25
2.3.2 Teknik-Teknik Jujutsu
Teknik-teknik Jujutsu pada garis besarnya terdiri atas atemi waza menyerang bagian yang lemah dari tubuh lawan, kansetsu wazagyakudori
mengunci persendian lawan dan nage waza menjatuhkan lawan. Setiap aliran Jujutsu memiliki caranya sendiri untuk melakukan teknik-teknik tersebut diatas.
Teknik-teknik tersebut lahir dari metode pembelaan diri kaum Samurai prajurit perang jaman dahulu di saat mereka kehilangan pedangnya, atau tidak ingin
menggunakan pedangnya misalnya karena tidak ingin melukai atau membunuh lawan.
Jujutsu tidak sama dengan beladiri karate atau beladiri aliran keras lainnya. Jujutsu adalah beladiri aliran halus dan tidak pernah melawan tenaga lawan.
Pukulan dari lawan tidak ditangkis dengan keras melainkan selalu dihindari baik kearah luar maupun kearah dalam. Posisi tangan selalu berusaha menepis
serangan, bukan memblok atau menangkis dengan keras. Karena seorang jujutsuka praktisi jujutsu justru berusaha membuat agar lawan membuka
pertahanannya sendiri saat dia menyerang. Jadi, seorang jujutsuka harus bersifat pasif tetapi cerdik dalam arti mampu memancing lawan agar menyerang terlebih
dahulu supaya titik kelemahannya dapat terbuka dan bisa diserang. Oleh karena itu para jujutsuka harus selalu mengingat bahwa intisari jujutsu adalah tai sabaki
menghindar dan atemi pengetahuan akan cara menyerang kelemahan lawan. Didalam Jujutsu, teknik tendangan dan pukulan tidak sama dengan karate.
Tendangan tidak digunakan untuk menyerang duluan, tetapi untuk menghentikan serangan pukulan lawan karena kaki lebih panjang jangkauannya dari tangan.
Tendangan jujutsu sebagian besar selalu diarahkan ke bagian kaki dan sasaran-
Universitas Sumatera Utara
26 sasaran rendah lainnya karena tendangan tinggi akan mengganggu keseimbangan
jujutsuka sendiri. Serangan siku hiji ate sering digunakan dalam jujutsu namun jarang menjadi serangan yang bersifat sendiri, melainkan selalu dikombinasikan
dengan hindaran dan tepisan. Sasaran yang lazim dari serangan siku adalah ulu hati, rusuk, dagu dan tengkuk lawan. Dalam melakukan serangan siku, posisi
kuda-kuda kamae harus benar karena kalau tidak benar akan mengganggu keseimbangan jujutsuka sendiri.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB III JUJUTSU DALAM SEJARAH BELADIRI DI JEPANG
3.1 Sejarah Awal Jujutsu
‘Webster’s dictionary’ mendefinisikan jujutsu sebagai “an art of weaponless fighting employing holds, throws and paralyzing blows to subdue or
disable an opponent” yang berarti sebuah seni pertarungan tanpa senjata yang menggunakan pegangan, lemparan dan pukulan yang melumpuhkan untuk
menahan atau menundukkan lawan. Defenisi ini tidak salah tetapi kurang sempurna. Untuk memahami jujutsu penting untuk melihat asal dan prinsip
fundamental yang mendasari sistem beladiri yang luas ini. Asal-usul jujutsu sebagian besar hilang dalam masa prasejarah Jepang.
Bahkan sebelum samurai ada, jujutsu telah dikembangkan dan digunakan dalam bertarung. Tercatat didalam Nihon Shoki buku sejarah kuno Jepang
menyebutkan bahwa ada perkelahian yang terjadi pada tahun 230 SM. Pertarungan ini terjadi antara Takemi-kazuchi-nokami dan Takemi-nakata-no-
kami, dimana Takemi-kazuchi-no-kami memegang sendi lengan lawannya dan melemparkannya ke tanah dan Takemi-kazuchi-no-kami pun menjadi penguasa
atas kemenangannya. Satu pertarungan berdarah yang lain adalah pertarungan antara
Nomino-sukune dan Taimano-kehaya. Nomino-sukune memukul dada lawannya dengan tangan, melemparkannya ke tanah dan mencekiknya hingga
mati. Cerita pertarungan ini adalah rekaman awal dari Jujutsu. Selanjutnya Jujutsu muncul dalam sebuah literatur yang disebut Konjaku-
monogatari pada abad ke-11. Selama berabad-abad jujutsu disebut dengan nama-
Universitas Sumatera Utara