Perkembangan Jujutsu JUJUTSU DALAM SEJARAH BELADIRI DI JEPANG

33 tradisional di Jepang adalah hasil pengembangan dari pengetahuan yang terdapat di dalam buku tersebut. Seni beladiri yang bersumber dari ajaran Amatsu Tatara antara lain: Kuki Shin-ryu seni beladiri keluarga Kuki, Kijin Chosui-ryu dan Shinden Fudo-ryu. Kuki Shin-ryu spesialisasinya adalah bertempur di medan perang dengan berbagai senjata, sedangkan Chosui-ryu dan Shinden Fudo-ryu lebih ke tangan kosong. Juga dikenal Hontai Takagi Yoshin-ryu Jujutsu, yaitu suatu aliran Yoshin-ryu andalan keluarga Takagi yang bersahabat dengan keluarga Kuki. Seni Jujutsu dari aliran Yoshin-ryu diadopsi oleh Kuki Shin-ryu, sebaliknya seni tongkat Kukishin- ryu diadopsi oleh Yoshin-ryu. Aliran Yoshin-ryu gunanya untuk bertempur di dalam istana. Kemudian juga dikenal Gyokko-ryu dan koto-ryu keduanya seni jujutsu yang juga dikuasai para Ninja, gunanya untuk beladiri praktis saat sedang dalam perjalanan dan Togakure-ryu seni para Ninja, spesialisasinya pada berbagai macam senjata rahasia, teknik melarikan diri dari sergapan lawan dan teknik menelusup ke istana musuh. Aliran-aliran jujutsu yang disebutkan diatas adalah beberapa yang sangat dikenal hingga sekarang, namun merupakan sedikit dari aliran-aliran jujutsu kuno yang tidak dapat penulis jabarkan satu persatu karena jumlahnya yang banyak.

3.2 Perkembangan Jujutsu

Pada masa sebelum Tokugawa, samurai dibutuhkan untuk bisa ahli dalam kemampuan bertempur. Kemampuan dalam seni beladiri Kyujutsu, kenjutsu, bajutsu, sojutsu dan kumi uchi jujutsu adalah diantaranya. Beladiri ini adalah bagian dari bugei (武芸)yang luas atau seni beladiri yang penting dalam pertempuran di masa feudal Jepang. Beladiri yang diajarkan khusus dalam satu Universitas Sumatera Utara 34 keluarga yang dipelajari oleh para pelayan dan anggota keluarganya disebut dengan ryu atau satu aliran tersendiri. Ryu (流)biasanya diterjemahkan sebagai aliran dan biasanya banyak perbedaan yang diajarkan diantara suatu ryu. Dalam usaha mempersiapkan anggota keluarga mereka untuk cukup siap bertarung, pengajar ryu mengajarkan jujutsu dalam kesatuan bugei yang luas Taijutsu, wajutsu, torite dan yawara adalah beberapa sebutan lain dari jujutsu. Tanpa memandang nama yang digunakan, prinsip yang mendasari menjadikan jujutsu sebagai pelajaran kedua dan satu bagian dari keseluruhan yang bukan terpisah sendiri. Tidak sampai masa edo 1603-1868 jujutsu menjadi istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan teknik yang cakupannya luas ini. Periode ini dianggap sebagai masa emas jujutsu, ketika ryu-ryu maju dan teknik- teknik mencapai level tertingginya. Bersamaan dengan datangnya keshogunan Tokugawa dan penguasaannya terhadap Jepang di awal tahun 1600-an. Pertarungan di medan perang menjadi satu hal dari masa lalu. Beberapa ryu mulai mencerminkan perubahan ini. Samurai mampu untuk berkonsentrasi dalam satu aspek pertarungan dan mencoba menguasai seluruh aspek tersebut. Sebagaimana perkelahian sampai mati tidak disetujui oleh pemerintah, teknik-teknik yang keras mulai berkurang dan kemampuan untuk mengkontrol atau melumpuhkan lawan menggunakan metode yang tidak mematikan menjadi bernilai dan dihormati. Selama lebih dari 200 tahun kekuasaan Tokugawa, kedamaian menyeluruh muncul