BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun terakhir ini, banyak terjadi bencana-bencana yang menimpa negeri ini. Termasuk bencana alam, banjir, tanah longsor serta bencana-
bencana lainnya yang banyak menimbulkan korban nyawa maupun harta benda. Maka dari itu perlu diketahui apa faktor-faktor penyebab terjadinya bencana alam
yang sering terjadi. Ada yang berpendapat bahwa terjadinya bencana alam itu karena faktor manusia yang tidak bisa menjaga serta melestarikan alam tersebut,
ada pula yang berpendapat bahwa terjadinya bencana alam itu karena memang faktor alam itu sendiri.
Zaman kekacauan terutama timbul karena krisis moral. Zaman itu mungkin pula berhubungan dengan bencana alam, seperti banjir, kebakaran hutan,
meletusnya gunung merapi, gagalnya panen, kelaparan dan wabah penyakit
1
Jika seseorang itu jahat dan keji, hidup dengan menentang hukum alam semesta, tindakan, kata-kata dan pemikirannya akan mengotori atmosfer.
Pelecehan terhadap alam tidak akan memberikan orang tersebut apa yang dibutuhkannya, sebaliknya perpecahan, pertengkaran, konflik, epidemi dan
kemalangan akan menimpanya.
2
Memang ada hukum alam yang dipandang secara umum seperti hujan turun karena proses air laut atau air sungai yang menguap karena panas matahari
1
Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha-Dharma Jakarta: Yayasan Buddha Dharma: 2003, cet ke-1, h. 278-279.
2
Sri Dhammananda, Masalah Tanggung Jawab DIAN DHARMA, H.9-10
lalu menggumpal menjadi gumpalan awan dan akibatnya turun hujan. Juga dengan gempa bumi dan tsunami menurut proses ilmu meteorology dan geofisika
ialah terjadinya pergeseran lempengan tanah di dasar lautan fasifik, juga dengan BMG Badan Meteorologi dan Geofisika ketika menyatakan bahwa gunung
berapi sudah aman dan begitu statusnya diturunkan menjadi siaga tiba tiba paginya gunung merapi itu mengeluarkan semburan debu panas sampai 200
derajat Celsius, yang akhirnya menelan korban, ha ini membuktikan bahwa keahlian apapun yang dimiliki manusia belum 100 menjamin.
3
Hidup di tempat yang sesuai alam dan lingkungannya dapat mendatangkan kebaikan bahkan jauh dari bencana serta bahaya. Maka dari itu berada di
lingkungan apapun itu dapat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Apabila kita berada dilingkungan baik, kita terhindar dari bahaya dan bencana sebaliknya
pula jika kita berada di tempat atau dilingkungan buruk akan mudah terkena bencana ataupun bahaya.
Tempat yang sesuai yang dimaksudkan adalah daerah dimana orang dapat hidup dengan aman dan tentram, tempat tinggal yang menyenangkan, konstruksi
perumahan yang baik dan tidak mudah ambruk, kelihatan teratur, bersih dan terawat dengan baik. Memiliki tetangga yang baik dan didaerah itu banyak orang
yang suka berbuat kebajikan yang dipuji orang bijaksana. Sebaliknya, berdiam di daerah yang penduduknya suka bertengkar dan berbuat
kerusuhan, pemerintah yang sewenang-wenang dan korupi daerah yang sering dilanda banjir, kelaparan, gempa, dan wabah penyakit:daerah dimana suasananya
3
Artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2009 http:mail- archive.com...commsg05607.html3sudhammacaro.blogspot.com...tuhan-allah-yang- mengatur-
gempa-bumi.html
penuh dengan kebencian-kebencian dan saling mencurugai;tidak dapat kebebasan berfikir dan berkarya ditekan. Ringkasnya mencakup daerah yang memiliki
banyak unsur-unsur dan kondisi-kondisi yang merintangi pelaksanaan Dharma, moral dan spiritualdan tidak konduksif untuk kesejahteraan social, adalah tempat
tinggal yang tidak sesuai.
4
Perlu diketahui pula bahwa bumi ini tidak hanya sekedar tempat untuk berpijak makhluk-makhluk Tuhan saja, namun di samping itu bumi ini memiliki
tahap periode mulai dari periode destruksi hingga periode statis. Dalam suatu siklus tiap masa dunia ditandai oleh empat periode evolusi,
yaitu : 1 periode destruksi penghancuran sanvatta-kappa, 2 periode pemadaman kegelapan sanvattatthayi-kappa, 3 periode pembentukan vivatta-
kappa, 4 periode statis vivattatthayi-kappa.
