Iuran dan dana SJSN Badan Trust Fund Dana Amanat yang independen

Adalah manfaat program SJSN yang diberikan dalam bentuk jaminan dana tunai maupun berkala dan pelayanan kesehatankedokteran. c. Penerima manfaat. Terbagi dalam dua jenis penerima, sesuai dengan ketentuan masing-masing program yaitu: 1 Peserta. Manfaat yang diterimakan langsung kepada peserta adalah Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kecelakaan Kerja. 2 Peserta dan seluruh anggota keluarganya. Manfaat Jaminan Kesehatan diberikan kepada peserta dan seluruh anggota keluarganya, namun jaminan kesehatan tidak diberikan dalam bentuk uang atau penggantian uang tetapi dalam bentuk pelayanan yang diterima di fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat kualitas tinggi yang dikontrak BPJS. Sedangkan Jaminan Hari Tua, Pensiun, dan jaminan kematian diberikan kepada ahli waris yang berhak apabila peserta meninggal dunia.

3. Iuran dan dana SJSN

a. Iuran SJSN. Iuran SJN adalah sejumlah dana yang ditetapkan secara proporsional terhadap gaji atau penghasilan peserta yang dibayarkan secara teratur oleh peserta dan pemberi kerja bagi peserta di sektor formal untuk memenuhi pembiayaan manfaat bagi peserta atau anggota keluarganya, sesuai dengan jenis program. Untuk sektor informal, iuran dapat ditentukan dalam jumlah tertentu. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 b. Dana SJSN. Adalah himpunan iuran JSN beserta hasil pengembangannya yang di- amanatkan oleh peserta untuk disimpan, dikelola, dan dibayarkan sebagai manfaat bagi peserta apabila syarat timbulnya hak peserta sudah terpenuhi. Syarat timbulnya hak peserta adalah kejadian yang menyebabkan terjadinya penurunan atau peng- hentian pendapatan atau kejadian sakit atau kecelakaan. c. Sifat himpunan dana. Dana yang terkumpul dan hasil pengembangannya merupakan Dana Amanat trust fund yang berarti bahwa dana tersebut tidak dapat digunakan oleh pengelola sesuai peruntukan yang telah ditetapkan, kecuali disetujui oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional board of trustees sebagaimana yang diatur dalam undang-undang SJSN.

4. Jenis dan manfaat program

Berdasarkan identifikasi kebutuhan dasar rakyat, SJSN akan mengembangkan dan memperluas jaminan melalui 6 enam program, sebagai berikut: a. Jaminan Kesehatan JK. Program Jaminan Kesehatan adalah program yang memberikan manfaat berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif, sesuai dengan kebutuhan medik yang diperlukan untuk memelihara, memulihkan dan meningkatkan kesehatan peserta dan anggota keluarganya. b. Jaminan Kecelakaan Kerja JKK. Program Jaminan Kecelakaan Kerja merupakan manfaat pelayanan pemulihan kesehatan yang terjadi akibat dari suatu kecelakaan yang berhubungan dengan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 pekerjaan seseorang. Selain itu, program ini juga memberikan manfaat dalam bentuk santunan uang baik lump-sum ataupun secara berkala bagi peserta yang mengalami cacat atau meninggal dunia yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. c. Jaminan Pemutusan Hubungan Kerja JPHK. Program Jaminan Pemutusan Hubungan Kerja merupakan dana tunai yang dibayarkan oleh badan penyelenggara kepada tenaga kerja yang minimal bekerja telah 6 bulan, sesuai dengan perhitungan masa kerjanya. Pembayaran dilakukan sekaligus atau dibagi selama maksimal 6 bulan untuk menjamin kebutuhan hidup minimal sehari-hari setelah putus hubungan kerja. Dana ini beraasal dari iuran peserta dan pemberi kerja yang dipungut selama peserta masih bekerja. Namun program JPHK ini tidak dimasukkan kedalam RUU SJSN ini karena telah diatur dalam UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. d. Jaminan Hari Tua JHT. Program Jaminan Hari Tua merupakan program yang membayarkan uang tunai secara sekaligus sebelum seorang peserta memasuki masa pensiun. Pemberian uang tunai lump-sum ini dimaksudkan untuk membekali peserta dengan uang tunai dalam memasuki usia pensiun yang dapat digunakan untuk membeli rumah atau modal untuk berusaha. Apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun, maka manfaat program dibayarkan kepada jandaduda, anak atau ahli waris peserta yang sah. e. Jaminan Pensiun JP. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Program Pensiun merupakan program yang membayaran uang secara berkala untuk jangka waktu tertentu atau sampai peserta meninggal dunia sebagai substitusi dari penurunanhilangnya penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun atau menderita cacat total tetap yang menyebabkan ia tidak mampu lagi bekerja. Apabila peserta meninggal dunia sebelum ia memasuki usia pensiun, maka manfaat dibayarkan kepada ahli warisnya. f. Jaminan Kematian JKm. Program Jaminan Kematian membayarkan sejumlah uang tunai kepada ahli waris yang sah setelah peserta meninggal dunia secara alamiah atau kecelakaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Manfaat jaminan kematian ini diharapkan dapat meringankan beban ahli waris peserta yang ditinggalkan, yang dapat digunakan untuk membiayai penguburan danatau keperluan lainnya yang terkait dengan kematian peserta.

