Tiga Pilar Perlindungan Sosial

Selama peraturan teknis undang-undang SJSN disiapkan maka lembaga- lembaga yang ada tetap melanjutkan kegiatannya, untuk kemudian setelah peraturan pelaksanaan undang-undang SJSN tersusun lengkap dan dilaksanakan maka program- program yang sejalan dapat menyesuaikan dengan Undang-undang SJSN tersebut selama masa transisi yang akan ditetapkan. Tidak tertutup kemungkinan munculnya lembaga penyelenggaraan lain.

C. Tiga Pilar Perlindungan Sosial

Sesuai dengan konsep tiga pilar pembangunan kesejahteraan rakyat, yaitu pengembangan SDM dan kemasyarakatan, penanggulangan dan pengurangan kemiskinan, serta penanggulangan, antisipasi dan tanggap cepat gangguan kesejahteraan rakyat maka Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN adalah sebuah langkah investasi yang sangat strategis. Sistem Jaminan Sosial Nasional National Social Security System adalah sistem penyelenggara program negara dan pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia. Jaminan sosial diperlukan apabila ada hal-hal yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan seseorang, baik karena memasuki usia senja atau pensiun, maupun karena gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Mengembangkan Sistem Jaminan Sosial, pada dasarnya merupakan upaya memenuhi amanat konstitusi. Sebelum terbitnya UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN, Indonesia telah memiliki dan melaksanakan suatu jaminan sosial yang terbatas bagi kelompok pegawai negeri dan sebagian kelompok pegawai swasta melalui Askes, Jamsostek, Asabri dan Taspen. “Sistem tersebut telah dirasakan manfaatnya, dengan kata lain jaminan sosial memang diperlukan dan dapat kita laksanakan.” Sistem jaminan sosial merupakan sebuah sistem pengorbanan di muka untuk menjamin kesejahteraan di hari kemudian, sebuah sistem untuk menutupi kekurangan sifat manusia yang kebanyakan berpandangan pendek short-shigted. Sistem jaminan sosial diperlukan untuk mengurangi resiko sosial ekonomi yang selalu mengancam kemapanan seseorang seperti kehilangan atau berkurangannya sumber pendapatan. Dalam sistem jaminan sosial yang berlaku universal, setiap orang yang mempunyai penghasilan wajib mengiur. Kewajiban mengiur tidak saja berlaku bagi mereka yang bekerja tetapi juga bagi pemberi kerja atau majikan. Iuran tentunya bukan merupakan suatu beban, tetapi sebagai bagian dari investasi dalam jangka panjang. Hasil kajian di negara maju menunjukkan bahwa semakin kuat sistem jaminan sosial, semakin produktif penduduknya dan semakin besar sumber dana yang terkumpul untuk modal pembangunan. Saat ini, dana jaminan sosial yang terkumpul di empat badan penyelenggara jaminan sosial PT Askes, PT Jamsostek, PT Taspen, dan PT Asabri belum mencapai 2 persen GDP atau kurang dari Rp. 60 triliun. Masih tertinggal jika dibanding dengan Malaysia yang mencapai sekitar Rp 1000 triliun walaupun Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 penduduknya hanya 10 persen dari penduduk Indonesia. Dengan tersedianya dana jaminan sosial sebesar itu sangatlah mungkin untuk melakukan berbagai program ekonomi yang dapat membuka lapangan kerja baru. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa, selain dapat memberi- kan perlindungan sosial bagi masyarakat, jaminan sosial juga menjadi penggerak pembangunan ekonomi. Jaminan sosial dapat diwujudkan melalui mekanisme asuransi sosial dan tabungan sosial. Dengan adanya perlindungan terhadap resiko sosial ekonomi melalui asuransi sosial dapat mengurangi beban negara APBN dalam penyediaan dana bantuan sosial yang memang sangat terbatas. Melalui prinsip gotong-royong, mekanisme asuransi sosial merupakan sebuah instrumen negara yang kuat dan digunakan di hampir seluruh negara maju dalam menangulangi resiko sosial ekonomi yang setiap saat dapat terjadi pada setiap warga negaranya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk terdapat tiga pilar pendekatan yang saling melengkapi namun berbeda pola penyelenggaraannya, yaitu: Pilar pertama, menggunakan mekanisme bantuan sosial social assistance kepada penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan uang tunai mau- pun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak. Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber dari Anggaran Negara danatau dari Masyarakat. Mekanisme bantuan sosial biasanya diberikan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS yaitu masyarakat yang benar-benar membutuhkan, umpamanya penduduk miskin, sakit, lanjut usia, atau ketika terpaksa menganggur. Di Indonesia, bantuan sosial oleh Pemerintah kini lebih ditekankan pada pemberdayaan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 dalam bentuk bimbingan, rehabilitasi dan pemberdayaan yang bermuara pada kemandirian PMKS. Diharapkan setelah mandiri mereka mampu membayar iuran untuk masuk mekanisme asuransi. Kearifan lokal dalam masyarakat juga telah lama dikenal yaitu upaya-upaya kelompok masyarakat, baik secara mandiri, swadaya, maupun gotong royong, untuk memenuhi kesejahteraan anggotanya melalui berbagai upaya bantuan sosial, usaha bersama, arisan, dan sebagainya. Kearifan lokal akan tetap tumbuh sebagai upaya tambahan sistem jaminan sosial karena kearifan lokal tidak mampu menjadi sistem yang kuat, mencakup rakyat banyak, dan tidak terjamin kesinambungannya. Pemerintah mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat guna memenuhi kesejahteraannya dengan menumbuhkan iklim yang baik dan berkembang, antara lain dengan memberi insentif untuk dapat diintegrasikan dalam sistem jaminan sosial nasional. Pilar kedua, menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban menjadi peserta, sistem ini dapat terselenggara secara luas bagi seluruh rakyat dan terjamin kesinambungannya serta profesionalisme penyelenggaraannya. Dalam hal peserta adalah tenaga kerja di sektor formal, iuran dibayarkan oleh setiap tenaga kerja atau pemberi kerja atau secara bersama-sama sebesar prosentase tertentu dari upah. Mekanisme asuransi sosial merupakan tulang punggung pendanaan jaminan sosial di hampir semua negara. Mekanisme ini merupakan upaya negara untuk Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 memenuhi kebutuhan dasar minimal penduduk dengan mengikut-sertakan mereka secara aktif melalui pembayaran iuran. Besar iuran dikaitkan dengan tingkat pendapatan atau upah masyarakat biasanya prosentase tertentu yang tidak memberatkan peserta untuk menjamin bahwa semua peserta mampu mengiur. Kepesertaan wajib merupakan solusi dari ketidakmampuan penduduk melihat risiko masa depan dan ketidakdisiplinan penduduk menabung untuk masa depan. Dengan demikian sistem jaminan sosial juga mendidik masyarakat untuk merencanakan masa depan. Karena sifat kepesertaan yang wajib, pengelolaan dana jaminan sosial dilakukan sebesar-besarnya untuk meningkatkan perlindungan sosial ekonomi bagi peserta. Berhubung karena sifatnya yang wajib, maka jaminan sosial ini harus diatur oleh UU tersendiri. Di berbagai negara yang telah menerapkan sistem jaminan sosial dengan baik, perluasan cakupan peserta dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintah serta kesiapan penyelenggaraannya. Tahapan biasanya dimulai dari tenaga kerja di sektor formal tenaga kerja yang mengikatkan diri dalam hubungan kerja, selanjutnya diperluas kepada tenaga kerja di sektor informal, untuk kemudian mencapai tahapan cakupan seluruh penduduk. Upaya penyelenggaraan jaminan sosial sekaligus kepada seluruh penduduk akan berakhir pada kegagalan karena kemampuan pendanaan dan manajemen memerlukan akumulasi kemampuan dan pengalaman. Kelompok penduduk yang selama ini hanya menerima bantuan sosial, umumnya penduduk miskin, dapat menjadi peserta program jaminan sosial, dimana Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 sebagian atau seluruh iuran bagi dirinya dibayarkan oleh pemerintah. Secara bertahap bantuan ini dikurangi untuk menurunkan ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Sehubungan hal ini, pemerintah perlu memperhatikan perluasan kesempatan kerja dalam rangka mengurangi bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang tidak mampu. Pilar ketiga, menggunakan mekanisme asuransi sukarela voluntary insurance atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau preminya dibayar oleh peserta atau bersama pemberi kerja sesuai dengan tingkat risikonya dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi yang sifatnya komersial, dan sebagai tambahan setelah yang bersangkutan menjadi peserta asuransi sosial. Penyelenggaraan asuransi sukarela dikelola secara komersial dan diatur dengan UU Asuransi. Perum Astek yang kemudian diubah menjadi PT. Jamsostek telah menyeleng- garakan jaminan sosial sejak tahun 1978 hingga saat ini, mencakup sebagian tenaga kerja sektor formal dan hanya menyelenggarakan Jaminan Kecelakaan Kerja, Hari Tua, Kematian dan Pelayanan Kesehatan. Sebagian besar tenaga kerja lainnya yang bekerja di sektor informal tenaga kerja di luar hubungan kerja, seperti nelayan, petani dan pedagang sayur, kios, pedagang sate, baso, gado-gado, warteg, dan lain- lainl belum memperoleh perlindungan sosial formal sampai saat ini karena memang undang-undangnya belum menyediakan peluang untuk itu, baru berupa peraturan menteri tenaga kerja. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008

E. Sejarah Jaminan Sosial