demikian terdapat perbandingan yang diatur dalamKUH Perdata, Hukum Adat, dan PT Pegadaian yaitu: a. Sama-sama merupakan perutangan yang timbul dari perjanjian timbal balik dilapangan hukum harta kekayaan. 22 Ifan Noor Adham,Perbandingan Hukum Gadai di Indonesia, Tatanusa, Jakarta, 2009, hal. 59. 23 Hasil riset pada PT Pegadaian Kanwil I Medan, hari Selasa, tanggal 9 Desember 2014, pukul 10.00. b. Sama-sama merupakan pemberian jaminan yang bendanya harus diserahkan kedalam kekuasaan si kreditur pemegang gadai. 24 2. Perbedaan 25 a. Gadai dalam KUH Perdata dan PT Pegadaian merupakan suatu perjanjian yang didahului perjanjian hutang-piutang pinjam uang dengan jaminan benda bergerak; Sedangkan dalam hukum adat gadai bukan merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang tetapi merupakan suatu transaksi tanah. b. Gadai dalam KUH Perdata dan PT Pegadaian merupakan perjanjianaccessoir tambahan untuk menjamin terlaksananya atau terpenuhinya perjanjian pokok; Sedangkan pada gadai adat perjanjian yang diadakan antara para pihak merupakan transaksi yang berdiri sendiri. c. Objek jaminan gadai dalam KUH Perdata adalah benda bergerak; objek jaminan gadai pada PT Pegadaian adalah benda bergerak yang diatur di dalam Surat Edaran Direksi; Sedangkan objek gadai adat adalah tanah. d. Gadai dalam KUH Perdata dan PT pegadaian, pemberi gadai harus melunasi hutangnya dalam waktu yang telah ditetapkan bersama. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan benda gadai tidak ditebus, maka penerima gadaipand demi hukum dapat melaksanakan eksekusi seperti menjual atau melelangnya tanpa melalui pengadilan untuk dijadikan jaminan pelunasan hutang. 24 Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Hak Hak Yang Memberi Jaminan Jilid 2, Ind Hill-Co, Jakarta, 2009, hal.42. 25 Ibid. Sedangkan dalam hukum adat, tanah yang digadaikan tidak bisa secara otomatis dimiliki si penerima gadai jika tanah tersebut tidak ditebus oleh si pemberi gadai. 26 e. Perihal gadai dalam KUH Perdata instrumen bunga dapat ditetapkan berdasarkan Pasal 1158 KUH Perdata yang menyatakan bahwa penerima gadai berhak untuk memperhitungkan bunga yang keluar dari benda gadai yang dipegang olehnya sebagai jaminan dengan piutangnya kepada debitor dan dengan pokok utang jika piutangnya tidak menghasilkan bunga. 27 Perihal gadai di dalam PT Pegadaian, didalam Pedoman Operasional Pegadaian Kredit Cepat dan Aman Non Online bunga atau sewa modal ditetapkan, sewa modal merupakan sejumlah uang yang dibayar oleh nasabah kepada Pegadaian atas jasa kredit gadai, dihitung sejak tanggal menggadai sampai dengan tanggal pelunasan, berdasarkan kelipatan 15 hari. Sedangkan perihal gadai dalam hukum adat, bunga tidak dapat diterapkan karena bunga termasuk dalam riba dan riba merupakan sesuatu yang dilarang. 28 Dengan demikian gadai yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah gadai pada PT Pegadaian bukan gadai yang berlaku menurut KUH 26 Loc.cit., hal.44. 27 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya bakti, Bandung, 1991, hal. 143.selanjutnya sebagai J. Satrio1 28 Ifan Noor Adham, Op. cit., hal. 69. Perdatamaupun hukum adat, akan tetapi peraturan gadai yang terdapat pada PT Pegadaian tetap berlandaskan pada KUH Perdata. Pada umumnya gadai dapat diartikan sebagai suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak. Kata “gadai” dalam Pasal 1150 KUH Perdata digunakan dalam dua arti, yaitu: pertama, untuk menunjuk kepadanya bendanya benda gadai, videPasal 1152 KUH Perdata; dan kedua, tertuju kepada haknya hak gadai, seperti pada Pasal 1150 KUH Perdata. 29 Dari definisi gadai dalam Pasal 1150 dapat dikatakan bahwa gadai merupakan perjanjian riil, yaitu perjanjian yang disamping kata sepakat diperlukan suatu perbuatan nyata dalam hal ini penyerahan kekuasaan atas barang gadai. 30 Di dalam perjanjian gadai, ada asas-asas hukum perjanjian yang dipakai dan berlaku yaitu : Penyerahan yang dimaksud dalam Pasal ini adalah penyerahan yang dilakukan oleh debitur sebagai pemberi gadai dan ditujukan kepada kreditur sebagai penerima gadai. Perjanjian gadai menimbulkan hubungan hukum antara pemegang gadai dengan pemberi gadai dimana memberikan kewajiban-kewajiban pada masing-masing pihak. Hak gadai terjadi dengan memperjanjikannya terlebih dahulu, hal ini berarti terjadinya hak gadai tersebut baru ada setelah proses perjanjian gadai dilaksanakan. 31 29 Ibid., hal. 263. 30 Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 93. 