11
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SENI BELADIRI, BELADIRI DI
JEPANG DAN JUJUTSU
2.1 Seni Beladiri
Seni beladiri adalah perpaduan unsur seni, teknik membeladiri, olahraga, serta olahbatin spiritual yang didalamnya terdapat muatan seni budaya
masyarakat dimana seni beladiri itu lahir dan berkembang. Perkembangan seni beladiri, terus berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat.
Seni beladiri mempunyai peranan dalam memberikan kontribusi perkembangan seni budaya masyarakat di suatu daerah Haryo, 2005:V.
Pada dasarnya masyarakat mengenal seni beladiri sebagai suatu metode yang dilatih oleh seseorang untuk membeladiri dari tindak kekerasan terhadap
dirinya. Seni beladiri juga dikenal sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di berbagai pertandingan resmi pada berbagai turnamen. Selain
itu pula, ada kecenderungan yang selama ini dipahami oleh kebanyakan orang bahwa belajar seni beladiri hanya untuk belajar berkelahi dan membuat orang
cenderung menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan setiap persoalan. Hal demikian dapat dimengerti, karena maraknya tontonan dan bacaan yang
menggambarkan seni beladiri hanya dari aspek kekerasan saja dan sebagai suatu unsur hiburan.
Ilmu beladiri merupakan suatu metode yang terstruktur, yang digunakan oleh manusia untuk melindungi dirinya dari serangan manusia lainnya. Memang
naluri untuk membeladiri sudah ada pada diri manusia sejak manusia dilahirkan.
Universitas Sumatera Utara
12 Sebagai contoh yang sederhana, kalau kita berhadapan dengan cahaya
menyilaukan maka secara otomatis kita akan memalingkan wajah atau menutup mata supaya mata kita terhindar dari cahaya tersebut. Inilah yang disebut refleks
atau naluri. Pada saat manusia berkonfrontasi secara fisik dengan manusia lainnya,
maka pilihannya adalah melarikan diri, menyerah pada kehendak lawan, atau melawan. Pilihan melawan akan menghasilkan sebuah perkelahian dimana pihak-
pihak yang berkelahi akan berusaha melukai atau menyakiti lawannya. Dari perkelahian-perkelahian ini terciptalah teknik beladiri untuk menghindari
serangan lawan dan untuk menyerang atau menyakiti lawan. Manusia menciptakan teknik beladiri tersebut tentunya dengan
pengamatan bahwa tubuh manusia ternyata rentan terhadap cedera. Dari pengamatan bahwa manusia dapat mengalami cedera kalau jatuh dari tempat yang
tinggi maka terciptalah teknik bantingan. Manusia dapat mengalami cedera kalau terkena benturan benda keras, terciptalah teknik untuk mencederai lawan melalui
teknik pukulan, tendangan dan hantaman lainnya. Sendi-sendi tulang manusia dapat bergeser dari letaknya kalau diputar atau dipelintir kearah yang berlawanan,
maka terciptalah teknik kuncian dan mematahkan tulang. Kemudian setelah memahami bahaya dari teknik-teknik tersebut, manusia belajar untuk
menghindarinya, maka lahirlah teknik menghindar, menangkis, melepaskan diri dan sebagainya.
Setelah mengalami evolusi selama bertahun-tahun, teknik-teknik menghindari serangan lawan dan menyerang lawan ini makin lama makin
disempurnakan, kemudian oleh para seniman beladiri, teknik-teknik ini dibuatkan
Universitas Sumatera Utara
13 kurikulum dan metode latihannya. Pada saat telah tercipta sebuah kurikulum yang
terdiri dari kumpulan teknik-teknik menghindari serangan lawan dan menyerang lawan, dan ada metode latihan tertentu untuk mempelajari teknik tersebut, serta
dilengkapi dengan seni merangkai gerak dan keindahan gerak, kemudian ada pemahaman mengenai kesadaran untuk menjaga kesehatan fisik dan mental,
memanfaatkan ilmu beladiri untuk pengobatan, dan adanya kaitan ilmu beladiri dalam mendorong munculnya kesadaran spiritual, maka muncullah pemahaman
mengenai seni beladiri secara proposional, seperti yang disempurnakan oleh seniman beladiri pada masa yang lalu.
Dalam perjalanan hidupnya, umat manusia dari berbagai bangsa tentunya tidak lepas dari konflikkonfrontasi yaitu peperangan untuk mempertahankan diri
dari serangan lawan, memperebutkan wilayah untuk mencari atau mempertahankan sumber mata pencaharian. Sehingga tidak heran kalau semua
bangsa pun mengembangkan mengembangkan seni beladirinya masing-masing. Bangsa barat mengenal gulat Pankration yang dikembangkan oleh bangsa
Yunani, Romawi dan Mesir, dan sudah ada sejak tahun 2000 SM. Sedangkan dunia timur mengenal quanfa atau kungfu dari Shaolin yang lahir seiring dengan
berkembangnya agama Buddha 600-400 SM. Dari kedua sumber utama inilah lahir berbagai seni beladiri kuno,
misalnya gulat Greco-Roman dari RomawiYunani, savate dari Perancis. Boxing tinju dari Inggris, gulat Turki, gulat Mongol, gulat Dungal Indo-Pakistani,
kalaripayat di India, Bando di Burma, silat di Indonesia, Uchinandi atau Okinawa Kenpo dari Okinawa, Jujutsu di Jepang, Taekkyon di Korea dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
14 Kemudian setelah Perang Dunia II, seni beladiri kuno diadaptasi untuk
situasi modern, sehingga menghasilkan berbagai aliran seni beladiri seperti yang kita kenal sekarang, seperti Judo, Karate, Aikido, Jeet Kuno Do, Jujutsu gaya
Brazil, hapkido, taekwondo dan lain-lain.
2.2 Seni Beladiri Jepang