Badan Usaha Milik Swasta Free Choice

waktu terjadi masalah keuangan yang berat. Namun demikian, bentuk BUMN yang pada hakikatnya lembaga pencari laba untuk kas negara tidak sesuai dengan nafas jaminan sosial yang perlu memaksimalkan manfaat atau jaminan. Bentuk badan usaha ini pula yang menimbulkan tuntutan agar pengelolaan jaminan sosial atau asuransi sosial tidak dimonopoli. Padahal, jika bentuk penyelenggara kembali kepada sifat alamiahnya yang wajib kontribusi, maka bentuk BUMN tidak cocok. Jaminan sosial bukanlah urusan usaha bisnis karena jaminan sosial justeru terbentuk sebagai jawaban atas kegagalan usaha bisnis mewujudkan keadilan sosial dan memberikan kepastian perlindungan yang berkelanjutan. Karena di Indonesia banyak pihak belum memahami dan belum percaya dengan bentuk khusus Dana Amanat. Jalan keluar yang mungkin bisa ditempuh adalah banyak BUMN khusus yang nirlaba dan aturan mainnya di atur sendiri. Dalam SJSN tidak diatur oleh UU BUMN. Namun itupun masih bisa menimbulkan kebingungan.

3. Badan Usaha Milik Swasta Free Choice

Di Indonesia perangkat hukum yang mengatur perusahaan berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas atau Limited Liability Company selanjutnya disingkat PT, sebelumnya diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD dan segala perubahannya, terakhir yang diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971, lalu kemudian digantikan posisinya oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, sampai kemudian pada 16 Agustus 2007 digantikan lagi oleh Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Tuntutan pihak swasta untuk ikut serta terjun mengelola jaminan sosial merupakan alternatif liberal yang dapat dipertimbangkan untuk pengelola jaminan sosial. Negara-negara Amerika Latin sudah mencoba bentuk ini dalam skala yang amat terbatas. Namun demikian evaluasi uji coba model Amerika Latin menunjukkan terjadinya seleksi bias yang tidak lagi mencerminkan asas keadilan sosial yang didambakan. Negara maju lain di dunia, termasuk juga negara paling liberal, Amerika Serikat, masih mengelola jaminan sosial oleh suatu badan pemerintah yang independen. Jaminan sosial yang tidak dikelola oleh badan swasta justru merupakan jawaban atas kegagalan pihak swasta mewujudkan keadilan sosial. Jadi usulan ini adalah kontradiktif dengan esensi diselenggarakannya jaminan sosial. Bentuk ini hendaknya sama sekali tidak diambil pada saat ini.

G. Jumlah Badan Penyelenggara dan Undang-undang Jaminan Sosial

Dalam rangka menjamin pelaksanaan Undang-undang Jaminan Sosial Nasional diperlukan suatu lembaga yang mempunyai kewenangan untuk menjabarkan Undang-undang SJSN, mengkoordinir, memonitor dan mengawasi pelaksanaan program-program, pengelola dana dan investasi serta pemasyarakatan program Jaminan Sosial Nasional sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Lembaga ini berada langsung di bawah Presiden dibantu Dewan Menteri yang terkait dan beranggotakan wakil pemerintah, wakil pekerja, wakil pemberi kerja dan pakar di bidangnya. Selama Undang-undang SJSN disiapkan maka lembaga-lembaga yang ada dapat melanjutkan kegiatannya, untuk kemudian setelah Undang-undang Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 SJSN rampung dan dilaksanakan maka program-program yang sejalan dapat menyesuaikan dengan Undang-undang SJSN tersebut selama masa transisi yang akan ditetapkan. Tidak tertutup kemungkinan munculnya lembaga penyelenggaraan lain. Jumlah badan penyelenggara jaminan sosial dikaitkan dengan undang-undang jaminan soial dapat dipertimbangkan menurut beberapa alternatif berikut ini.

1. Satu badan penyelenggara nasional dengan satu UU JS Nasional