C. Mekanisme Penyelenggaraan SJSN

Mekanisme penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional meliputi pengaturan kepesertaan, iuran, santunanmanfaat dan investasi. Perluasan cakupan kepesertaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi ekonomi negara dan masyarakat, serta kemudahan dalam rekruitmen dan pengumpulannya secara rutin. Besarnya iuranpremi dihitung berdasarkan analisis aktuaria yang disesuaikan dengan program manfaat yang akan diberikan, struktur dan trend demografi serta resiko yang dihadapi, ditetapkan dalam prosentase tertentu terhadap upah dengan mempertim- Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 bangkan kemampuanpendapatan penduduk. Iuranpremi ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerjanya. Pelayanan santunan dan klaim disesuaikan dengan besarnya iuran dan jenis program yang diikuti. Manfaat yang diberikan harus cukup berarti sehingga mendorong kepesertaan yang lebih besar dari waktu ke waktu. Dana iuranpremikontribusi peserta yang terkumpul perlu dikelola dan diawasi oleh suatu Dewan Wali Amanah Board of Trustee dan hanya digunakan untuk kepentingan pesertanya sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Sebagian dana yang terkumpul perlu diinvestasikan dan dikembangkan seaman mungkin. Karena prinsip “non-for profit”, maka hasil investasi tersebut akan dikembalikan dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Untuk dapat menjamin efektifitas dan efisiensi penyelenggaraannya, diperlu- kan adanya dukungan Sistem Informasi Manajemen serta kemampuan sumber daya manusia yang handal. Dalam pengelolaannya, perlu menerapkan “good corporate governance” transparency, accountibility, responsibility, independency dan fairness. Secara lebih jauh, mekanisme penyelenggaraan SJSN dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Sifat Dana a. Dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan Penyelenggara diper- Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 gunakan seluruhnya untuk pengembangan proram dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. b. Dalam prinsip ini Badan Penyelenggara tidak diwajibkan untuk membayar pajak dan deviden kepada Negara. 2. Prinsip SJSN Kegotong-royong, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabili- tas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untk pengembangan program dan untuk sebesar- besar kepentingan peserta. 3. Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS a. BPJS harus dibentuk dengan undang-undang. b. Status Badan Hukum Wali Amanah. 4. Organ Badan Penyelenggara a. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional. b. Dewan Jaminan Sosial Nasional beranggotakan 15 lima belas orang terdiri dari unsur Pemerintah, tokoh dan atau ahli yang memahami bidang jaminan sosial, organisasi pemberi kerja dan organisasi pekerja. 5. Kepesertaan Kepesertaan seluruh penduduk Indonesia termasuk tenaga kerja asing yang sudah bekerja selama 6 enam bulan di Indonesia. 6. Iuran Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Iuran dibayarkan oleh: a. Pemberi Kerja yang terdiri dari Pengusaha dan Pemerintah. b. Pekerja. 7. Program Jaminan Sosial Nasional, yang terdiri dari: a. Jaminan Kesehatan. b. Jaminan Kecelakaan Kerja. c. Jaminan Hari Tua. d. Jaminan Pensiun. e. Jaminan Kematian. 8. Mekanisme Penyelenggaraan Mekanisme Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional berdasarkan prinsip Asuransi Sosial, Tabungan Wajib dan Ekuitas. 9. Pengelola Dana Badan Penyelenggara mengelola dan mengembangkan dana jaminan sosial dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai. 10. Peran Pemerintah Pemerintah dapat melakukan tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya tingkat kesehatan keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional. 11. Sistem Akuntansi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengelola pembukuan sesuai dengan standar akuntansi. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 12. Kewajiban Badan Penyelenggara a. Memberikan nomor identitas tunggal pada setiap peserta dan anggota keluarganya. b. Memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada peserta untuk mengikuti ketentuan yang berlaku. c. Memberikan manfaatjaminan kepada peserta sesuai dengan program yang diikuti. d. Membentuk cadangan teknis. e. Memberikan informasi akumulasi iuran beserta hasil pengembangannya kepada setiap peserta Jaminan Hari Tua sekurang-kurangnya dalam 1 satu tahun.

D. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Undang-Undang yang secara khusus mengatur jaminan sosial dan mencakup program yang lebih lengkap adalah Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek. Sampai saat ini penyelenggaraan Jamsostek baru mencakup sekitar 8 juta peserta aktif dari sekitar 27 juta tenaga kerja di sektor formal. Selain PT Jamsostek, beberapa Badan Penyelenggara telah melaksanakan program jaminan sosial secara parsial sesuai dengan misi khususnya berupa program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri yang dikelola oleh PT. ASKES Indonesia, Jaminan Hari Tua dan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Pensiun Pegawai Negeri dikelola PT. TASPEN dan jaminan sosial bagi TNI-Polri yang dikelola oleh PT. ASABRI. Pegawai Negeri, pensiunan pegawai negeri, pensiunan TNI-Polri, Veteran, dan anggota keluarga mereka menerima jaminan kesehatan yang dikelola PT. Askes berdasarkan PP No. 69 Tahun 1991. Selain itu, pegawai negeri yang memasuki masa pensiun mendapatkan jaminan pensiun yang dikelola oleh program Tabungan Pensiun TASPEN berdasarkan PP No. 26 Tahun 1981. Anggota TNI-Polri dan PNS Departemen Pertahanan mendapat jaminan hari tua, cacat, dan pensiun melalui program ASABRI berdasarkan PP No. 67 Tahun 1991. Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri dan PNS Dephan mem- peroleh jaminan pensiun melalui anggaran negara pay as you go. Dengan demikian, sebagain besar program pensiun pegawai negeri, TNI, dan Polri tidak didanai dari tabungan pegawai sehingga sangat bergantung pada anggaran belanja negara. Kontribusi pemerintah, dari APBN, untuk dana pensiun pegawai negeri, tentara, dan anggota polisi yang merupakan suatu bentuk tunjangan pegawai atau employment benefits akan terus membengkak dan memberatkan APBN, jika tidak ditunjang dengan peningkatan iuran dari pegawai. Selain itu, tidaklah adil jika dana APBN yang berasal dari pajak akan tersedot dalam jumlah besar bagi pendanaan pensiun pegawai negeri, tentara dan anggota polisi saja. Penyelenggaraan dana pensiun yang adil dan memadai yang didanai bersama bipartit antara pekerja sendiri dan pemberi kerja, terlepas dari status pegawai negeri Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 atau swasta atau usaha sendiri self-employed merupakan sebuah sistem yang lebih berkeadilan dan lebih terjamin kesinambungannya. Cakupan beberapa skema jaminan sosial yang ada Askes, Taspen, Asabri, Jamsostek baru diperuntukan bagi 7,8 juta tenaga kerja formal dari 100,8 juta angkatan kerja BPS, 2003. Baru 8 juta tenaga kerja formal kini aktif sebagai peserta PT. Jamsostek. Di negara-negara tetangga, kepesertaan tenaga kerja yang memperoleh jaminan sosial sudah mencakup seluruh tenaga kerja formal. Khusus dalam program asuransi kesehatan sosial dengan pembiayaan dari publik, Indonesia jauh tertinggal karena baru menjaminkan 9 sembilan persen dari jumlah penduduknya. Sedangkan dalam program jaminan hari tuapensiun, jaminan sosial di Indonesia baru mencapai maksimal 20 persen dari total pekerja sektor formal. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya cakupan kepe- sertaan program jaminan sosial sekarang ini terjadi karena program tersebut belum sepenuhnya mampu memberikan perlindungan yang adil pada para peserta dan manfaat yang diberikan kepada peserta belum memadai untuk menjamin kesejah- teraannya. Selain itu program jaminan sosial di Indonesia belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan menggerakan ekonomi makro karena porsi dana Jaminan Sosial terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia masih sangat kecil. Sebagai contoh untuk Program Jaminan Kesehatan, berdasarkan data yang dikutip dari Profile of Asian Country, 1997, memperlihatkan belanja kesehatan per kapita Indonesia jauh tertinggal dan baru mencapai US 19,1 dan yang tertinggi Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 adalah Singapore dengan US 667,0 akibat belum meluasnya cakupan jaminan kesehatan di Indonesia. Dari berbagai permasalahan yang berkembang saat ini, kendala utama pengembangan program jaminan sosial di Indonesia dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Belum adanya implementasi dan undang-undang tentang SJSN yang komprehensif, terpadu, dan memberikan manfaat yang layak yang mampu menjangkau seluruh penduduk. 2. Pelayanan dari lembaga jaminan sosial yang ada dirasakan perlu ditingkatkan, baik dari segi besaran manfaat yang diterima maupun dari segi mekanisme perolehan manfaat. 3. Pengelolaan administrasi dan pelayanan kurang efisien dan kurang baik yang menyebabkan sering terjadinya keluhan dan rendahnya tingkat kepuasan peserta. 4. Selama ini program jaminan sosial tidak didukung oleh perangkat penegak hukum yang konsisten, adil dan tegas, sehingga belum semua tenaga kerja memperoleh perlindungan yang optimal. 5. Adanya intervensi pejabat pemerintah terhadap penggunaan dana program jaminan sosial yang ada saat ini berdampak pada kurang optimalnya manfaat program dan menimbulkan keresahan dan rasa tidak puas di kalangan para peserta. 6. Seluruh badan penyelenggara jaminan sosial yang ada merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN berbentuk Persero yang harus mencari keuntungan dan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 menyetorkan deviden ke Pemerintah dan bukan memaksimalkan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. 7. Beberapa prinsip universal asuransi sosial, belum diterapkan secara konsisten.

