BAB II ALAM MENURUT KONSEP AJARAN BUDDHA
A. Pengertian Alam Kehidupan
Dalam bahasa Pali, alam semesta disebut loka. Loka bukanlah perkataan yang sudah tertentu pemakaiaannya, tetapi meliputi materiel rupa dan imateriel
arupa, dan pengertiaannya sangat tergantung pada pemakaiannya. Namun pengertian yang pokok tidak terlepas dari ajaran Buddha, yaitu sesuatu yang
terbentuk dari sebab yang mendahuluinya dan tidak kekal. Menurut ajaran Buddha, seluruh alam ini adalah ciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang
mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut sankhata dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan
berubah. Sinonim dengan sankhata adalah sankhara yaitu saling bergantung, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya.
Menurut pandangan Agama Buddha, bumi kita ini merupakan salah satu titik kecil saja di alam semesta, dan bumi bukan merupakan satu satunya tempat
kehidupan makhluk. Juga bukan hanya manusia dan binatang yang merupakan makhluk yang hidup di bumi ini. Jumlah bumi di alam semesta ini banyak sekali,
di setiap bumi ada manusia dan makhluk-makhluk lain yang hidup di situ.
1
Menurut pandanga Buddhisme bahwa bumi ini merupakan satu titik yang kecil, meskipun di dalamnya terdapat manusia, binatang dan makhluk-makhluk lainnya.
1
Carnelis Wowor MA., Hukum Kamma Buddhis, h. 91
Gambaran alam semesta seperti yang diungkapkan oleh pengetahuan modern sekarang ini sudah dikemukakan oleh Buddha, tanpa bantuan teleskop.
Dalam Abhibhu-sutta, Buddha menjelaskan, sejauh bulan dan matahari bergerak dalam garis edarnya dan sejauh pancaran sinarnyamencapai segala arah, sejauh
itulah luas system seribu tata surya alam semesta. Di dalamnya terdapat seribu bulan, seribu matahari, seribu poros Sineru – gunung dari segala gunung, seribu
bumi Jambudipa, seribu Aparagoyana di Barat, seribu Uttara-kuru di utara, seribu Pubbavideha di timur, empat ribu samedera raya, empat ribu Maharaja, seribu
surga Catummaharajika, seribu seribu surga Tavatimsa, seribu surga Yama, seribu surga Tusita, seribu surga Nimmanarati, seribu surga Paranimmita-
vasavatti, dan seribu alam Brahma. Ananda, inilah, yang dinamakan system dari seribu tata surya alam semesta kecil. Sebuah system kelipatan seribu dari ukuran
tersebut dinamakan sejuta tata surya alam semesta madya. Sebuah system kelipatan seribu ukuran ini dinamakan semilyar tata surya alam semesta raya”
A. I, 226
2
Hidup ini penuh dengan tantangan yang datang dari luar maupun dari dalam. Namun bagaimanapun yang paling penting dalam menghadapi tantangan
ini adalah pengertian Budhisme tentang apa yang kita hadapi. Kita sendiri yang harus menentukan sikap dan tindakan kitalah yang akan menentuka akhir dari
persoalan itu. Hidup ini bagi orang yang optimis, bagaikan dipenuhi oleh kesenangan dan keindahan keindahan yang menakjubkan, sedangkan orang yang
pesimis hidup ini diliputi kesedihan dan kemurungan yang tiada hentinya. Tetapi
2
Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha-Dharma Jakarta: Yayasan Buddha Dharma: 2003, cet ke-1, h. 264
bagi seorang realis, hidup ini diliputi kesenangan, dan kesedihan yang muncul silih berganti.
3
Bagi orang selalu dalam hidupnya memiliki pandangan yang baik dan optimis, maka hidupnya jarang bertemu dengan hal-hal yang menimbulkan
suatu yang negative, maka dari itu dalam menghadapi hidup ini bersikaplah yang optimis serta manjauhkan hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Dengan
seperti itu biasa saja satu solusi terhindarnya dari bencana, karena selalu melakukan hal yang baik-baik yang mendatangkan manfaat.
Pada setiap
system cakrawala terdapat tiga puluh satu jenis alam kehidupan yang membentuk tiga kelompok alam, namanya Triloka. Kelompok
pertama dinamakan kama-loka atau alam kehidupan indrawi, terdiri dari sebelas jenis alam, yaitu empat alam yang menyedihkan apaya atau duggati dan tujuh
alam yang menyenagkan sugati. Kelompok kedua, rupa-loka atau alam kehidupan dari Rupa-Brahma, terdiri dari enam belas jenis alam dengan
kebahagiaan rupa-jhana, tanpa nafsu keinginan indra. Kelompok ketiga, arupa- loka atau alam kehidupan dari Arupa-Brahma, terdiri dari empat jenis alam sesuai
dengan arupa-jhana. Di alam-alam itu, para makhluk mengembara, mengalami siklus lahir dan
mati berulang-ulang sebelum berhasil mencapai nirwana. “Ada tiga jenis penjelmaan, yaitu: penjelmaan di alam yang penuh nafsu kamma-
bhava, penjelmaan di alam Rupa-Brahma rupa-bhava dan penjelmaan di alam Arupa-Brahma arupa-bhava” M.I, 50.
3
Carnelis Wowor MA, Pandangan Sosial Agama Buddha CV. NITRA KENCANA BUANA, H. 114-115.
Kelahiran dapat terjadi di alam yang lain. Ada 31 alam kehidupan yang dapat menjadi tempat kelahiran kembali makhluk berdasarkan pada karma baik
atau buruk dari makhluk yang bersangkutan. 31 Tiga puluh satu alam kehidupan itu adalah sebagai berikut: Kelompok
pertama terdiri dari sebelas jenis alam, yaitu empat alam yang menyedihkan apaya atau duggati dan tujuh alam yang menyenagkan sugati. Kelompok
kedua, rupa-loka atau alam kehidupan dari Rupa-Brahma, terdiri dari enam belas jenis alam dengan kebahagiaan rupa-jhana, tanpa nafsu keinginan indra.
Kelompok ketiga, arupa-loka atau alam kehidupan dari Arupa-Brahma, terdiri dari empat jenis alam sesuai dengan arupa-jhana.
B. Alam kehidupan indrawi Kama-loka