BAB IV BENCANA ALAM DALAM PANDANGAN BHIKKU DI VIHARA
DHAMMACAKKA
A. Aneka Ragam Bencana Alam
Mengapa di tanahku terjadi bencana? Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana itu lirik lagu berita kepada kawan dari Ebit G
AD yang belakangan ini terdengar hampir setiap hari ditelvisi dan radio. Lagu yang populer sekitar 25 tahun lalu itu menjadi lagu tema yang mengiringi
penayangan selipan atau filler berisi gambar bencana Aceh yang memilukan.
1
Ada makna-makna dalam lirik-lirik lagu itu yang dianggap relevan yang dianggap suasana batin yang sedang melingkupi banyak orang saat ini, yaitu
bencana tragedi dan duka cita. Itulah mengapa lagu-lagu dihadirkan sebagai ”ruh” yang diharapkan menghidupkan tayangan visual seputar bencana.
2
a. Pengertian Bencana
Ada beberapa pengertian atau definisi tetang bencana, beberapa definisi cenderung merefleksikan karakteristik berikut ini Carter, 1991
1. Gangguan atau kekacauan pada pola normal kehidupan. Gangguan atau
kekacauan ini biasanya hebat, terjadi tiba-tiba, tidak di sangka dan wilayah cakupan cukup luas.
2. Dampak ke manusia seperti kehilangan jiwa, luka-luka, dan kerigian harta
benda.
1
Bencana gempa dan Tsunami Jakarta : KOMPAS, 2005, h.302
2
Ibid, h.303
38
3. Dampak ke pendukung utama struktur sosial ekonomi seperti kerusakan
infrastruktur, sistem jalan, sistem air bersih, listrik, komunikasi dan pelayanan utilitas penting lainnya.
3
b. Penyebab Bencana
Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua, yaitu : alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu terjadi di muka bumi, misalkan
tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda dari langit ke bumi meteor, tidak ada hujan pada suatu lokasi dalam waktu yang relatif
lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan, atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi yang akan menibulkan bencana
banjir dan longsor. Bencana oleh aktifitas manusia adalah terutama akibat ekspolitasi
alam yang berlebihan. Ekspolitasi ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang meningkat, kebutuhan infastruktur meningkat, alih tata guna
meningkat.
4
Nicheren daishonin melukiskan penjelasannya dengan suatu analogi tentang tubuh dan bayang-bayang. Tubuh bergerak dan mengubah
bentuk bayangan karena tubuh tidak akan menjadi tubuh bila tidak menimbulkan bayangan. Dengan kata lain, tubuh diberi kehidupan dan
indentitas lingkungannya, dengan sebaliknya. Menurut hemat saya, hanya
3
Robert j. kodoatie roestam sjarief, penegelola terpadu banjir, longsor, kekeringan dan tsunami Jakarta: yasrif watamone, 2006, h. 67
4
Ibid, h.68
dengan mensistensikan dialektika inilah kita dapat sampai pada suatu pemahaman tentang saling keterkaitan antara hidup kita dan lingkungan.
5
Agama Buddha memandang ada hubungan antara kemoralan seseorang dengan kelestrarian alam, karena peristiwa yang terjadi di alam ini
saling berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap komponen-komponen lainnya hukum paticcasamuppada. Hal ini berarti
bahwa prilaku yang dilakukan oleh manusia sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup, maka lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap
manusia. Jika manusia merusak lingkungan, secara cepat dan lambat akan menimbulkan dampak buruk bagi manusia. Berbagai macam bencana,
seperti tanah longsor dan banjir tidak dapat dihindari. Dengan demikian, manusia sendiri yang akan mendapatkan kerugian akibat tindakannya
terhadap alam.
6
Pendapat bhikku Adhiratano bencana yang sejauh lebih besar dari pada bencana alam yaitu, rendahnya kemoralan yang dimiliki
seseorang. Itulah sesungguhnya bencana yang lebih besar, yang akan mengakibatkan hancurnya kehidupan. Karena begitu pentingnya nilai
kemoralan, maka Sang Buddha menekankan kepada umat Buddha untuk menjalankan lima sila yaitu :
1. Tidak Membunuh
2. Tidak Mencuri
3. Tidak Asusila
5
Departemen Komunikasi dan Informatika Badan Informasi Publik Pusat. Penanggulamgam Bencana Alam Dalam Perspektif Aagama Di Indonesia Jakarta : DEPKOMINFO, 2007, H. 86
6
Ibid, H. 87
4. Tidak berbohong
5. Tidak makan dan minum hal yang melemahkan kesadaran.
Bencana alam hanya menghancurkan manusia pada saat itu saja, tetapi bencana moral akan mengakibatkan hancurnya manusia dalam banyak generasi.
7
Bencana alam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah bencana yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, angin besar, dan banjir.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang bencana alam yang sering terjadi, khususnya di Indonesia dari sudut pandang agama Buddha. Ajaran Buddha
menjelaskan bahwa bencana alam disebabkan oleh hukum fisika dalam hal ini geologi, dan bisa juga karena kesalahan manusia. Inti ajaran Buddha adalah
bahwa semua fenomena yang terjadi adalah saling terkait. Hukum fisika mengatur kerja alam yaitu siklus hujan, namun karena manusia banyak menebang pohon
sembarang, membuang sampah sembarang sehingga berakibat banjir. Contoh lainnya adalah musim yang kacau yang disebabkan oleh pemanasan global yang
juga diakibatkan oleh manusia. Ciri alam adalah selalu seimbang, sehingga ketika alam tidak seimbang lagi rusak—disebabkab manusia, maka terjadilah fenomena
alam yang tidak biasa sehingga mungkin menjadi bencana bagi manusia. Lainnya halnya dengan gempa bumi, letusan gunung berapi dan bencana alam geologis
lainnya. Hingga saat ini belum terlihat dengan jelas apakah ada kaitan—langsung atau tidak langsung— antara bencana alam geologis dan tindakan manusia.
Gempa bumi, letusan gunung berapi, dan bencana alam geologis lainnya lebih banyak disebabkan oleh hukum fisika geologi. Namun, musim kemarau
7
Wawancara pribadi dengan Bhikku Adhiratano, 9 Februari 2010
berkepanjangan, cuaca yang tidak menentu, banjir, longsor, kebakaran hutan yang terjadi sampai saat ini sebagian besar adalah ulah manusia secara langsung
maupun tidak langsung.
Ajaran Buddha mengajarkan kepada manusia terutama untuk berkaca melihat diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Satu tindakan kecil—
membuang sampah sembarangan—yang dilakukan oleh seorang individu bisa saja menyebabkan bencana besar bagi manusia lainnya.
8
B. Faktor-faktor Timbulnya Bencana Alam