E. BUMN Persero sebagai Penyelenggara SJSN

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, Asuransi Sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan atau anggota keluarganya. Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992, Asuransi Sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu undang- undang dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Karena Jaminan Sosial Nasional tersebut diwujudkan melalui mekanisme asuransi sosial maka manfaat yang akan diperoleh peserta tergantung pada besarnya Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 iuran. Manfaat yang diberikan harus cukup berarti sehingga mendorong kepesertaan yang lebih besar dari waktu ke waktu. Jaminan Sosial Nasional tersebut perlu diatur agar bersifat wajib untuk seluruh tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal, baik yang berpen- dapatan besar maupun kecil sehingga dapat terwujud asas kegotongroyongan dan redistribusi pendapatan dari yang kaya ke yang miskin. Cakupan kepesertaan dilakukan secara bertahap dimulai dari kelompok masyarakat yang mampu mengiur dan secara bertahap diupayakan menjangkau sampai pada kelompok masyarakat yang rentan dan tidak mampu, dimana iuran sebagian atau sepenuhnya dibayarkan oleh pemerintah. Karena ada unsur wajib bagi semua pekerja tersebut maka diperlukan adanya undang-undang untuk mengaturnya. Namun, secara sukarela pekerja dapat mengikuti program lain dengan kontribusi yang lebih besar dan memperoleh manfaat yang lebih banyak pula asuransi komersil. Pengelolaan Jaminan Sosial Nasional menganut prinsip Wali Amanah, yang mewakili stakeholder dalam hal ini peserta pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah. Pengumpulan dan pengelola iuran perlu ditunjang oleh keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas dan efisiensi. Penyelenggaraan dilakukan non-for profit. Pengertian non-for profit bukanlah berarti tidak perlu mengembangkan atau menginvestasikan dalam rangka meningkatkan akumulasi dana yang ada, tetapi hasil yang diperoleh nantinya akan dikembalikan atau dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta merupakan going concern asuransi sosial. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Berlandaskan amanat UUD 1945 hasil amandemen Pasal 28H ayat 3, Pasal 34 ayat 2 dan amanat Sidang Tahunan MPR Nomor XMPR-RI Tahun 2001 serta kondisi program jaminan sosial saat ini maka ditetapkan visi, misi dan tujuan penyelenggaraan SJSN sebagai berikut: Visi SJSN: “Mewujudkan suatu sistem Jaminan Sosial Nasional yang dapat memenuhi hak asasi yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Misi SJSN: a. Meningkatkan kepesertaan sehingga pada suatu ketika SJSN mampu memberikan perlindungan kepada seluruh penduduk. b. Meningkatkan kualitas pelayanan sehingga seluruh penduduk merasa perlu menjadi peserta SJSN. c. Meningkatkan perlindungan sehingga manfaat yang diterima peserta dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup minimal yang layak.

F. Keselarasan Tujuan Pembentukan BUMN Persero dalam Menjalankan

Undang-undang SJSN Jaminan Sosial Nasional adalah program Pemerintah dan masyarakat yang bertujuan memberi kepastian jumlah perlindungan kesejahteraan sosial agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Perlindungan ini diperlukan utamanya bila terjadi hilangnya atau berkurangnya pendapatan. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Perlindungan jaminan sosial mengenal beberapa pendekatan yang saling melengkapi yang direncanakan dalam jangka panjang dapat mencakup seluruh rakyat secara bertahap sesuai dengan perkembangan kemampuan ekonomi masyarakat. Pendekatan pertama adalah pendekatan asuransi sosial atau compulsory social insurance, yang dibiayai dari kontribusipremi yang dibayarkan oleh setiap tenaga kerja dan atau pemberi kerja. Kontribusipremi dimaksud selalu harus dikaitkan dengan tingkat pendapatanupah yang dibayarkan oleh pemberi kerja. Pendekatan kedua berupa bantuan sosial social assistance baik dalam bentuk pemberian bantuan uang tunai maupun pelayanan dengan sumber pembiayaan dari negara dan bantuan sosial masyarakat lainnya. Beberapa negara yang menganut welfare state yang selama ini memberikan jaminan sosial dalam bentuk bantuan sosial mulai menerapkan asuransi sosial. Utamanya karena jaminan melalui bantuan sosial membutuhkan dana yang besar dan tidak mendorong masyarakat merencanakan kesejahteraan bagi dirinya. Selain itu, dana yang terhimpun dalam asuransi sosial dapat merupakan tabungan nasional. Secara keseluruhan adanya jaminan sosial nasional dapat menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pengaturan dalam jaminan sosial ditinjau dari jenisnya terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemutusan hubungan kerja, jaminan hari tua, pensiun dan santunan kematian. Selama dekade terakhir di Indonesia telah ada beberapa program jaminan sosial dalam bentuk asuransi sosial, namun baru mencakup sebagian kecil pekerja di sektor formal. Dari 95 juta angkatan kerja, baru 24,6 juta jiwa memperoleh jaminan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 sosial, atau baru 12 dari jumlah penduduk. Sementara di Thailand dan Malaysia masing-masing mencapai 50 dan 40 dari total penduduk. Krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran melonjak tajam telah menimbulkan berbagai masalah sosial ekonomi. Dalam kondisi seperti ini jaminan sosial dapat membantu menanggulangi gejolak sosial. Fakta tersebut membuktikan bahwa amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 sebagian besar belum dapat dilaksanakan sehingga langkah-langkah nyata untuk mewujudkannya diperlukan, antara lain dengan menyusun suatu Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Menyadari masih terbatasnya jangkauan jaminan sosial yang ada dan beberapa kekurangan dalam pengaturan dan penyelenggaraannya, serta betapa pentingnya peran jaminan sosial dalam pemberian perlindungan utamanya di saat berkurangnya pendapatan maka dianggap perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui penerbitan Undang-undang yang akan mengatur Substansi, Kelembagaan dan Mekanisme Sistem Jaminan Sosial yang berlaku secara nasional. Sistem Jaminan Sosial yang akan dibangun ini haruslah sifatnya adil dengan tingkat kepercayaan publik yang tinggi dan transparan dalam penyelenggaraannya. Putusan Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001 menugaskan kepada Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Untuk itu Presiden mengambil inisiatif menyusun Rancangan Undang Undang Jaminan Sosial Nasional. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Presiden dengan Keppres No. 20 Tahun 2002 membentuk Tim SJSN. Keppres ini didahului dengan Keputusan Sekretaris Wakil Presiden No. 7 Tahun 2001. Program-program pokok SJSN yang dikembangkan disesuaikan dengan konvensi ILO No. 102 tahun 1952 yang juga diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia, yaitu Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK, Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Program Jaminan Hari Tua JHT, Program Pensiun dan Program Santunan Kematian. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB IV ALTERNATIF KELEMBAGAAN JAMINAN SOSIAL

