Sikap Perawat Komponen Pencitraan Perawat

44 3. Citra Harapan Wish Image. Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi yang hendak ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra sebuah insitusi adalah positif. 4. Citra Perusahaan Corporate Image. Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya. 5. Citra Sebaneka Multiple Image. Citra ini adalah komplimen pelengkap dari corporate image sebagai contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk,tampilan gedung dan lain sebagainya. 6. Citra Penampilan Performance Image. Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan.

4. Komponen Pencitraan Perawat

Pencitraan perawat puskesmas yang dapat dinilai berdasarkan teori profesionalisme perawat dari perspektif klien yaitu diantaranya adalah sikap perawat dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di puskesmas Widyarini, 2005.

4.1 Sikap Perawat

Menurut Purwanto 2008, dikutip dari Gibson, 1997, menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan Universitas Sumatera Utara 45 pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan pandangan, kepribadian dan motivasi. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap kerja perawat adalah tindakan yang diambil perawat dalam kegiatan pelayanan sesuai dengan etika dan wewenang profesi keperawatan sebagai wujud dari kecenderungan perasaan puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya Purwanto, 2008. Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis rela berkorban Sianturi, 2004. Profesionalisme perawat dalam perspektif klien Widyarini, 2005 bahwa klien menilai sikap afektif dalam pelayanan yang diberikan meliputi tanggung jawab perawat, kepekaan terhadap klien, kepastian pelayanan yang diberikan assurance dan adanya empati dari perawat tersebut. Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam melaksanakan tugas. Tanggung jawab Universitas Sumatera Utara 46 perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya Yosep, 2001. Perawat juga bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan informed consent atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Selain itu mempertahankan dan melindungi hak- hak klien dengan pelayanan sebaik-baiknya harus dilakukan oleh perawat, karena klien yang sakit dan dirawat akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan Mubarok, 2005. Menurut Kozier 1983 beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya : 1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien sincere intereset Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”. 2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya explanation about the delay. Misalnya ; Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”. 3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai respect yang ditunjukkan dengan perilaku perawat. Misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dan sebagainya. 4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien subjects the patiens desires bukan pada kepentingan atau keinginan perawat, misalnya Universitas Sumatera Utara 47 “Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”. 5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina derogatory misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi”. 6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien see the patient point of view. Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah. Kepekaan atau Responsiveness yang dimaksud yaitu kepekaan terhadap kebutuhan pasien yang diiringi dengan tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tersebut dan membantu memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa membedakan unsur SARA Suku, Agama, Ras dan Golongan pasien Hadjam, 2001. Kepastian pelayanan atau assurrance yaitu mengenai tata cara, rincian biaya layanan dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian layanan tersebut. Hal ini sangat penting karena pelanggan tidak boleh ragu-ragu terhadap pelayanan yang diberikan Ikhsan Yogi, 2007. Selain itu juga mencakup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pada perawat, bebas dari bahaya, resiko, keragua-raguan, memiliki kompetensi, percaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran Tjiptono, 1996, dalam Fitri dan Kuntjoro, 2007. Universitas Sumatera Utara 48 Empati merupakan kemampuan untuk memahami dan memperhatikan kondisi psikologis pasien, yang dalam hal ini diperlukan upaya untuk memberikan kenyamanan kepada pasien Hadjam, 2001. Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati, yaitu: 1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan. 2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi. 3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan empatinya. 4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan hebat Kuswahyudi, 2008.

4.2 Ketrampilan Perawat