ProsedurKebijakan yang Berlaku di IFRS Sarana dan Prasarana IFRS

2.2.3. ProsedurKebijakan yang Berlaku di IFRS

Sesuai dengan Keputusan Menkes RI No. 1197MenkesSK2004 dalam Menkes RI 2005, bahwa kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan tercantum tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut, serta harus mencerminkan standard pelayanan farmasi yang mutakhir, sesuai dengan peraturan dan tujuan pada pelayanan farmasi itu sendiri. Beberapa peraturan yang mendasari sebagai dasar pengelolaan perbekalan farmasi yang mendasari pelaksanaan pelayanan farmasi di RS: 1. Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 tentang Penyimpanan Narkotika. 2. SK Menkes RI No. 453MenkesPerXI1983 tentang Bahan Berbahaya. 3. Surat Edaran Dirjen Yanmed No. 1476YanmedRS UMDIKYMDXI89 tentang Juklak Pembentukan Komite Farmasi dan Terapi di RS. 4. SK Menkes RI No. 983MenkesSK XI1992 tentang Pedoman Rumah Sakit Umum. 5. SK Dirjen Yanmed No. YM 00.03.2.3.95195 tentang Juknis Panitia Farmasi dan Farmasi RS. 6. SK Dirjen Yanmed No. YM 00.06.2.3.730 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Komite RS. 7. Pedoman Standar Farmasi RS ISFI tahun 2001. 8. Kode Etik Apoteker Indonesia. 9. Undang-Undang Kesehatan No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 10. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Melva Advenia Veronica Samosir : Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah IFRSUD Pandan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 11. Standar Pelayanan RS – Depkes 1999.

2.2.4. Sarana dan Prasarana IFRS

Menurut Yusmainita 2005, Sarana dan Prasarana yang cukup merupakan penunjang bagi terlaksananya farmasi RS yang baik, terutama: 1. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat, baik non steril maupun steril. 2. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip yang baik 3. Kepustakaan yang memadai melaksanakan pelayanan informasi obat dan ruang konseling. 4. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotik. 5. Lemari pendinginan dan AC untuk obat termolabil. 6. Ruangan-ruangan yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi RS, baik gudang, ruang peracikan, produksi, distribusi, administrasi, informasi obat, maupun arsip. 7. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik. 8. Ruang penyimpanan obatbahan obat mudah terbakar dan berbahaya.

2.3. Manajemen Logistik

Dokumen yang terkait

Analisis Higiene dan Sanitasi Staf Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2013

13 128 110

Tinjauan Penerapan Sanitasi di Lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2002

0 36 118

Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Instalasi Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Tahun 2003

5 76 83

Manajemen Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2004

5 49 113

Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Medan Tahun 2008.

8 93 50

Pengaruh Karakteristik Masyarakat Miskin Dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2007

2 43 70

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT Hubungan Mutu Pelayanan Instalasi Farmasi Dengan Pengambilan Obat Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta Tahun 2013.

0 2 18

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT Hubungan Mutu Pelayanan Instalasi Farmasi Dengan Pengambilan Obat Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta Tahun 2013.

0 1 20

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Evaluasi Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

2 5 11

Pengaruh Mutu Pelayanan terhadap Pemanfaatan Instalasi Farmasi (IFRS) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 3 107