UNTUK INDONESIA

A. Sistem Pertanggungjawaban BUMN Persero dalam Penyelenggaraan SJSN

Dari berbagai bahasan penyelenggaraan dan prinsip-prinsip dasar penyeleng- garaan jaminan sosial di berbagai Negara, disajikan disini berbagai alternatif badan penyelenggara jaminan sosial untuk Indonesia. Hal ini sangat penting mengingat saat ini Indonesia sudah memiliki empat badan penyelenggara jaminan sosial. Perubahan mendasar dan radikal dapat menimbulkan guncangan, namun demikian tanpa perubahan badan penyelenggara sistem jaminan sosial nasional tidak akan menjadi kuat. Oleh karenanya, berbagai alternatif badan penyelenggara yang disampaikan berikut ini disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan dan risiko masing-masing pilihanalternatif. Setiap alternatif diperlukan masa transisi tertentu sehingga perubahan penyelenggaraan dari yang sedang berjalan menuju pola baru setelah adanya perubahan undang-undang tidak menimbulkan guncangan besar. Perubahan harus selalu dijalankan guna memperbaiki manajemen maupun besarnya manfaat program yang disediakan melalui sistem jaminan sosial. Sebuah sistem jaminan sosial pada hakikatnya merupakan pelaksana program pemerintah dalam memelihara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang ber- keadilan. Suatu badan penyelenggara dapat mengelola suatu sistem jaminan sosial bagi sekelompok penduduk tertentu atau sebuah program tertentu. Oleh karena itu, Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 sebuah badan penyelenggara dapat berada di bawah koordinasi langsung sebuah kementrian, misalnya Kementerian Tenaga Kerja atau Kementrian Keuangan apabila badan penyelenggara mengurus kelompok penduduk. Sebuah badan penyelenggara juga dapat berada di bawah koordinasi Kementrian Kesehatan apabila program yang dikelola adalah program jaminanasuransi kesehatan yang mencakup berbagai segmen populasi. Koordinasi badan penyelenggara ini akan sangat tergantung dari rancangan sebuah sistem jaminan sosial. Di Indonesia, alternatif koordinasi badan penyeleng- gara dapat dilakukan melalui pilihan di bawah ini: 1. Langsung berada di bawah koordinasi PresidenKepala Negara Salah satu pilihan adalah sebuah Badan Penyelenggara yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden, tanpa melalui Menteri tertentu. Sebuah badan penyelenggara yang otonom yang tidak berada di bawah koordinasi suatu kementrian atau departemen akan lebih cocok untuk program jaminan sosial yang lintas sektoral. Bentuk badan seperti ini, sebagai suatu badan setingkat Departemen atau Lembaga Non-Departemen, cocok untuk rancangan sebuah sistem jaminan sosial yang mengelola berbagai program untuk berbagai kelompok penduduk. Bentuk ini juga sangat efisien dan efektif karena akan selalu menjadi fokus perhatian seluruh pihak terkait stakeholders. Hanya saja, jika badan penyelenggara berada langsung di bawah Presiden, keputusan yang diambil dapat dipengaruhi oleh figur Presiden yang mungkin mewakili partai yang berkuasa. Dengan demikian, independensi dan otonomi badan ini sering diragukan. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 badan yang terlalu dekat dengan kekuasaan sering digunakan sebagai alat penguasa untuk mempertahankan kekuasaan. 2. Berada di bawah koordinasi sebuah kementrian Badan penyelenggara yang berada di bawah suatu Depatemen tepat mengatur kelompok penduduk atau program yang menjadi tugas utama suatu departemen. Namun demikian, apabila program jaminan sosial menyangkut berbagai sektor dan berbagai kelompok penduduk, maka koordinasi oleh suatu departemen dapat menimbulkan gesekan politik yang keras karena banyak Departemen yang merasa berwenang mengatur dan karenanya akan menjadi “rebutan” mengingat dana yang akan dikelola dapat jadi sangat besar. Departemen Keuangan dapat melihat badan ini sebagai suatu Lembaga Keuangan dan karenanya dapat menuntut agar badan tersebut berada di bawah Departemen Keuangan. Hal ini mengandung risiko bahwa badan tersebut akan dilihat sebagai suatu sumber keuangan umum negara seperti halnya BUMN di masa lalu. Padahal tujuan utama jaminan sosial bukanlah akumulasi dana sebagai usaha revenue center bagi pemerintah, akan tetapi upaya pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi penduduk yang pengelolaannya harus memperhatikan aspek ekonomi dan keuangan. Sebaliknya Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigarasi atau Departemen Sosial dapat melihat badan ini lebih tepat di bawah koordinasinya karena mengurusi jaminan sosial atau jaminan tenaga kerja. Badan ini juga tidak hanya mengurus masalah sosial atau kesejahteraan sosial atau tenaga kerja semata, tetapi badan ini juga akan mengurus pengumpulan dana dan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 investasi yang pruden dimana kemampuan itu tidak dimiliki oleh pejabat di Departemen non keuangan. Dimanapun letak badan tersebut, pengaruh birokrasi dan kekuasaan dapat menjadikan pengelolaan badan ini menyimpang dari tujuan semula yaitu memberikan jaminan sosial yang mampu meningkatkan produktivitas penduduk. 3. Independen dan bertanggung jawab langsung kepada DPR Suatu badan di bawah koordinasi DPR memang memberikan jaminan tidak ada campur tangan pemerintah. Pada kondisi banyak fraksi seperti yang kini terjadi, pembentukan sebuah Badan Penyelenggara di bawah DPR mempunyai potensi sebagai ajang rebutan partai, khususnya yang berkuasa. Lembaga seperti ini tidak masuk dalam konstitusi atau sistem pemerintahan Indonesia, sehingga bentuk ini tampaknya sulit bisa dilaksanakan.

