Asurakaya-Bhumi Alam kehidupan indrawi Kama-loka

Peta 12 diantaranya : vantasa-peta, kunapasa-Peta, guthakhadaka-Peta, agijalamukha-Peta, sucimuja-Peta, tanhatika-Peta, sunijjhamaka-Peta, sutanga-Peta, pabatanga-Peta, ajagaranga-Peta, vemanika-Peta, mahidadhika- Peta.

4. Asurakaya-Bhumi

Asura, alam tempat setan Asura. Asura, secara harfiah, berarti makhluk yang tak bersinar. Asura merupakan makhluk yang tak bahagia seperti peta. 14 Asura dapat disebut juga sebagai alam raksasa asura. Karena yang berdiam di alam ini jauh dari kemuliaan, kebebasan, dan kesenangan. 1. Deva-Asura : kelompok dewa yang disebut Asura. 2. Peta-Asura : kelompok setan yang disebut Asura. 3. Niraya-Asura : kelompok makhluk yang disebut Asura. 4. Abhibhu-sutta : alam yang menyedihkan Abhibhu-sutta tidak menyebutkan nama alam-alam yang rendah tersendiri, lain dengan nama-nama surga. Alam binatang terdapat di bumi yang sama dengan manusia. Begitu pun hantu tidak memiliki tempat kehidupan sendiri, mereka tinggal di hutan-hutan, lingkungan yang kotor, dan lain-lain. Agaknya keempat alam yang rendah ini dipandang tidak hanya sebagai tempat, tetapi juga sebagian keadaan batin. 15 b. Ketujuh alam yang menyenangkan adalah: 14 Carnelis Wowor MA., Hukum Kamma Buddhis, H. 93 15 Alm. Ven. Narada, Sang Buddha dan Ajaran-ajaran-nya BAGIAN II, Koord. Visakha Gunadharma. Jakarta: yayasan Dhammadipa Arama, 1992, hlm. 128-129 1. Alam manusia manussa, di tandai adanya penderitaan, juga kebahagiaan. Para boddhisattwa lebih memilih alam manusia, karena alam ini paling sesuai untuk mengabdi dan menyempurnakan paramita. Semua Buddha dilahirkan sebagai manusia. Apa yang kita sebut sebagai bumi, adalah jambudipa. Di jagat raya ini menurut kosmologi Buddhis terdapat banyak sekali bumi yang sejenis. Aparagoyana, uttarakuru, dan pubbavideha diduga juga merupakan planet yang dihuni oleh makhluk sejenis manusia. 16 2. Surga Catummaharajika alam empat raja dewa, karena di alam tersebut berdiam empat dewa raja yang bernama : 1. Davadhatarattha. 2. Davavirulaka. 3. Davavirupakkha. 4. Davakuvera. Catummaharajika Bhumi terbagi 3 kelompok, yaitu : a. Bhumamattha-Devata : para dewa yang berdiam di atas tanah. Seperti berdiam di gunung, sungai, laut, rumah, cetiya, vihara, dal lain- lainnya. b. Rukakhattha-Devata : para dewa yang berdiam di atas pohon. Dewa ini dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok Dewa yang mempunyai kayangan di atas pohon, dan kelompok dewa yang tidak mempunyai kayangan di atas pohon. 16 W.F. Jayasuriya, The Psychology And Philosophy Of Budhisme, Kuala Lumpur: Buddhist Missionary Socciety, 1976, h. 30. c. Akkassattha-Devata : para dewa yang berdiam di angkasa. Seperti berdiam di bulan, bintang, dan planet lainnya. 3. Surga Tavatimsa, alam dari tiga puluh tiga dewa, karena dahulu kala ada sekelompok pria yang berjumlah 33 orang selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan. Seperti bersama-sama membantu fakir miskin, bersama- sama membangu vihara, dan lain-lainnya. Sewaktu mereka meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam, yang disebut Tavatimsa Bhumi alam tiga puluh tiga dewa. 4. Surga Yama, atau Yama-Bhumi alam dewa Yama, karena para dewa yang berdiam di alam ini tebebas dari kepanasan hati: yang ada hanya kesenangan dan kenikmatan. 5. Surga Tusita alam kenikmatan, Karena para dewa yang berdiam di alam ini terbebas dari kepanasan hati, yang ada hanya kesenangan.. 6. Surga Nimmanarati alam dewa yang menikmati ciptaannya karena para dewa yang berdiam di alam ini menikmati kesenangan panca-indriya hasil ciptaannya. 7. Surga Paranimmita-vasavatti alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptan dari dewa-dewa lainnya, karena para dewa yang berdiam di ala mini, di samping menikmati kesenangan panca-indriya dan juga mampu membantu menyempurnakan ciptaan dari dewa-dewa lainnya. 17 17 PANDIT JINARATANA KAHARUDDIN, RAMPAIAN DHAMMA Jakarta : DPP PERVITUBI, H. 79-81 Alam-alam, yaitu Catummaharajik, Tavatimsa, Yama, Surga Tusita, Nimmanarati, Paranimmita-vasavatti, merupakan alam surga dari para dewa yang tubuh phisik mereka adalah lebih halus dan lebih bersih daripada tubuh manusia. Tubuh para dewa tak dapat dilihat oleh mata phisik manusia biasa. Makhluk di alam-alam surga ini pada suatau saat akan meninggal ”atau lenyap dari alamnya masing-masing”. Walaupun kehidupan para dewa di alam surga lebih menyenagkan atau melebihi alam kehidupan manusia, namun kesucian dan kebijaksanaan belum tentu melampaui kesucian dan kebijaksaan manusia. 18

C. 16 Alam Bentuk Rupa-loka

Dokumen yang terkait

Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa Cikurutug Kecamatan Cikreunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

1 12 70

Kesadaran hukum dan persepsi masyarakat terhadap perceraian (studi kasus perceraian di desa serdang jaya kecamatan betara kabupaten Tanjab Barat Jambi)

1 14 182

Harapan pemustaka terhadap perpustakaan panti sosial karya wanita (PSKW) mulya jaya Jakarta dalam memenuhi kebutuhan informasi

0 3 133

Upacara kathina dalam agama budha : studi kasus pada vihara budha metta rama Menteng Jakarta

3 97 92

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN PADA SAAT BENCANA ALAM (Studi kasus pada Daerah Bencana Alam Meletusnya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman)

0 3 113

Konstruksi berita bencana alam dalam newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne) azhmy

1 6 231

ALAM SEMESTA DALAM PANDANGAN ISLAM

0 0 12

KAPASITAS TNI AD DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM STUDI KASUS: KAPASITAS KODIM 0505JAKARTA TIMUR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

0 0 26

BAB II AJARAN AGAMA BUDDHA TENTANG SELIBAT A. Ajaran Agama Buddha 1. Sejarah Agama Buddha - MAKNA SELIBAT DALAM AGAMA BUDDHA (Studi Selibat Para Bikkhu atau Bikkhuni Di Vihara Virya Paramitha dan Implikasinya dalam Kehidupan Keagamaan) - Raden Intan Repos

0 0 37

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Agama Buddha di Bandar Lampung - MAKNA SELIBAT DALAM AGAMA BUDDHA (Studi Selibat Para Bikkhu atau Bikkhuni Di Vihara Virya Paramitha dan Implikasinya dalam Kehidupan Keagamaan) - Raden Intan Re

0 0 23