Masa Agresi Militer I. Masa Agresi Militer II.

12 Bulan maret 1950 gubernur provinsi TapanuliSumatera Timur Selatan menetapkan bahwa Kabupaten-kabupaten administratif dibubarkan Kabupaten Dairi di kembalikan ke daerah Hukum Tapanuli Utara. Dengan SK Komandan Sektor III VII tanggal 28 1949 Nomor SUIII337; ditetapkan susunan Kehakiman Tentara yang diketua Mayor Selamat Ginting. Setelah terbentuknya pemerintahan militer Kabupaten Dairi yang dipimpin G.B. Pinem dengan sekretaris Bontasius Simangunsong dengan pengatur usaha J.S. Meliala, juru usaha Mantas Tarigan, dan staf Hanjah Nababan.

b. Masa Agresi Militer I.

Pada masa agresi militer I, yakni tanggal 6 Juli 1947 Belanda telah menguasai Sumatera Timur sehingga masyarakat Dairi yang berada di sana mengungsi kembali ke Dairi. Untuk menyelenggarakan pemerintahan serta menghadap perang melawan agresi Belanda, maka residen Tapanuli saat itu Dr. Ferdinan Lumban Tobing, selaku gubernur militer Sumatera Timur dan Tapanuli, menetapkan keresidenan Tapanuli menjadi empat kabupaten yaitu: 1. Kabupaten Dairi 2. Kabupaten Toba Samosir 3. Kabupaten Humbang 4. Kabupaten Silindung Kabupaten Dairi saat itu dibagi menjadi 3 tiga kewedanaan yaitu: 1. Kewedanaan Sidikalang, dipimpin oleh J. O. T. Sitohang Kewedanaan Sidikalang dibagi atas 2 dua kecamatan yaitu: Universitas Sumatera Utara 13 a. Kecamatan Sidikalang, dipimpin oleh Tahir Ujung b. Kecamatan Sumbul, dipimpin oleh Mangaraja Lumban Tobing. 2. Kewedanaan Simsim, dipimpin oleh Raja Kisaran Massy Maha. Kewedanaan Simsim dibagi atas 2 dua kecamatan yaitu: a. Kecamatan Kerajaan, dipimpin merangkap oleh Raja Kisaran Messy Maha b. Kecamatan Salak, dipimpin oleh Poli Karpus Panggabean. 3. Kewedanaan Karo Kampung, dipimpin oleh Gading Barklomeus Pinem. Kewedanaan Karo Kampung, dibagi atas dua kecamatan yaitu: a. Kecamatan Tigalingga, dipimpin oleh Ngapid Davit Tarigan. b. Kecamatan Tanah Pinem, dipimpin oleh Johannes Pinem.

c. Masa Agresi Militer II.

Pada masa agresi II Belanda, maka hampir seluruh wilayah Indonesia dapat dikuasai kembali oleh Belanda. Demikian halnya di Dairi bahwa Belanda telah berhasil menduduki kota Sidikalang dan Tigalingga, sehingga saat itu Bupati Dairi, Paulus Manurung menyerah sedangkan sebagian besar masyarakat serta pegawai pemerintahan mengungsi dari kota Sidikalang untuk menghindari serangan Belanda. Untuk menyusun strategi melawan agresi Belanda, maka Mayor Selamat Ginting selaku Komandan dan Sektor III Sub Teritorium VII memanggil Gading Barklomeus Pinem dan J.S. Meliala ke kampung Jandi Tanah Karo. Berdasarkan surat perintah Komandan Sektor III Sub Teritorium VII tanggal 11 Januari 1949 Nomor 2PM1949 diangkatlah G.B. Pinem sebagai kepala pemerintahan militer di Dairi dan J.S. Meliala sebagai sekretaris. Universitas Sumatera Utara 14 Untuk lebih menyempurnakan pemerintahan militer menghadapi agresi Belanda, maka Dairi dimekarkan dari 6 enam kecamatan menjadi 12 dua belas kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Sidikalang 2. Kecamatan Sumbul 3. Kecamatan Tigalingga 4. Kecamatan Tanah Pinem 5. Kecamatan Kerajaan 6. Kecamatan Salak 7. Kecamatan Silima Pungga-pungga 8. Kecamatan Siempat Nempu 9. Kecamatn Parbuluan 10. Kecamatan Silalahi Paropo 11. Kecamatan Pegagan Hilir 12. Kecamatan Gunung Sitember Dengan demikian kecamatan yang telah terbentuk sebelumnya untuk menghadapi agresi Belanda II di Dairi dan dihapuskan setelah penyerahan kedaulatan adalah: a. Kecamatan Parbuluan b. Kecamatan Pegagan c. Kecamatan Silalahi d. Kecamatan Gunung Sitember Universitas Sumatera Utara 15 Kecamatan yang tetap dipertahankan keberadaannya adalah: a. Kecamatan Silima Pungga-pungga b. Kecamatan Siempat Nempu

d. Pasca Agresi Militer II