B. Alternatif Kelembagaan Jaminan Sosial

Selama masa Orde Baru hingga pertengahan tahun 1997, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat baik. Ini ditandai dengan tingginya laju pertumbuhan tahunan Produk Domestik Bruto, rendahnya tingkat inflasi secara keseluruhan, tingginya kepercayaan pihak luar terhadap Indonesia dan banyaknya penanaman modal asing secara langsung. Namun, menjelang akhir tahun 1997 dan pada tahun 1998, Indonesia dilanda krisis besar. Pada tahun 1998, perekonomian Indonesia mengalami penyusutan yang tidak tanggung-tanggung, yaitu sebesar 13,6 dan pada tahun 1999 hanya mencatat pertumbuhan yang tidak seberapa, yakni 0,12 Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 saja. Pada tahun 2000, tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto riil adalah 4,8 dan 3,3 menjelang akhir kuartal tahun 2001. Pada pertengahan tahun 1997, sekitar 10,1 penduduk Indonesia tergolong miskin dan pada tahun 1998, sebagai konsekuensi dari berkurangnya output, angka tersebut diperkirakan naik menjadi 14,1 apda tahun 1999 atau sekitar 29 juta orang. Sedangkan menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS pada tahun 2000 yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik BPS, tingkat kemiskinan pada tahun 1999 adalah sekitar 23,6. Menurut sejarahnya, sistem jaminan sosial di Indonesia dimulai pada tahun 1977 dengan diperkenalkannya program jaminan sosial untuk tenaga kerja yang dikenal dengan nama ASTEK Asuransi Sosial Tenaga Kerja. Akhirnya, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1992 untuk karyawan swasta dan Badan Usaha Milik Negara. Kemudian ASTEK diganti menjadi Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK dan kepesertaan program ini diwajib- kan bagi seluruh perusahaan skala kecil, menengah dan besar. JAMSOSTEK merupakan sistem perlindungan bagi karwayan dalam menghadapi resiko-resiko sosial seperti kecelakaan kerja, kematian bagi anggota keluarga yang ditinggalkan, sakit dan usia tua. Sistem jaminan sosial yang ada sekarang memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya menyangkut cakupan perlindungan yang diberikan skema JAMSOSTEK yang hanya memberikan perlindungan kepada karyawan yang bekerja di sektor Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 formal. Selain itu, tidak semua skema JAMSOSTEK sesuai dengan peraturan, terutama dengan peraturan-peraturan yang merupakan standar internasional. Dibandingkan banyak negara lain, pengeluaran untuk jaminan sosial di Indonesia relatif kecil. Misalnya, pada tahun 1996, jumlah uang yang dikeluarkan untuk membayar jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan jaminan hari tua rata-rata tidak lebih dari 5 Produk Domestik Bruto. Baru-baru ini beberapa departemen, yaitu Departemen Kesehatan DEPKES, Departemen Sosial DEPSOS, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi DEPNAKERTRANS dan Departemen Keuangan DEPKEU berupaya melak- sanakan reformasi sistem jaminan sosial yang ada di Indonesia, termasuk JAMSOSTEK. Untuk itu, pemerintah telah mengusulkan rancangan undang-undang baru guna mendukung upaya reformasi tersebut. Dalam undang-undang baru tersebut, JAMSOSTEK nantinya menjadi suatu badan wali amanah. Dalam rangka menjamin pelaksanaan undang-undang Jaminan Sosial Nasional diperlukan suatu lembaga yang mempunyai kewenangan untuk menjabarkan Undang-undang SJSN, mengkoordinir, memonitor dan mengawasi pelaksanaan program-program, pengelola dana dan investasi serta pemasyarakatan program Jaminan Sosial Nasional sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Lembaga ini berada langsung di bawah Presiden dibantu Dewan Menteri yang terkait dan beranggotakan wakil pemerintah, wakil pekerja, wakil pemberi kerja dan pakar di bidangnya. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Selama peraturan teknis undang-undang SJSN disiapkan maka lembaga- lembaga yang ada tetap melanjutkan kegiatannya, untuk kemudian setelah peraturan pelaksanaan undang-undang SJSN tersusun lengkap dan dilaksanakan maka program- program yang sejalan dapat menyesuaikan dengan Undang-undang SJSN tersebut selama masa transisi yang akan ditetapkan. Tidak tertutup kemungkinan munculnya lembaga penyelenggaraan lain.

