23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian berlangsung mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Tempat penelitian dilakukan yaitu, di Badan Tenaga Nuklir Nasional
BATAN Pasar Jum’at, Lebak Bulus, Jakarta Selatan dan Laboratorium Pangan
Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat utama yang digunakan adalah kromatografi gas - spektrometer massa GCMS Shimadzu QP 2010, Laminar Air Flow Cabinet LAFC,
spektrofotometer UV-Vis Spectronic Genesys 2, spektrometer Fourier Transform Infra Red FTIR, mikroskop berkamera Nikon, timbangan analitik, autoklaf,
refrigerator, shaking inkubator, pH meter dan saringan berukuran 100 mesh. Bahan–bahan yang digunakan adalah batubara jenis lignit dengan ukuran 100
mesh yang berasal dari Sumatera Selatan, Minimal Salt Solution MSS 1 g NH
4 2
SO
4
, 0,52 g MgSO
4
.7H
2
O, 5 g KH
2
PO
4
, 0,005 g FeSO
4
, 0,003 g ZnSO
4
.7H
2
O dan 0,003 g MnCl
2
lalu ditambah akuades hingga volumenya mencapai 1000 ml , Potato Dextrose Agar PDA, Trypticase Soy Broth TSB
agar bakto, sukrosa, ekstrak ragi, aseton, KH
2
PO
4
, alumunium foil, akuades, alkohol 70, larutan fisiologis NaCl 0,85, alkohol 96, lugol, crystal violet,
safranin, benzen, heksana, dietil eter, glukosa 0-250 ppm, H
2
SO
4
, K
2
Cr
2
O
7,
serbuk KBr kering dan isolat kapang Trichoderma sp. Komposisi media yang
24
digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Media.
Konsentrasi dipekatkan 2 kali
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Persiapan dan Sterilisasi Alat
Alat–alat gelas yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan, lalu disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121
o
C pada tekanan 1 atm selama 15 menit. Peralatan yang tidak tahan panas disterilkan dengan menggunakan alkohol
70 Waluyo, 2008.
3.3.2. Persiapan Serbuk Batubara
Batubara asal Sumatera Selatan digerus dengan mortar secara aseptik di dalam LAFC kemudian disaring menggunakan penyaring dengan ukuran 100
mesh dan diayak. Sampel batubara yang berhasil tersaring ditimbang masing- masing 25 g sebanyak empat kali. Batubara ditempatkan ke dalam petri yang
sebelumnya dilapisi alumunium foil. Dua petri berisi batubara yang disterilisasi Nama
Media Agar
g MSS
ml PDA
ml TSB
ml Ekstra
k Ragi g
Sukrosa g
Serbuk batubar
a g Keterangan
MSS+ -
500 -
- 0,05
0,5 25
Biosolubilisas i
PDMA -
500 500
- -
- 1
Peremajaan kultur,
enumerasi fungi,
Kolonisasi TSMA
15 500
- 500
- -
1 Enumerasi
bakteri
25
dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 C dan dua petri berikutnya berisi
batubara yang dibiarkan tanpa proses sterilisasi.
3.3.3. Pembuatan Media Minimal Salt Solution MSS
Pembuatan media MSS dilakukan dengan cara menimbang bahan seperti 0,52 g MgSO
4
.7H
2
O; 0,003 g ZnSO
4
.7H
2
O; 5 g KH
2
PO
4
; 0,005 g FeSO
4
; 1 g NH
4
SO
4
Silva dkk., 2007, ditambahkan 0,003 g MnCl
2
Sugoro dkk., 2011 sebagai modifikasi komposisi media dengan asumsi keberadaan enzim mangan
peroksidase setelah itu ditera dengan air akuades hingga 1 liter, kemudian dilarutkan sampai homogen. Media MSS dibuat dalam 2 liter untuk media
perlakuan. Media MSS kemudian ditempatkan masing-masing 500 ml ke dalam empat Erlenmeyer berbeda, ditambahkan dengan sukrosa 0,1 0,5 g dan ekstrak
ragi 0,01 0,05 g. Campuran dihomogenkan kemudian disterilisasi selama 15 menit dalam suhu 121
C.