31 M. Syukran Lubis , Gadai Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, diakses dari http:syukran-lubis.blogspot.com201202blog-post.html, diakses padatanggal 10 April 2015 pukul 10.00 WIB. a. Asas Kebebasan Membuat Perjanjian Asas ini mengandung arti bahwa para pihak dalam perjanjian bebas menentukan hak dan kewajibannya. Asas ini disebut juga dengan asas kebebasan berkontrak, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak ini tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang. b. Asas Konsensualitas Asas ini mempunyai arti bahwa suatu perjanjian lahir sejak detik tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak . Hal ini sesuai dengan salah satu syarat sahnya suatu perjanjian Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata. c. Asas KepatutanItikad baik Asas ini lebih mengutamakan kepatutan atau kesesuaian antara debitur dan kreditur untuk melakukan dan melaksanakan perjanjian dengan itikad baik. Hal ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata. Selanjutnya untuk sahnya persetujuan pemberian gadai, maka haruslah memenuhi syarat-syarat sah suatu perjanjian yang di atur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu : 1. Sepakat mereka yang membuat perjanjian. 2. Cakap untuk membuat perjanjian. 3. Mengenai suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. Dalam KUH Perdata tentang bentuk perjanjian tidak disyaratkan apa-apa. Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian gadai adalah bebas tidak terikat oleh suatu bentuk tertentu artinya dapat diadakan secara lisan maupun tertulis. Di dalam praktiknya, perjanjian gadai ini dilakukan dalam bentuk akta dibawah tangan yang ditandatangani oleh pemberi gadai dan penerima gadai. 32 Perjanjian yang dibuat oleh PT Pegadaian ini termasuk perjanjian standard, sebab perjanjiannya dicetak dalam bentuk formulir, yang telah disediakan lebih dahulu oleh PT Pegadaian, dimana bentuk, isi, dan syarat-syaratnya telah ditentukan PT Pegadaian secara sepihak. Perjanjian pinjam uang ini dituangkan dalam surat bukti kredit SBK. 33 Pengertian Surat Bukti Kredit menurutPedoman Operasional Pegadaian KCA Non Online dalam Bab IE mengenai pengertian dan istilah umumadalah surat bukti perjanjian kredit gadai antara Pegadaian sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur yang berisi kesepakatan bersama, yang ditandatangani kedua belah pihak. SBK ini nantinya digunakan untuk saling memantau diantara kedua belah pihak, apakah prestasi telah dijalankan atau bahkan telah terjadi wanprestasi, dan bila ada pihak yang dirugikan telah memiliki alat bukti untuk mengajukan suatu tuntutan kepada pihak lain. 34 32 H Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal.44. 33 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Creditverband, Gadai dan Fiducia, Alumni, Bandung, 1979, hal.76. selanjutnya sebagai Mariam Darus Badrulzaman2 34 DessyHamrina, Op. cit., hal. 61. Hal-hal kosong dalam formulir permintaan kredit yang perlu dilengkapi nasabah tersebut yaitu identitas nasabah dan barang jaminan kredit, yang meliputi nama, alamat, jenis barang jaminan, jumlah taksiran, jumlah pinjaman, tanggal kredit, dan tanggal jatuh tempo. Perjanjian gadai pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, hanya saja perbedaannya disini terdapat pada adanya barang dalam perjanjian gadai, yang digunakan sebagai jaminan bahwa debitur akan melunasi hutangnya kepada kreditur. Pada hakikatnya perjanjian gadai terjadi apabila debitur atau pemberi gadai menyerahkan benda bergerak sebagai jaminan kepada si kreditur atau pemegang gadai dan kreditur diberi kekuasaan untuk mengambil pelunasan dengan menjual barang jaminan itu apabila debitur wanprestasi. Perjanjiangadai merupakan perjanjian accessoir, artinya merupakan perjanjian tambahan terhadap perjanjian pokok, yaitu perjanjian pinjam- meminjam uang. 35 35 Djaja S.Meliala, Op. cit, hal.44. Yang dimaksud perjanjian pokok yaitu perjanjian antara pemberi gadai atau debitur dengan pemegang gadai atau kreditur yang membuktikan kreditur telah memberikan pinjaman kepada kreditur yang dijamin dengan gadai. Dalam hal ini penguasaan benda gadai oleh kreditur merupakan syarat esensial bagi lahirnya gadai. Ketentuan mengenai bentuk perjanjian gadai dapat dilihat dalam Pasal 1151 KUH Perdata yang berbunyi “Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk membuktikan perjanjian pokoknya”.

B. Sifat-sifat Umum Gadai

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

7 118 98

Tinjauan Hukum Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

1 12 98

Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)

0 0 21

Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)

0 6 25

Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan) Chapter III V

0 1 50

Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)

0 0 4

Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)

0 0 8

Tinjauan Hukum Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

0 1 7

BAB II PT. PEGADAIAN (PERSERO) KANWIL 1 MEDAN A. Sejarah Singkat PT. Pegadaian (Persero) - Sistem Pengendalian Intern Atas Penyaluran Kredit Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil 1 Medan

2 4 15

BAB II PROFIL PT. PEGADAIAN (PERSERO) KANWIL I MEDAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan - Sistem Pengendalian Internal Gaji dan Upah Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan

0 6 18