C. Tiga Pilar Perlindungan Sosial

Sesuai dengan konsep tiga pilar pembangunan kesejahteraan rakyat, yaitu pengembangan SDM dan kemasyarakatan, penanggulangan dan pengurangan kemiskinan, serta penanggulangan, antisipasi dan tanggap cepat gangguan kesejahteraan rakyat maka Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN adalah sebuah langkah investasi yang sangat strategis. Sistem Jaminan Sosial Nasional National Social Security System adalah sistem penyelenggara program negara dan pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia. Jaminan sosial diperlukan apabila ada hal-hal yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan seseorang, baik karena memasuki usia senja atau pensiun, maupun karena gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Mengembangkan Sistem Jaminan Sosial, pada dasarnya merupakan upaya memenuhi amanat konstitusi. Sebelum terbitnya UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN, Indonesia telah memiliki dan melaksanakan suatu jaminan sosial yang terbatas bagi kelompok pegawai negeri dan sebagian kelompok pegawai swasta melalui Askes, Jamsostek, Asabri dan Taspen. “Sistem tersebut telah dirasakan manfaatnya, dengan kata lain jaminan sosial memang diperlukan dan dapat kita laksanakan.” Sistem jaminan sosial merupakan sebuah sistem pengorbanan di muka untuk menjamin kesejahteraan di hari kemudian, sebuah sistem untuk menutupi kekurangan sifat manusia yang kebanyakan berpandangan pendek short-shigted. Sistem jaminan sosial diperlukan untuk mengurangi resiko sosial ekonomi yang selalu mengancam kemapanan seseorang seperti kehilangan atau berkurangannya sumber pendapatan. Dalam sistem jaminan sosial yang berlaku universal, setiap orang yang mempunyai penghasilan wajib mengiur. Kewajiban mengiur tidak saja berlaku bagi mereka yang bekerja tetapi juga bagi pemberi kerja atau majikan. Iuran tentunya bukan merupakan suatu beban, tetapi sebagai bagian dari investasi dalam jangka panjang. Hasil kajian di negara maju menunjukkan bahwa semakin kuat sistem jaminan sosial, semakin produktif penduduknya dan semakin besar sumber dana yang terkumpul untuk modal pembangunan. Saat ini, dana jaminan sosial yang terkumpul di empat badan penyelenggara jaminan sosial PT Askes, PT Jamsostek, PT Taspen, dan PT Asabri belum mencapai 2 persen GDP atau kurang dari Rp. 60 triliun. Masih tertinggal jika dibanding dengan Malaysia yang mencapai sekitar Rp 1000 triliun walaupun Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 penduduknya hanya 10 persen dari penduduk Indonesia. Dengan tersedianya dana jaminan sosial sebesar itu sangatlah mungkin untuk melakukan berbagai program ekonomi yang dapat membuka lapangan kerja baru. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa, selain dapat memberi- kan perlindungan sosial bagi masyarakat, jaminan sosial juga menjadi penggerak pembangunan ekonomi. Jaminan sosial dapat diwujudkan melalui mekanisme asuransi sosial dan tabungan sosial. Dengan adanya perlindungan terhadap resiko sosial ekonomi melalui asuransi sosial dapat mengurangi beban negara APBN dalam penyediaan dana bantuan sosial yang memang sangat terbatas. Melalui prinsip gotong-royong, mekanisme asuransi sosial merupakan sebuah instrumen negara yang kuat dan digunakan di hampir seluruh negara maju dalam menangulangi resiko sosial ekonomi yang setiap saat dapat terjadi pada setiap warga negaranya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk terdapat tiga pilar pendekatan yang saling melengkapi namun berbeda pola penyelenggaraannya, yaitu: Pilar pertama, menggunakan mekanisme bantuan sosial social assistance kepada penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan uang tunai mau- pun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak. Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber dari Anggaran Negara danatau dari Masyarakat. Mekanisme bantuan sosial biasanya diberikan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS yaitu masyarakat yang benar-benar membutuhkan, umpamanya penduduk miskin, sakit, lanjut usia, atau ketika terpaksa menganggur. Di Indonesia, bantuan sosial oleh Pemerintah kini lebih ditekankan pada pemberdayaan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 dalam bentuk bimbingan, rehabilitasi dan pemberdayaan yang bermuara pada kemandirian PMKS. Diharapkan setelah mandiri mereka mampu membayar iuran untuk masuk mekanisme asuransi. Kearifan lokal dalam masyarakat juga telah lama dikenal yaitu upaya-upaya kelompok masyarakat, baik secara mandiri, swadaya, maupun gotong royong, untuk memenuhi kesejahteraan anggotanya melalui berbagai upaya bantuan sosial, usaha bersama, arisan, dan sebagainya. Kearifan lokal akan tetap tumbuh sebagai upaya tambahan sistem jaminan sosial karena kearifan lokal tidak mampu menjadi sistem yang kuat, mencakup rakyat banyak, dan tidak terjamin kesinambungannya. Pemerintah mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat guna memenuhi kesejahteraannya dengan menumbuhkan iklim yang baik dan berkembang, antara lain dengan memberi insentif untuk dapat diintegrasikan dalam sistem jaminan sosial nasional. Pilar kedua, menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban menjadi peserta, sistem ini dapat terselenggara secara luas bagi seluruh rakyat dan terjamin kesinambungannya serta profesionalisme penyelenggaraannya. Dalam hal peserta adalah tenaga kerja di sektor formal, iuran dibayarkan oleh setiap tenaga kerja atau pemberi kerja atau secara bersama-sama sebesar prosentase tertentu dari upah. Mekanisme asuransi sosial merupakan tulang punggung pendanaan jaminan sosial di hampir semua negara. Mekanisme ini merupakan upaya negara untuk Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 memenuhi kebutuhan dasar minimal penduduk dengan mengikut-sertakan mereka secara aktif melalui pembayaran iuran. Besar iuran dikaitkan dengan tingkat pendapatan atau upah masyarakat biasanya prosentase tertentu yang tidak memberatkan peserta untuk menjamin bahwa semua peserta mampu mengiur. Kepesertaan wajib merupakan solusi dari ketidakmampuan penduduk melihat risiko masa depan dan ketidakdisiplinan penduduk menabung untuk masa depan. Dengan demikian sistem jaminan sosial juga mendidik masyarakat untuk merencanakan masa depan. Karena sifat kepesertaan yang wajib, pengelolaan dana jaminan sosial dilakukan sebesar-besarnya untuk meningkatkan perlindungan sosial ekonomi bagi peserta. Berhubung karena sifatnya yang wajib, maka jaminan sosial ini harus diatur oleh UU tersendiri. Di berbagai negara yang telah menerapkan sistem jaminan sosial dengan baik, perluasan cakupan peserta dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintah serta kesiapan penyelenggaraannya. Tahapan biasanya dimulai dari tenaga kerja di sektor formal tenaga kerja yang mengikatkan diri dalam hubungan kerja, selanjutnya diperluas kepada tenaga kerja di sektor informal, untuk kemudian mencapai tahapan cakupan seluruh penduduk. Upaya penyelenggaraan jaminan sosial sekaligus kepada seluruh penduduk akan berakhir pada kegagalan karena kemampuan pendanaan dan manajemen memerlukan akumulasi kemampuan dan pengalaman. Kelompok penduduk yang selama ini hanya menerima bantuan sosial, umumnya penduduk miskin, dapat menjadi peserta program jaminan sosial, dimana Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 sebagian atau seluruh iuran bagi dirinya dibayarkan oleh pemerintah. Secara bertahap bantuan ini dikurangi untuk menurunkan ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Sehubungan hal ini, pemerintah perlu memperhatikan perluasan kesempatan kerja dalam rangka mengurangi bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang tidak mampu. Pilar ketiga, menggunakan mekanisme asuransi sukarela voluntary insurance atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau preminya dibayar oleh peserta atau bersama pemberi kerja sesuai dengan tingkat risikonya dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi yang sifatnya komersial, dan sebagai tambahan setelah yang bersangkutan menjadi peserta asuransi sosial. Penyelenggaraan asuransi sukarela dikelola secara komersial dan diatur dengan UU Asuransi. Perum Astek yang kemudian diubah menjadi PT. Jamsostek telah menyeleng- garakan jaminan sosial sejak tahun 1978 hingga saat ini, mencakup sebagian tenaga kerja sektor formal dan hanya menyelenggarakan Jaminan Kecelakaan Kerja, Hari Tua, Kematian dan Pelayanan Kesehatan. Sebagian besar tenaga kerja lainnya yang bekerja di sektor informal tenaga kerja di luar hubungan kerja, seperti nelayan, petani dan pedagang sayur, kios, pedagang sate, baso, gado-gado, warteg, dan lain- lainl belum memperoleh perlindungan sosial formal sampai saat ini karena memang undang-undangnya belum menyediakan peluang untuk itu, baru berupa peraturan menteri tenaga kerja. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008