di Jepang. Tokugawa menutup Jepang dari dunia luar dan dengan ketat mengontrol dan mengatur sampai detail-detail yang kecil, masyarakat Jepang dicegah untuk kembali ke keadaan mereka yang terdahulu dari kerusuhan sipil Universitas Sumatera Utara 35 oleh pemerintahan tokugawa dan menghukum berat bagi mereka-mereka yang tidak mematuhi. Semenjak periode ini jujutsu mencapai zennya dan mendapat pengaruh dari teknik beladiri china seperti kempo. Bersamaan dengan munculnya keshogunan tokugawa dan penyatuan jepang di awal tahun 1600-an. Peperangan menjadi terhenti dan peluang untuk menguji senjata melawan senjata menjadi jarang. Pertarungan tanpa senjata lebih umum dan jujutsu memasuki masa keemasannya. Teknik jujutsu mulai mencerminkan perubahan ini dalam aplikasi dan beberapa pengajar membuka pintu mereka kepada para pelajar dari kelas pedagang. Jujutsu pada awalnya sebuah seni beladiri di medan pertempuran yang diajarkan sebagai sebuah skill pelengkap bersamaan dengan penggunaan senjata, utamanya pedang. Sebagai pedagang, atau orang-orang non samurai, dilarang untuk membawa pedang dan senjata. Pada tahun 1868, kaisar Meiji mengeluarkan dekrit yang pada intinya adalah membubarkan kaum samurai. Hak-hak istimewa kaum samurai dicabut dan mereka dilarang keras membawa pedangnya didepan umum. Kaum samurai tentu saja tidak terima akan keputusan ini, dan pada tahun 1871. mereka mencoba untuk memberontak di bawah pimpinan bangsawan Saigo. Akan tetapi, pemberontakan ini dihancurkan oleh tentara kaisar yang memakai persenjataan modern dari Barat. Maka punahlah kekuasaan kaum samurai yang sudah dipegang selama berabad- abad. Bersamaan dengan hilangnya kekuasaan kaum samurai, seni berperang jaman kuno yang mereka miliki juga lambat laun menjadi punah karena sudah ada seni berperang dan peralatan tempur yang lebih canggih, seperti yang dimiliki Universitas Sumatera Utara 36 oleh bangsa barat. Kaisar Meiji mengadopsi teknologi militer barat dan tentara kekaisaran Jepang dilatih dengan cara barat. Seni kesatria Bujutsu, tentunya juga termasuk jujutsu, memudar dan menjadi ‘Seni yang Hilang’, hanya dipelajari oleh kalangan tertentu, misalnya oleh keturunan-keturunan kaum samurai yang masih berusaha melestarikan ajaran nenek moyangnya. Jujutsu telah mencapai sebuah reputasi sebagai sebuah seni yang menyalahi jaman, sesuatu yang tidak dipelajari oleh orang-orang yang berkualitas. Jujutsu berhutang banyak dalam mempertahankannya pada Jigoro Kano lewat kodokan judo nya. Sebagai seorang yang mempelajari jujutsu tradisional, kano menyadari bahwa jujutsu dalam bahaya dan akan dibuang oleh hasrat orang Jepang yang kini merangkul semua hal yang modern dan dari barat. Dengan mengambil dari aliran kito-ryu dan tenshin shinyo ryu, kano mengembangkan sebuah bentuk budo dari jujutsu pada tahun 1882 dan dengan menekankan prinsip dari shieryoku zenyo efisiensi maksimal dengan usaha yang minimal kano dan murid-murid seniornya diantara mereka banyak yang ahli dalam aliran jujutsu yang lain menciptakan seni beladiri yang paling terstruktur dengan baik yang pernah ada. Sistem ranking yudanshamudansha, sabuk berwarna. Gi dan ukemi adalah pengembangan dan perbaikan oleh kodokan judo. Jigoro Kano yang pada waktu itu menjabat sebagai opsir tinggi kementrian pendidikan