16 Alam Bentuk Rupa-loka ALAM MENURUT KONSEP AJARAN BUDDHA

Alam-alam, yaitu Catummaharajik, Tavatimsa, Yama, Surga Tusita, Nimmanarati, Paranimmita-vasavatti, merupakan alam surga dari para dewa yang tubuh phisik mereka adalah lebih halus dan lebih bersih daripada tubuh manusia. Tubuh para dewa tak dapat dilihat oleh mata phisik manusia biasa. Makhluk di alam-alam surga ini pada suatau saat akan meninggal ”atau lenyap dari alamnya masing-masing”. Walaupun kehidupan para dewa di alam surga lebih menyenagkan atau melebihi alam kehidupan manusia, namun kesucian dan kebijaksanaan belum tentu melampaui kesucian dan kebijaksaan manusia. 18

C. 16 Alam Bentuk Rupa-loka

Lebih tinggi dari alam kenikmatan indria ini adalah alam Brahma atau Rupaloka alam berbentuk di mana makhluk-makhluk merasa senang karena kebahagiaan Jhana, yang dicapai dengan melepaskan nafsu keinginan indria. Rupa-loka terdiri dari 16 alam menurut jhana atau kegembiraan yang luar biasa yang terlatih. Mereka adalah : a Alam Jhana pertama : 1. Brahma Parisajja – alam dari para pengikut Brahma 2. Brahma Purohita – alam dari para mentri Brahma 3. Maha Brahma – alam dari para Brahma Yang Agung. Yang tertinggi dari tiga pertama ini adalah Maha Brahma. Disebut demikian karena penghuni dalam alam ini melebihi yang lain dalam 18 Carnelis Wowor MA., HUKUM KAMMA BUDDHIS, H. 95 kebahagiaan, keindahan, dan batas usia karena kebahagiaan hakiki dari perkembangan batin mereka. b Alam Jhana kedua: 1. parittabhana- alam yang kurang brcahaya 2. appamanabhana – alam yang bercahayanya tak terbatas 3. abhassara – alam para brahma yang bersinar c Alam Jhana ketiga : 1. parittasubha – alam para Brahma dengan sedikit cahaya 2. Appamanasubha – Alam para Brahma dengan cahaya tak terbatas 3. Subhakinha – alam para Brahma dengan cahaya yang tetap d Alam Jhana keempat : 1. Vehaphala – alam para Brahma dengan pahala yang besar 2. asannasatta – alam para makhluk tanpa pikiran 3. suddhavasa – tempat kediaman sejati yang lebih lanjut dibagi menjadi lima, yaitu : a. Aviha – alam yang dapat bertahan lama b. Attapa – alam yang tentram c. Sudassa – alam yang indah d. Sudassi – alam dengan penglihatan tajam e. Akanittha – alam yang tertinggi Hanya meraka yang telah melatih Jhana atau kegembiran yang luar biasa dapat dilahirkan di alam-alam yang lebih tinggi ini. Mereka yang telah mengembangkan Jhana pertama dilahirkan di alam pertama, mereka yang yang telah mengembangkan Jhana kedua dan ketiga dilahirkan di alam kedua: kereka yang telah mengembangkan Jhana keempat dan kelima dilahirkan berturut-turut di alam ketiga dan keempat. Tingkat pertama tiap-tiap alam ditentukan untuk mereka yang telah mengembangkan Jhana pada tingkat biasa, kedua bagi mereka yang telah mengembangkan Jhana sampai suatu tingkat yang lebih tinggi, dan ketiga bagi mereka yang telah mencapai suatu penguasaan yang lengkap terhadap Jhana- Jhana. Pada alam kesebelas, disebut Asannasatta, makhluk-makhluk dilahirkan tanpa suatu kesadaran. Di sini hanya terjadi suatu perubahan jasmaniyah yang terus menerus. Pikiran untuk sementara waktu dihentikan ketika kekuatan Jhana berlangsung. Biasanya pikiran jasmani tak dapat dipisahkan. Dengan kekuatan meditasi kadang-kadang mungkin memisahkan jasmani dari pikiran seperti dalam masalah khusus ini. Bila seorang Arahat mencapai Nirodha Samapatti untuk sementara waktu, kesadarannya berhenti untuk hidup. Kesadaran demikian hamper tak dapat kita bayangkan. Tetapi mungkin hal-hal yang tak dapat dibayangkan adalah keyataan yang sebenarnya. Suddhavasa atau tempat tinggal yang sejati adalah alam khusus para Anagami atau Yang Tak Pernah Kembali. Makhluk biasa tidak dilahirkan dalam keadaan ini. Mereka yang mencapai Anagami di alam-alam lain dilahirkan kembali di tempat tinggal yang sejati ini. Kemudian mereka mancapai Arahat dan hidup di Alam itu sampai masa hidup mereka berakhir. 19

D. Alam Tanpa Bentuk arupaloka

Dokumen yang terkait

Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa Cikurutug Kecamatan Cikreunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

1 12 70

Kesadaran hukum dan persepsi masyarakat terhadap perceraian (studi kasus perceraian di desa serdang jaya kecamatan betara kabupaten Tanjab Barat Jambi)

1 14 182

Harapan pemustaka terhadap perpustakaan panti sosial karya wanita (PSKW) mulya jaya Jakarta dalam memenuhi kebutuhan informasi

0 3 133

Upacara kathina dalam agama budha : studi kasus pada vihara budha metta rama Menteng Jakarta

3 97 92

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN PADA SAAT BENCANA ALAM (Studi kasus pada Daerah Bencana Alam Meletusnya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman)

0 3 113

Konstruksi berita bencana alam dalam newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne) azhmy

1 6 231

ALAM SEMESTA DALAM PANDANGAN ISLAM

0 0 12

KAPASITAS TNI AD DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM STUDI KASUS: KAPASITAS KODIM 0505JAKARTA TIMUR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

0 0 26

BAB II AJARAN AGAMA BUDDHA TENTANG SELIBAT A. Ajaran Agama Buddha 1. Sejarah Agama Buddha - MAKNA SELIBAT DALAM AGAMA BUDDHA (Studi Selibat Para Bikkhu atau Bikkhuni Di Vihara Virya Paramitha dan Implikasinya dalam Kehidupan Keagamaan) - Raden Intan Repos

0 0 37

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Agama Buddha di Bandar Lampung - MAKNA SELIBAT DALAM AGAMA BUDDHA (Studi Selibat Para Bikkhu atau Bikkhuni Di Vihara Virya Paramitha dan Implikasinya dalam Kehidupan Keagamaan) - Raden Intan Re

0 0 23