5
Maka di sinilah tergambar bahwasanya bumi ini tidak bersifat kekal, di samping itu banyak sekali contoh
lain yang menandakan bahwa bumi itu tidak kekal. Misalnya saja seperti yang saat ini sedang melanda di Negara kita yaitu gempa bumi, tanah longsor, banjir hingga
banyak memakan korban nyawa serta harta benda. Itulah sifat bumi ini. Manusia penganut agama memegang doktrin dan prinsip kepercayaan
bahwa TuhanAllah menciptakan dan mengatur manusia dan hewan serta seisi dunia dan alam semesta ini. Hidup dan matinya manusia juga ada di tangan
TuhanAllah, tak ada seorang manusia pun yang berhak mengambil nyawa orang lain, kecuali TuhanAllah. Kalau begitu, logikanya gempa bumi, bencana alam
4
Pandita Dhammavisarada, Drs. Teja S.M.Rashid, Sila Dan Vinaya Jakarta: Buddhis BODHI: 1997, H. 69-70.
5
Jayasuriya.W.F. The Psychology anad Philosophy of budhism Kuala Lumpur: Buddhist Missionary Society,1976 h. 29.
dan musibah serta perang pembantaian manusia sudah diatur oleh AllahTuhan? Doktrin atau prinsip agama ini tidak boleh dirubah dan tak ada yang berani
melanggar atau mengkritik, jika ada yang berani mengkritik atau merubah doktrin atau prinsip agama itu, maka risikonya ialah pasti hidupnya terancam.
6
Di sisi lain ada yang berpendapat bahwa terjadinya bencana itu karena faktor manusia ciptaan-Nya yang tidak menjaga dan memelihara alam ini dengan baik,
dan di sisi lain ada yang berpendapat bahwa terjadinya bencana alam itu, memang keadaan alam yang menyeabkan bencana itu terjadi.
Alam ini perlu dijaga serta di pelihara agar dapat terhindar dari bencana ataupun bahaya yang nantinya akan melanda manusia serta makhluk hidup
lainnya. Dan jangan pernah beranggapan bahwa alam itu tidak memiliki hukum, sehingga manusia dapat semena-mena melakukan hal apapun tanpa memikirkan
bahaya serta bencananya. Menurut ajaran Buddha, seluruh alam ini adalah ciptaan yang timbul dari
sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut sankhata dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak
timbul, lenyap, dan berubah. Sinonim dari dengan sanghata adalah sankhara yaitu saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya.
7
Hukum alam yang berarti alam sudah tidak mau lagi menghargai manusia lagi yang sudah terlalu kotor dengan perbuatan jahatnya. Meskipun alam tidak
punya jaksa, pengacara dan hakim namun nyatanya alam masih mampu
6
Artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2009 dari Sudhammacaro.blogspot.com...tuhan-allah- yang-mengatur-gempa-bumi.html
7
H.A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia Yogyakarta: IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988, H.121.
menghukum manusia yang jahat, karena biasanya kejahatan manusia kadang masih bisa lolos dari kejaran polisi, lolos dari hokum pengadilan. Maka selain
hokum manusia, alam akan tetap menunggu waktunya. Jika sudah sampai waktunya alam akan bekerja menghukum manusia dengan gempa bumi, tsunami,
badai, topan, tanah longsor,banjir, kebakaran.
8
Dan bencana yang terjadi bukan hanya saat ini saja, akan tetapi masa lalu pun pernah terjadi bencana di mana-
mana. Maka dari itu di samping sebagai makhluk ciptaan Tuhan bukan saja hanya diciptakan di bumi ini, akan tetapi mempunyai tugas untuk menjaga, memelihara
alam ini. Menghadapi bencana alam yang terjadi di negara kita secara berturut turut
selama beberapa tahun terakhir ini , sebagian kalangan mulai mempertanyakannya apakah terjadinya gempa bencana yang mengakibatkannya banyak korban
tewas, berarti bahwa “memang mereka para korban bencana tersebut memiliki karma.
9
Jika manusia sudah tidak lagi dapat menjaga serta memeliharaalam kehidupan, maka bencana akan terjadi dimana-mana. Alam kehidupan adalah
tempat berdiamnya makhluk-makhluk.
10
Itulah gambaran bahwasanya bencana dapat terjadi di mana-mana. Dan terjadinya bencana itu dapat disebabkan karena manusia yang tidak dapat
memelihara dan menjaga alam ini, sehingga karma buruk pun melanda manusia
8
Artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2009 http:mail-archive.com...commsg05607.html
9
Artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2009 http:www.beliefnet.comsdtory158story-15871- 1.html.
10
Pandit Jinaratana Kaharuddin, Rampaian Dhamma Jakarta: DPP PERVITUBI, H. 73.
yang melanggar hukum alam. Penulis ingin mengetahui mengenai bencana alam menurut Budhisme yang tersebut dalam sebuah skripsi penelitian yang berjudul
”Bencana Alam Dalam Pandangan Bhikku Agama Buddha Studi kasus Di Vihara Dhammacakka Jakarta.
B. Batasan dan Rumusan Masalah