Jepang memutuskan untuk melakukan modernisasi dan reformasi akan seni beladiri jujutsu. Kano banyak melakukan riset tentang negara- negara barat, dan beliau melihat bahwa seni beladiri barat seperti Boxing dan Wrestling dapat dijadikan sebagai cabang olahraga atau sport yang aman dan dapat dimainkan semua orang. Universitas Sumatera Utara 37 Kano sejak masa mudanya mendalami jujutsu aliran kito-ryu dan beberapa aliran lainnya sampai mencapai taraf mahir dan dapat membuka Dojo. Untuk memenuhi cita-citanya dalam menciptakan olahraga yang setaraf dengan Wrestling, Kano mengumpulkan para ahli jujutsu dari berbagai aliran antara lain Tozuka Hidemi dari Yoshin-ryu, Saigo Shiro dari Daito-ryu, Aoyage Kihei dari Sosui Shitsu-ryu, Mataemon Tanabe dari Fusen-ryu, dan lain-lain, lalu meminta mereka untuk menyumbangkan teknik-teknik yang mereka miliki. Kemudian teknik-teknik tersebut dimodifikasi agar dapat dikembangkan menjadi cabang olahraga yang setaraf dengan Wrestling dari barat. Maka lahirlah beladiri Kodokan Judo. Dalam bentuk olahraganya disebut Shiai Judo atau Sport Judo, Judo adalah jenis olah raga gulat dengan memakai dogi pakaian khas umumnya beladiri Jepang yang berwarna putih. Teknik yang dipentaskan hanyalah yang tidak terlalu berbahaya, seperti membanting, menindih, dan menjepit. Teknik untuk memaksa lawan menyerah dibatasi, hanya boleh menekan sendi siku kansetsuwaza dan menekan urat leher shimewaza. Akan tetapi, Kano juga tetap melestarikan beberapa teknik jujutsu kuno didalam bentuk kata, antara lain: Kimenokata, Junokata, Kimeshiki, Koshikinokata, dan lain-lain. Menurut Kano, Judo adalah seni beladiri yang komplit karena teknik selain mengandung bentuk pertandingan Shiai atau Randori juga mengandung teknik untuk pertarungan sesungguhnya Shinken Shobu yang dipelajari dalam bentuk kata. Oleh karena itu, saat itu muncul istilah: “judo” dan “jujutsu” adalah sama, “judo” adalah berlatih dengan sahabat didalam Dojo, sedangkan “jujutsu” adalah saat membela diri saat terdesak. Universitas Sumatera Utara 38 Kano juga memodernisasikan metode pengajaran jujutsu. Di masa lalu, seorang murid yang mempelajari jujutsu tidak memperoleh “sabuk” atau “sertifikat” tanda lulus ujian, melainkan memperoleh menkyo atau Lisensi dan densho atau gulungan naskah. Pada Lisensi tersebut biasanya tertulis jumlah teknik yang sudah dikuasai, deskripsi dan daftar dari teknik-teknik dalam perguruan yang bersangkutan. Orang yang sudah menguasai seluruh teknik dalam suatu perguruan akan mendapatkan Lisensi menkyokaiden yang artinya “sudah menguasai semua pelajaran dari aliran”. Akan tetapi, sistem pembelajaran seperti ini dianggap kurang efektif oleh Kano karena tidak ada standar yang baku mengenai berapa lama masa pendidikan yang diperlukan oleh seseorang untuk menamatkan suatu tingkat, dan berapa tingkat yang ada di dalam sebuah perguruan. Oleh Kano, sistem ini dimodifikasi dengan memperkenalkan sistem sabuk Mudansha-Yudansha sebagai pengganti sistem lisensi dan densho. Seorang yang baru belajar judo disebut mudansha, yaitu dianggap belum mendapat tingkat “DAN”, dia harus melalui tingkatan kyu ada beberapa tingkatan kyu, mulai dari kyu-8 sampai kyu-1, dan setelah itu baru mulai mendapat tingkat yudansha, yaitu tingkat dimana seseorang dianggap