9
perbandingan mengenai mahar menurut enakmen UU keluarga Islam pahang dan Kompilasi Hukum Islam.
Perbedaan skripsi ini dengan penulis bahwa skripsi ini lebih menekankan pada kajian mahar menurut enakamen sedangkan pembahasan
skripsi penulis fokus terhadap konsep mahar dalam CLD KHI
F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya ke dalam lima bab, yaitu:
BAB PERTAMA
Berisi tentang pendahuluan yang memuat latar belakangpembahasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
review kepustakaan, dan sistematika penulisan.
BAB KEDUA Berisi kajian teoretis tentang mahar yang meliputi pengertian mahar, dasar
hukum mahar, syarat mahar, bentuk dan kadar mahar, dan macam-macam mahar.
BAB KETIGA Berisi tentang deskripsi umum CLD KHI yang memuat latarbelakang
pembentukan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam, faktor-faktor lahirnya Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam, sistematika dan
pendekatan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam, deskripsi mahar
dalam Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam
BAB KEEMPAT
10
Berisi tentang analisa konsepsi mahar dalam Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam suatu analisa kritis, analisa penulis.
BAB KELIMA Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran serta akan dilengkapi
dengan daftar pustaka.
BAB II KAJIAN TEORETIS TENTANG MAHAR
A. Pengertian Mahar
Secara etimologis, kata “mahar” berasal dari bahasa Arab dan termasuk kata benda bentuk abstrak atau masdar, yakni mahran
ْﻬ ًﺮ
ا
atau kata kerja, yakni fi’il dari mahara-yamharu-mahran
ﻬ ﺮ
- ْﻬ
ﺮ -
ْﻬ ًﺮ
ا
, lalu
dibakukan dengan kata benda mufrad, yakni
ا ْﻬ
ﺮ
, sedangkan pemakaian katanya disebut mahar perempuan
ْﻬ ﺮ
ة ْا
ْﺮ أة
.
Artinya membayar mahar
ﺟ ﺎَﻬَﻟ
ًﺮْﻬَﻣ ا
atau memberinya mahar .
1
ﺎ ْ أ ه
ﺎ ْﻬ
ًﺮ ا
dan kini sudah diindonesiakan dengan kata yang sama yakni mahar atau karena kebiasaan
pembayaran mahar dengan emas, maka mahar diidentikkan dengan maskawin. Di dalam bahasa syarak istilah mahar biasa disebut:
2
ا ﺪ
قا و
ا ْ
ﺔ و
ْا ﺮ
ْ ﻀ
ﺔ , وْا
ﻷ ْﺟ
ﺮ و
ْا ﺎ
و ْا
ْﺮ ,
و ْا
ءﺎ
yang kesemuanya mempunyai satu pengertian yaitu pemberian yang penuh kerelaan.
3
Sedangkan menurut terminologis mahar ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk
menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya
4
, atau suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik
1
Ibrahim Madkur, Al-Mu’jam al-Wasit, Beirut: Dar al-Fikr, t.th, Jilid 2, h. 889
2
Beni Ahmad Saebani, “Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-Undang Perspektif Fiqh Munakahat dan UU No.11974 tentang Poligami dan Problematikanya
,” Bandung: Pustaka Setia, 2008, h. 93
3
Amir Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003, h. 97
4
Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakat, Bandung: Pustaka Setia, 1999, h. 105
11