3.3.4. Pembuatan Media Potato Dextrose Mineral Agar PDMA
Media PDMA dibuat dengan menimbang PDA sebanyak 39 g
dilarutkan dengan akuades 500 ml, media ini dipekatkan dua kali. Dipersiapkan
Erlenmeyer yang berbeda untuk dibuat media MSS tanpa sukrosa dan ekstrak ragi sebanyak 500 ml kemudian ditambahkan 0,1 batubara dan dihomogenkan.
Media PDA dan MSS tanpa sukrosa dan ekstrak ragi + batubara, disteril di dalam
autoklaf selama 15 menit dalam suhu 121 C. Setelah selesai disterilisasi, kedua
26
media itu dicampur dalam satu Erlenmeyer dihomogenkan kemudian dengan segera dituang ke dalam cawan petri steril.
3.3.5. Media Pembuatan Media Trypticase Soy Mineral Agar TSMA
Media TSMA dibuat dengan menimbang sebanyak 30 g Trypticase Soy Broth TSB dan 1,5 dari volume total yaitu 15 g agar dalam 500 ml dengan
konsentrasi dipekatkan dua kali. Pada Erlenmeyer berbeda dipersiapkan media MSS tanpa sukrosa dan ekstrak ragi 500 ml ditambah dengan 0,1 batubara dari
volume total yaitu 1 g. Kedua media disterilisasi selama 15 menit pada suhu 121
C. Setelah sterilisasi selesai dilakukan pencampuran kedua media menjadi satu, dihomogenkan dan segera dituang ke dalam cawan petri steril.
3.3.6. Pembuatan Kultur Inokulum Spora Trichoderma sp.
Isolat kapang Trichoderma sp. Lampiran 9 diremajakan menggunakan media PDMA dan diinkubasi selama 4-7 hari pada suhu ruang hingga
menghasilkan spora. Sebanyak 10 ml NaCl 0,85 steril dimasukkan ke dalam cawan petri berisi isolat kapang, kemudian spora kapang dilepaskan menggunakan
ose hingga tampak larut di dalam larutan.
3.3.7. Pengujian Biosolubilisasi Batubara
Media MSS yang telah disterilisasi sebelumnya, ditambahkan 5 batubara disesuaikan dengan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Setiap
perlakuan terdiri atas dua kali pengulangan duplo. Sebanyak 500 ml masing-
27
masing media ditempatkan ke dalam empat Erlenmeyer berbeda sebagai media perlakuan. Pada perlakuan B dan D ditambahkan kultur inokulum sebanyak 10
10
6
selml vv sedangkan perlakuan A dan C tidak diberi inokulum sebagai kontrol. Kontrol dibedakan pada perlakuan A digunakan batubara steril
diautoklaf sedangkan perlakuan C digunakan batubara yang masih mentah. Kemudian semua kultur perlakuan diinkubasi di atas shaking inkubator dengan
agitasi 120 rpm, pada suhu ruang selama 28 hari. Pencuplikan sampel kultur dilakukan pada hari ke-0, 2, 7, 14, 21, dan 28.
Tabel 2. Kultur Perlakuan Biosolubilisasi Batubara. Perlakuan
Batubara steril
Batubara mentah
Inokulum kapang Trichoderma sp
A +
- -
B +
- +
C -
+ -
D -
+ +
Keterangan + : Ditambahkan ke dalam komposisi media
- : Tidak ditambahkan ke dalam komposisi media
Setiap kali dilakukan pencuplikan, sampel kultur dimasukkan ke dalam tube kemudian disaring sebanyak 23 volume menggunakan kertas saring hingga
diperoleh supernatan yang sudah terpisah dari endapan batubara. Sisa kultur yang ada di dalam tube digunakan untuk pengukuran pH, pengamatan kolonisasi secara
mikroskopis dan enumerasi kapang serta mikroba indigenos. Supernatan yang didapat dimasukan ke dalam yellow tube untuk ditentukan kadar asam humat dan
fulvat, solubilisasi batubara menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan GCMS.
28
Endapan produk dari supernatan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 55 C
untuk analisa gugus fungsi menggunakan FTIR.
3.3.8. Pengukuran pH Media
Supernatan dari masing-masing perlakuan diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter. Pengukuran dilakukan setiap pencuplikan pada hari ke-0,
2, 7, 14, 21 dan 28.