sudah mulai memahami judo. Tingkat yudansha dibagi menjadi DAN-1 shodan, yaitu tingkatan seorang murid yang sudah dianggap mempelajari semua teknik dasar, sampai tingkat DAN-10, dimana DAN-10 dianggap sebagai pencapaian tertinggi. Sistem Kano ini dianggap lebih logis dan efektif di masa itu sehingga hampir semua aliran beladiri lainnya seperti aikido, shotokan, goju-ryu, wado-ryu, kendo, iaido, naginatado, dan daitoryu kemudian mengadopsi sistim sabuk mudansha- yudansha disebut juga Kyu-dan System. Universitas Sumatera Utara 39 Sejak tahun 1882 sampai dengan wafatnya pada tahun 1936, Jigoro Kano banyak merekrut para jujutsuka praktisi jujutsu terkemuka, mengajari mereka judo, dan mengutus mereka ke seluruh dunia untuk menyebarkan seni beladiri jujutsu dan olah raga judo. Murid-murid Kano seperti Tani Yukio, Koizumi Gunji, Maeda Mitsuyo, Okazaki Seichiro, dan lain-lain pergi ke seluruh pelosok dunia untuk mengembangkan seni beladiri. Karena mereka semua sudah menjadi ahli jujutsu sebelum belajar dari Kano, mereka juga tetap mengajarkan teknik jujutsu kepada bangsa lain, bahkan sebagian dari mereka tetap menggunakan jujutsu pada masa itu dieja oleh orang barat sebagai “ju-jitsu” atau jiu-jitsu”, bukan menggunakan nama judo. Sebagian dari sekolah-sekolah “ju-jitsu” atau jiu-jitsu” yang sekarang masih lestari di negara-negara barat, seperti Miyamama-ryu, Danzan-ryu dan lain-lain lahir pada masa ini. Pada masa sebelum Perang Dunia II, transformasi dari “Bujutsu” menjadi “Budo” telah mencapai tahap yang hampir final dan “modern budo” dilahirkan dari bentuk-bentuk yang lama, dimana jujutsu melahirkan judo dan kenjutsu melahirkan kendo, disusul oleh aikido yang juga lahir dari jujutsu dan karatedo lahir dari Okinawate atau Kempo dari Okinawa. Sebelum pecahnya Perang Dunia II, banyak ahli judo dan jujutsu yang berimigrasi ke negara-negara Barat, terutama pada tahun 1920-an. Mereka adalah orang-orang yang sudah mengenal jujutsu, kemudian dididik judo oleh Kano di Kodokan dan diperintahkan untuk menyebarkan judo ke luar negeri supaya judo menjadi olahraga di Olimpiade usaha ini terwujud pada tahun 1964. Mereka juga tetap dilatih jujutsu supaya mereka bisa membeladirinya jika ditentang berkelahi oleh orang-orang Barat yang terkenal suka berkelahi. Diantara para ahli Universitas Sumatera Utara 40 tersebut antara lain yang berimigrasi ke Prancis, yaitu Kawaishi Mikonosuke; yang berimigrasi ke Inggris yaitu Uenishi Sadakazu, Abe Kenshiro dan Tani Yukio; yang berimigrasi ke Rusia adalah Oschepkov orang Rusia tetapi lahir di Jepang dan menjadi warga negara Jepang. Dari ajaran Oschepkov inilah lahir sambo, yaitu kombinasi judo dengan gulat Rusia. Yang berimigrasi ke Brazil adalah Maeda Mitsuyo yang dikemudian hari ia dikenang sebagai pelopor Brazilian Jiujitsu. Sedangkan yang mengembangkan di Amerika Serikat antara lain Okazaki Seichiro dan Mitose Masayoshi. Saat-saat menjelang pecahnya Perang Dunia II, beberapa orang ahli judo dan jujutsu yang sudah menetap di negara Barat memutuskan untuk bersumpah setia kepada pemerintah Amerika Serikat. Diantaranya adalah Mitose Masayoshi dan Okazaki Seichiro. Mereka kemudian mengajarkan seni beladirinya kepada tentara Amerika Serikat dan sekutu termasuk juga tentara Belanda. Oleh karena itu tentara