Mikroba Indigenus dan Kapang

19

2.4. Mikroba Indigenus dan Kapang

Trichoderma sp. Mikroba indigenus merupakan mikroba-mikroba setempat atau mikroba pribumi pada suatu substrat. Kehidupan mikroba indigenus tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim, temperatur, maupun kelembapan Waluyo, 2009. Hasil penelitian Pokorný dkk. 2005 menyatakan batubara lignit mentah mengandung mikroba berupa Prokariota dan Eukariota fungi. Kompleksitas dan heterogen komponen penyusun batubara mengakibatkan proses biosolubilisasi kemungkinan tidak dapat dilakukan oleh satu jenis mikroba. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian yang mengkaji konsorsium antara mikroba indigenus dengan kapang yang berpotensi dalam proses biosolubilisasi. Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya mudah dilihat karena penampakannya berserabut seperti kapas. Kapang terdiri atas suatu tallus yang tersusun dari filamen bercabang yang disebut hifa. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang, kemudian akan membentuk suatu massa hifa yang disebut miselium Fardiaz, 1989. Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis kapang dengan klasifikasinya adalah filum: Ascomycota, kelas: Euascomycetes, ordo: Hypocreales, famili: Hypocreaceae, genus: Trichoderma, spesies: Trichoderma sp. Persoon ex Gray in 1801. Ciri-ciri spesifik kapang tersebut adalah miselium memiliki septat, konidia bercabang banyak, septat, dan ujung percabangannya merupakan sterigma, membentuk konidia bulat atau oval, berwarna hijau terang, 20 berbentuk bola-bola berlendir Fardiaz, 1989. Jamur dari genus Trichoderma dikenal sebagai penghasil enzim hidrolitik, selulase, pektinase dan xilonase yang mampu mendegradasi polisakarida kompleks seperti selulosa, pektin, hemiselulosa dan xilan. Sudah banyak jamur dari genus ini digunakan untuk kepentingan industri dan pertanian, diantaranya Trichoderma harzianum dan Trichoderma reesei yang mampu mensekresikan selulase dan hemiselulase yang cukup besar, sedangkan sintesis selulase akan meningkat pada serat selulosa yang dapat larut seperti selubiosa Martina dkk., 2002. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sugoro dkk. 2011 kapang Trichoderma sp. memiliki kemampuan tertinggi dalam mengsolubilisasi batubara dari 7 kapang isolat yang berhasil diisolasi pada tanah dan batubara. Oleh sebab itu, melihat potensi yang dimiliki kapang Trichoderma sp. dilakukan penelitian lebih lanjut terutama mengamati produk akhir yang dihasilkan dalam proses biosolubilisasi. Gambar 7. Trichoderma sp. www2.Ac-lycon.com Fungi mendegradasi batubara terutama jenis lignit meliputi mekanisme, diantaranya sekresi senyawa alkalin yang dapat berupa ammonia Quigley dkk., Konidia Sterigma Konidiofora 21 1988; Quigley dkk., 1989, sekresi chelator yang merupakan senyawa organik yang berperan dalam melepaskan ikatan kompleks logam yang terikat pada molekul batubara, seperti asam oksalat, asam malat, asam etilendiamina tetraasetat EDTA, asam salisilat, trietanolamina TEA dan 1, 10-fenantrolin Fakoussa, 1994, dan sekresi enzim berupa enzim pendegradasi lignin secara umum dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu lakase Lac dan peroksidase lignin peroksidase LiP dan mangan peroksidase MnP Perez dkk., 2002. 22

2.5. Kerangka Berpikir