3.3.9. Pengamatan Perubahan Populasi Bakteri dan Fungi
Media PDMA dan TSMA masing-masing dituang ke dalam petri sebanyak 15 ml dibiarkan mengeras. Dilakukan pengenceran pada sampel pada
tiap pencuplikan. Pengenceran disesuaikan dengan lama inkubasi. Semakin lama masa inkubasi kultur maka semakin banyak seri pengenceran yang dilakukan.
Setelah itu, larutan dari tiga pengenceran terakhir diinokulasikan pada media PDMA dan TSMA dengan metode sebar. Pada media TSMA enumerasi dilakukan
setelah 24 jam masa inkubasi sedangkan pada media PDMA enumerasi dilakukan setelah 4-7 hari masa inkubasi. Total jenis dan total individu yang muncul semua
dicatat untuk dilakukan perhitungan jumlah sel. Jenis bakteri dan fungi yang muncul diamati secara makroskopis dengan mencatat ciri-ciri yang tampak
sedangkan untuk pengamatan mikroskopis dilakukan dibawah mikroskop. Khusus untuk bakteri dilakukan pewarnaan Gram untuk mengetahui kemurnian dan
bentuk sel.
29
Kolonisasi miselia kapang terhadap batubara diamati untuk mengetahui aktifitas biosolubilisasi terutama oleh kapang. Sampel kultur diambil
menggunakan pipet bersih diteteskan di atas kaca preparat bersih diberi tanda nama isolat sesuai perlakuan. Diamati di bawah mikroskop kolonisasi yang terjadi
dengan perbesaran 400 kali.
3.3.10. Pengukuran Biosolubilisasi Batubara melalui Analisis Senyawa Fenolik dan Aromatik Terkonjugasi serta Perubahan Pola Panjang
Gelombang pada 200-600 nm Pengukuran biosolubilisasi dilakukan dengan melakukan analisis
senyawa fenolik dan aromatik terkonjugasi. Produk biosolubilisasi supernatan yang diperoleh selama waktu sampling dilakukan pengukuran absorbansi
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 250 dan 450 nm. Perubahan pola panjang gelombang diamati pada kisaran panjang gelombang
200– 600 nm untuk mengetahui perubahan gugus kromofor produk biosolubilisasi batubara. Nilai absorbansi yang tinggi berbanding lurus dengan tingkat
solubilisasi batubara yang tinggi pula Selvi dkk., 2007.
3.3.11. Pengukuran Produksi Asam Humat dan Fulvat
Supernatan dari kultur diambil sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian ditambahkan K
2
Cr
2
O
7
5 ml diaduk dan ditambahkan 7,5 ml H
2
SO
4
dihomogenkan kembali. Campuran larutan itu dibiarkan beberapa saat hingga dingin, setelah itu ditambahkan air suling kurang lebih 50 ml lalu
diaduk dan kembali dibiarkan hingga dingin. Setelah dingin larutan tersebut ditera
30
hingga tanda batasnya, dikocok sampai homogen. Kadar asam humat dan fulvat dalam larutan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
561 nm, dengan menggunakan deret standar glukosa 0-250 ppm Graham, 1948 dan Shnitzer, 1984 dalam Petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air dan
pupuk Balai Penelitian Tanah 2009.
Analisis Spektrometer
FTIR ini
dapat digunakan
untuk mengkarakterisasi produk biosolubilisasi batubara. Produk biosolubilisasi
batubara dianalisis dengan FTIR pada range frekuensi 4000-450 cm
-1
. Produk biosolubilisasi supernatan yang akan diuji ditentukan dari nilai biosolubilisasi
tertinggi. Produk supernatan yang diperoleh dilakukan dehidrasi penghilangan air menggunakan alkohol 70 dengan perbandingan 3:1 kemudian di masukkan
ke dalam oven dengan suhu 55 C hingga cairan menguap dan tersisa residu
produk. Residu produk yang akan diuji dicampurkan dengan serbuk KBr kering hingga menyatu menggunakan lumpang dan serbuk campuran produk dimasukkan
ke dalam disk holder kemudian direkam dengan alat spektrometer FTIR. Kontrol yang digunakan ekstrak produk batubara mentah dan batubara steril pada hari ke-
0.