sekutu dan juga tentara Belanda mendapatkan pelajaran judo dan jujutsu ini yang pada masa itu disebut Combat Judo. Adapun perguruan dari Mitose Masayoshi masih berdiri hingga kini di negara Amerika Serikat, namanya adalah Kosho-ryu Kenpo Jujitsu, sedangkan perguruan dari Okazaki Seichiro disebut Koden-Kan Danzan-ryu Jujutsu. Pada tahun 1942 meletuslah perang dunia II yang berakhir dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu tiga tahun kemudian. Para serdadu barat yang menduduki Jepang berkesempatan untuk mempelajari jujutsu sebagian ada juga yang belajar karate, judo dan lain-lain. Setelah mereka kembali ke negaranya masing-masing, mereka membuka sekolah-sekolah jujutsu. Sebagian dari para serdadu ini ada yang mempertahankan jujutsu semurni-murninya sesuai dengan Universitas Sumatera Utara 41 tradisi yang mereka pelajari. Sebagian ada yang memodifikasi jujutsu supaya sesuai dengan situasi barat, tetapi tetap mempertahankan beberapa tradisi jujutsu. Sebagian lagi yang menggabungkan berbagai macam beladiri yang mereka pelajari di Jepang seperti karate, judo, aikido dan lain-lain lalu menamakan penggabungannya ini sebagai jujutsu. Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II perguruan kodokan ditutup atas perintah panglima perang Amerika yaitu Jenderal Mac Arthur. Kegiatan kendo, naginatado, jukendo dan judo resmi yang diorganisasi pemerintah juga dilarang. Karena judo dan jujutsu dianggap sama maka perguruan-perguruan jujutsu banyak yang menutup diri dan hanya mengajar secara sembunyi-sembunyi. Akibatnya, jujutsu mengalami kemunduran. Sebaliknya perguruan beladiri lain seperti karate, shorinji kempo dan aikido berkembang pesat karena tidak terkena pelarangan dari Mac Arthur. Tentara Amerika mengizinkan perguruan-perguruan tersebut dibuka karena dianggap bukan beladiri asli Jepang. Karate dianggap bukan beladiri Jepang melainkan beladiri Okinawa yaitu kepulauan jajahan Jepang yang terletak di Taiwan sebelah utara. Shorinji Kempo hasil karya So Doshin dianggap bukan beladiri Jepang melainkan ajaran Budha dari China. Sementara itu, aikido dianggap bukan seni beladiri melainkan sebagai ajaran spiritual dari Ueshiba Morihei. Beladiri judo dan perguruan kodokan baru boleh beroperasi kembali pada tahun 1948 setelah ketua Kodokan pada masa itu Kano Risei anak Jigoro Kano bersumpah setia kepada Mac Arthur bahwa judo yang akan diajarkan adalah yang bersifat olahraga judo dan bukan judo militer atau combat judo. Karena itulah dalam pengajaran judo jaman sekarang, teknik-teknik jujutsu combat judo tidak Universitas Sumatera Utara 42 lagi ditekankan tetapi sudah banyak yang menghilang. Hal yang tersisa hanyalah beberapa puluh gerakan yang sempat distandarisasikan pada tahun 1950-an oleh murid-murid Kano yang mana gerakan-gerakan ini sekarang dikenal dengan nama “Kime no Kata” dan “Kodokan Goshin Jutsu”. Namun gerakan-gerakan ini tergolong dan sedikit sekali judoka masa kini yang menguasainya. Organisasi jujutsu sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 1950-an dengan sekolah-sekolah yang tertua antara lain didirikan oleh Battling Ong di Bandung dan Jiu Jitsu Club Indonesia JCI di bawah bimbingan M.A Effendi dan R. Antoni di Jakarta. Mereka adalah murid dari Ferry Soneville yang belajar jujutsu dari