1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku atau etnik yang tersebar di tanah air. Tiap etnik mempunyai
bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi baik sesama etnis maupun antaretnik. Bahasa merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang
peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam
interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya. Jadi, bahasa senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan sehingga mampu mengikuti perkembangan
zaman. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa
khususnya unsur-unsur bahasa, fonem, morfem, kata, kalimat dan hubungan antara unsur-unsur itu struktur termasuk hakikat dan pembentukan unsur-unsur
itu Nababan, 1993 : 53. Pendapat lain mengatakan bahwa lingustik merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari bahasa sebagai bagian kebudayaan yang berdasarkan struktur bahasa tersebut Parera, 1986 : 190. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bahasa merupakan bagian kebudayaan dan hasil dari kebudayaan itu sendiri. Bahasa perlu dihargai karena bahasa menunjukkan berbagai budaya manusia.
Bahasa dapat mencerminkan ciri khas pemakai bahasa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2 Di Indonesia, di samping terdapat bahasa Indonesia yang dipakai sebagai
bahasa resmi negara, terdapat juga beraneka ragam bahasa daerah seperti bahasa Batak, Melayu, Jawa, Sunda, dan lain-lain. Bahasa daerah dipakai sebagai bahasa
pengantar dan bahasa pergaulan yang mendukung bahasa nasional, yang dipakai oleh penutur suku-suku bangsa Indonesia.
Pembinaan bahasa yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia dan sebagai landasan hukumnya dapat dilihat dalam UUD 1945, Bab XV, pasal 36
ayat 2, yang mengatakan, di samping bahasa resmi negara, bahasa daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara”. Dan dalam
penjelasan UUD 1945 disebut bahwa bahasa di daerah-daerah yang mempunyai bahasa daerah sendiri dipelihara oleh rakyatnya dengan baik. Bahasa-bahasa itu
merupakan sebahagian dari kebudayaan Indonesia. Secara umum kedudukan dan fungsi bahasa daerah telah dirumuskan dalam
seminar bahasa Nasional yang diselenggarakan pada bulan Februari 1975 di Jakarta. Kesimpulan seminar tersebut adalah sebagai berikut:
1.Bahasa-bahasa seperti bahasa Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makasar, Batak, serta bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik
Indonesia, berkedudukan sebagai bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 36 BAB XV, UUD 1945, yang mengatakan bahwa bahasa
daerah adalah salah satu unsur kebudayaan Nasional yang hidup dan dilindungi negara.
2.Bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Bali,Madura, Makasar, Batak, dan bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia,
dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, berfungsi sebagai: a.
Lambang kebanggaan daerah b.
Lambang identitas daerah c.
Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah Di dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi
sebagai : a.
Pendukung pengantar di sekolah dasar SD tingkat permula. b.
Bahasa pengantar disekolah dasar tingkat permulaan untuk mempelancar pengajaran bahasa Indonesia dan Mata Pelajaran lainnya.
c. Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
3 Pada kesempatan ini penulis membatasi pembahasan hanya dalam satu
bahasa daerah saja yakni bahasa Batak. Etnik Batak terdiri atas beberapa subetnik yakni Toba, Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan Angkola Mandailing. Kelima
subetnik ini memiliki bahasa yang satu sama lain mempunyai banyak persamaan. Namun demikian para ahli bahasa membedakan sedikitnya dua cabang bahasa
Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi yang perbedaannya begitu besar sehingga tidak memungkinkan adanya komunikasi antara dua kelompok tersebut. Bekenaan
dengan hal tersebut penulis untuk melihat kekerabatan bahasa, masa pisah bahasa, dan sekaligus prediksi usia bahasa antara kedua cabang bahasa Batak tersebut
dengan menggunakan kajian leksikostatistik. Sebelumnya penulis juga memperkenalkan bahwa di samping istilah
leksikostatistik ada juga istilah lain yaitu glotokronologi glottocchronology. Pengertian keduanya pada dasarnya agak berlainan. Namun mengingat bahwa
kenyataan kedua istilah saling melengkapi, maka sering pula keduanya disamakan saja. Kajian glotokronologi lebih mengutamakan perhitungan waktu sedangkan
kajian leksikostatistik merupakan bagian linguistik historis komparatif yakni bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa serta
menyelidiki perbandingan suatu bahasa lain, Ridwan,1995: 3. Linguistik historis komparatif dapat menentukan hubungan kekerabatan antara bahasa-bahasa yang
seasal. Dalam hal ini penulis memilih bahasa Batak Toba sebagai wakil dari rumpun Selatan dan bahasa Pakpak Dairi dari rumpun Utara. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk mengangkat masalah kekerabatan bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi yang dikaji berdasarkan kajian leksikostatistik.
Universitas Sumatera Utara
4
1.2 Rumusan Masalah