3.3.13. Analisis Hasil Biosolubilisasi Batubara dengan Spektrometer GCMS
Supernatan dan pelarut dicampur dengan perbandingan 1:1, pelarut yang digunakan adalah benzene: heksana: dietil eter dengan perbandingan 3:1:1.
campuran tersebut dimasukan kedalam tabung reaksi lalu divortex sampai
3.3.12. Analisis Gugus Fungsi Hasil Biosolubilisasi Batubara dengan Spektrometer FTIR
31
bercampur kemudian didiamkan beberapa saat sampai terbentuk fase atas dan bawah, fase atas dipakai untuk mengidentifikasi jenis senyawa dan menentukan
kadar hasil solubilisasi batubara dengan menggunakan GCMS selanjutnya dimasukan ke dalam vial untuk dianalisis dengan alat GCMS. Kondisi optimum
GCMS yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 3. Kondisi Optimum GCMS Silva dkk., 2007 Spesifikasi
Keterangan Nama kolom
Dimethyl polysiloxane
Panjang kolom 30 m
Diameter kolom 0,25 mm
Ketebalan kolom 0,25µm df
Jenis kolom Non polar
Suhu kolom oven 50
o
C
Suhu injeksi 280
o
C
Cara injeksi Split
Cara kontrol aliran Kecepatan linear
Tekanan 90,7 kPa
Total aliran 19,9 mLmenit
Aliran kolom 1,54 mLmenit
Kecepatan linear 45 cmdetik
Jumlah sampel 5 µl
Fase diam Sampel batubara cair
Fase gerak Gas helium
3.3.14. Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis menggunakan Analysis of Variance ANOVA satu arah dan uji lanjutan Duncan p=0,05, dibantu dengan program
SPSS 16 serta secara visual data meliputi parameter yang diamati disajikan dalam bentuk kurva menggunakan program Excel 2007.
32
3.4. Skema Penelitian
Analisis sampel
-
Pengukuran pH media kultur
-
Perubahan populasi bakteri dan fungi
-
Analisis senyawa fenolik dan aromatik terkonjugasi
-
Perubahan pola panjang gelombang 200-600 nm
-
Produksi asam humat dan fulvat
-
Karakteristik gugus fungsi hasil biosolubilisasi batubara
-
Identifikasi senyawa hasil biosolubilisasi dengan GCMS Analisis data
Pencuplikan sampel biosolubilisasi pada hari ke -
B MSS+ batubara steril 5 +
Trichoderma sp. A MSS +
batubara steril 5
C MSS + batubara mentah
5 D MSS + batubara
mentah 5 + Trichoderma sp.
2 14
21 28
7
Inkubasi pada suhu ruang di atas shaking inkubator dengan agitasi 120
rpm Peremajaan
Inokulum spora Isolat kapang
Trichoderma sp.
Media MSS Batubara Lignit
Batubara mentah nonsteril
Batubara diautoklaf steril
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perubahan pH Media
Media kultur perlakuan yang diuji dalam proses biosolubilisasi menunjukkan terjadinya perubahan pH selama inkubasi hingga hari ke-28
Gambar 8. Secara statistik uji anova satu arah menunjukkan bahwa media perlakuan mempengaruhi nilai pH media p
≤0,05 Lampiran 6. Pengaruh perlakuan terhadap nilai pH disebabkan adanya kombinasi agen pengsolubilisasi
pada masing-masing perlakuan Tabel 2. Hasil uji statistik lanjutan yaitu uji Duncan p=0,05 menunjukkan perlakuan A MSS + batubara steril 5 memiliki
nilai pH tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perubahan pH pada perlakuan A MSS + batubara steril 5 terjadi
akibat adanya proses agitasi. Proses agitasi mengakibatkan terlepasnya sulfur anorganik selama masa inkubasi Wise, 1990. Batubara mengandung sulfur
dalam bentuk anorganik dalam bentuk sulfit dan sulfat Speight, 1994. Selain itu, tingginya nilai pH media A MSS + batubara steril 5 Gambar 8
disebabkan tidak diinduksikan kapang Trichoderma sp. Penambahan spora kapang Trichoderma sp. menciptakan kondisi yang lebih asam dibuktikan dengan
nilai pH media perlakuan B MSS + batubara steril 5 + Trichoderma sp. menunjukkan nilai pH yang paling rendah Gambar 8.