tentara-tentara Belanda saat menjelang perang dunia II di sebuah tempat latihan jujutsu yang digabung dengan tempat latihan tinju dan anggar di daerah menteng, Jakarta. Karena berasal dari orang asing, non-jepang, maka jujutsu dikenal dalam ejaan barat “Jiu Jitsu” atau “Jujitsu” dan tidak memiliki afiliasi atau honbu di Jepang. Jujutsu berkembang pesat di Indonesia pada tahun 1960-an sampai 1980- an di bawah Institut Jiujitsu Indonesia IJI dengan tokoh-tokohnya antara lain adalah Firman Yosua Sitompul dengan cabang-cabangnya antara lain berada di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Didalam institut ini diajarkan teknik self-defense menghadapi rantai, celurit dan golok yang merupakan senjata yang lazim dijumpai di Indonesia tetapi tidak ada di Jepang. Teknik beladiri kungfu dan silat juga diadopsi sehingga menjadikannya berbeda dengan beladiri induknya di Jepang. Dengan demikian jujutsu yang di ajari tidak murni pada tradisi Jepang melainkan selalu berinovasi dengan kemajuan jaman dengan mengadopsi teknik, metode, dan ide dari beladiri lain seperti judo, karate, dan beladiri dari Indonesia sendiri. Universitas Sumatera Utara 43 Selain Institut Jiujitsu Indonesia IJI, dalam perkembangan jujutsu di Indonesia, terdapat juga banyak perguruan dan club-club jujutsu yang diantaranya adalah Jiujitsu Club Indonesia JCI, Goshinbudo Jujutsu Indonesia GBI, Indonesian Brazilian Jiujitsu Federation IBJJF dan Ninpo Bugei Indonesia NBI. Pada tahun 2002 lahirlah Asosiasi Jujutsu Seluruh Indonesia JUSINDO atau juga dikenal dengan nama Jepangnya “Zen-Indonesia Jujutsu Kyokai ZIJK. Organisasi ini lahir untuk mempersatukan perguruan-perguruan jujutsu di Indonesia yang pada umumnya memiliki dua perbedaan yaitu yang masih murni pengajaran asli dari Jepang dan mempertahankan kontak dengan dengan negara Jepang dan yang diciptakan atau dilahirkan dari hasil pemikiran bangsa Indonesia sendiri. Sehingga masing-masing perguruan dapat saling berbagi pengalaman dan pengajaran. Mereka yang belajar seni asli dari Jepang dapat belajar seni jujutsu modifikasi, sebaliknya yang belajar seni jujutsu modifikasi dapat belajar bentuk jujutsu yang aslinya dari Jepang. Organisasi ini juga berafiliasi dengan organisasi- organisasi jujutsu internasional, yaitu Kokusai Jujutsu Renmei KJJR yang bertempat di Jepang, Kokusai Dentokan Renmei yang bertempat di Amerika Serikat, Kokusai Jissen Budo Kyokai KJBK di negara Bosnia-Serbia dan Harold Brosious Ketsugo Jujutsu Schools of Self-Defense di Amerika Serikat. Saat ini telah banyak club dan perguruan-perguruan jujutsu di Indonesia yang telah bergabung dengan JUSINDO, diantaranya adalah Goshin Budo Jujutsu GBI, Jiujitsu Club Indonesia JCI, Ninpo Bugei Indonesia NBI dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 44 Berikut Silsilah umum Jujutsu dalam bagan : Yoshin-ryu Jujutsu Tenjin Shinyo- Ryu Jujutsu Shindo Yoshin-ryu Jujutsu Fukuno-ryu Jujutsu Wado-ryu Karatedo Kito-ryu Jujutsu Danzan-ryu, Brazilian Jujutsu, dll. Ryoishin-ryu Jujutsu Modern Karate Daito-ryu Aiki Jujutsu Jujutsu Aliran Kombinasi Modern Sport Judo Kodokan Judo Dentokan Aiki Jujutsu Aikido Beladiri Bangsa Lain Kick Boxing, Silat, Gulat, dll. Modern Aikido Aikikai, Tomiki, dll Hakko-ryu Universitas Sumatera Utara 45

3.3 Jujutsu Dewasa Ini