Pembangunan Ekonomi URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Pembangunan Ekonomi

Pembahasan tentang masalah pembangunan ekonomi bukanlah suatu perkembangan baru dalam ilmu ekonomi karena studi tentang pembangunan ekonomi tersebut telah menarik perhatian para pakar ekonomi sejak zaman Kaum Merkantilis, Kaum Klasik, sampai Marx dan Keynes. Ahli-ahli ekonomi tersebut mengemukakan teorinya tentang pembangunan ekonomi. Adam Smith misalnya, yang terkenal dengan bukunya An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations 1776 mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada kemampuan negara tersebut dalam menabung dan dorongan berinvestasi. Smith juga memperhatikan ukuran pasar yang dimiliki suatu negara. Sebab luas pasar sangat mempengaruhi volume produksi yang akhirnya tergantung pada tingkat pendapatan. Ukuran pasar dapat mempengaruhi produktivitas dan pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk menabung dan dorongan berinvestasi. Selain itu, dalam bukunya yang berjudul The Progress of Wealth Buku II yang dikembangkan dari bukunya berjudul Principles of Political Economy 1820, Thomas Robert Malthus mengemukakan salah satu gagasannya mengenai konsep pembangunan, khususnya bidang ekonomi bahwa pembangunan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan penduduk suatu negara. Universitas Sumatera Utara Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut. Malthus mendefenisikan masalah pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang menjelaskan perbedaan Gross National Product potensial “kemampuan menghasilkan kekayaan” dan Gross National Product actual “kekayaan aktual”. Tetapi masalah pokoknya adalah bagaimana mencapai tingkat Gross National Product potensial yang tinggi. Mudrajat Kuncoro 2004 juga memberikan gagasannya bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas, bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan Produk Domestik Bruto PDB per tahun saja, melainkan juga memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan demikian, pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDBPNB. Universitas Sumatera Utara Arsyad 1999 mendefenisikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan endogenous development dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal daerah. Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Duplikasi mentah-mentah pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Safi’i 2007 menyatakan bahwa asumsi yang melatarbelakangi konsep pertumbuhan ekonomi adalah dengan tingginya tingkat pertumbuhan, maka pemerataan pendapatan dapat dicapai. Artinya, pembangunan ekonomi harus terlebih dahulu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, baru kemudian pemerataan ekonomi akan tampak. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi tidak selalu berbanding lurus linier dengan tingkat pemerataan pendapatan. Universitas Sumatera Utara

2.2 Otonomi Daerah