Perubahan pH Media HASIL DAN PEMBAHASAN

33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perubahan pH Media

Media kultur perlakuan yang diuji dalam proses biosolubilisasi menunjukkan terjadinya perubahan pH selama inkubasi hingga hari ke-28 Gambar 8. Secara statistik uji anova satu arah menunjukkan bahwa media perlakuan mempengaruhi nilai pH media p ≤0,05 Lampiran 6. Pengaruh perlakuan terhadap nilai pH disebabkan adanya kombinasi agen pengsolubilisasi pada masing-masing perlakuan Tabel 2. Hasil uji statistik lanjutan yaitu uji Duncan p=0,05 menunjukkan perlakuan A MSS + batubara steril 5 memiliki nilai pH tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perubahan pH pada perlakuan A MSS + batubara steril 5 terjadi akibat adanya proses agitasi. Proses agitasi mengakibatkan terlepasnya sulfur anorganik selama masa inkubasi Wise, 1990. Batubara mengandung sulfur dalam bentuk anorganik dalam bentuk sulfit dan sulfat Speight, 1994. Selain itu, tingginya nilai pH media A MSS + batubara steril 5 Gambar 8 disebabkan tidak diinduksikan kapang Trichoderma sp. Penambahan spora kapang Trichoderma sp. menciptakan kondisi yang lebih asam dibuktikan dengan nilai pH media perlakuan B MSS + batubara steril 5 + Trichoderma sp. menunjukkan nilai pH yang paling rendah Gambar 8. 34 Gambar 8. Nilai pH pada media perlakuan A MSS + batubara steril 5, B MSS + batubara steril 5 + Trichoderma sp., C MSS + batubara mentah 5 dan D MSS + batubara mentah 5 + Trichoderma sp. yang diinkubasi pada suhu ruang dan agitasi 120 rpm. Pada pencuplikan hari ke-2, 7, 14, dan 21 terjadi penurunan pH dalam semua media kultur perlakuan termasuk pada media kultur perlakuan A MSS + batubara steril 5. Keadaan tersebut menunjukkan telah terjadinya aktivitas metabolisme di dalam media yang dilakukan baik oleh mikroba indigenus maupun oleh kapang Trichoderma sp. bahkan kolaborasi di antara keduanya kecuali pada media perlakuan A MSS + batubara steril 5. Penurunan pH dapat disebabkan oleh pembentukan asam-asam organik berupa asam karboksilat, asam fulvat yang merupakan senyawa humat yang terdapat dalam batubara. Produksi asam humat dan fulvat sebagai produk biosolubilisasi dibuktikan dengan pengukuran kadarnya pada parameter terjadinya biosolubilisasi Gambar 13. Hal tersebut serupa 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 7 14 21 28 pH Waktu hari A B C D 2 35 dengan penelitian yang dilakukan Arianto dkk. 2005 yang menyatakan penurunan pH disebabkan terurainya komponen batubara berupa asam humat dan fulvat. Batubara yang mengandung senyawa sulfur Speight, 1994 diduga mengalami desulfurisasi yaitu pelarutan sulfur ke dalam media cair dalam bentuk ion sulfat SO 4 2- sehingga terbentuk asam sulfat Hammel, 1996 sehingga menciptakan kondisi media asam. Keasaman media juga disebabkan dalam proses biosolubilisasi batubara terbentuk produk berupa fenol, aldehid dan gugus keton Shi dkk., 2009. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus benzena dan hidroksi, bersifat asam dan mudah dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Keton juga bersifat asam karena terbentuk dari oksidasi alkohol sekunder. Keberadaan senyawa asam organik terkait erat dengan aktivitas degradasi kapang yang melibatkan enzim di antaranya lignin peroksidase, fenol oksidase, dan mangan peroksidase Sugoro dkk., 2011. Pada akhir masa inkubasi hari ke-28 terjadi sedikit kenaikan nilai pH kecuali pada media perlakuan A MSS + batubara steril 5 Gambar 8. Peningkatan nilai pH tersebut diduga disebabkan terbentuknya senyawa amonia hasil penguraian senyawa piridin dalam batubara yang larut dalam media dan bereaksi dengan air membentuk ammonium hidroksida NH 4 OH yang bersifat basa lemah Yin dkk., 2009. Nilai pH yang meningkat juga diduga disebabkan lisisnya sel di dalam media kultur akibat mulai terbentuknya zat sisa metabolit yang bersifat racun untuk sel. Sel yang lisis di dalam media, kemudian terdeaminasi kembali sebagai sumber nitrogen untuk metabolisme mikroba yang masih bertahan sehingga terjadi efek buffering Kirk dkk., 1986. Keberadaan 36 senyawa alkali seperti ammonium dapat meningkatkan hidrosifilitas sehingga batubara dapat bercampur dengan air dan media Fakoussa Hofrichter, 1999.

4.2. Perubahan Populasi Bakteri dan Fungi