E. Sejarah Jaminan Sosial

Jaminan Sosial Nasional adalah program Pemerintah dan Masyarakat yang bertujuan memberi kepastian jumlah perlindungan kesejahteraan sosial agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Perlindungan ini diperlukan utamanya bila terjadi hilangnya atau berkurangnya pendapatan. Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2. Secara universal jaminan sosial dijamin oleh Pasal 22 dan 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB 1948, dimana Indonesia ikut menandatanganinya. Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang, seperti terbaca pada Perubahan UUD 45 tahun 2002, Pasal 34 ayat 2, yaitu “Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat….”. Perlindungan jaminan sosial mengenal beberapa pendekatan yang saling melengkapi yang direncanakan dalam jangka panjang dapat mencakup seluruh rakyat secara bertahap sesuai dengan perkembangan kemampuan ekonomi masyarakat. Pendekatan pertama adalah pendekatan asuransi sosial atau compulsory social insurance, yang dibiayai dari kontribusipremi yang dibayarkan oleh setiap tenaga kerja dan atau pemberi kerja. Kontribusipremi dimaksud selalu harus dikaitkan dengan tingkat pendapatanupah yang dibayarkan oleh pemberi kerja. Pendekatan kedua berupa bantuan sosial social assistance baik dalam bentuk pemberian bantuan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 uang tunai maupun pelayanan dengan sumber pembiayan dari negara danbantuan sosial dan masyarakat lainnya. Beberapa negara yang menganut welfare state yang selama ini memberikan jaminan sosial dalam bentuk bantuan sosial mulai menerapkan asuransi sosial. Utamanya karena jaminan melalui bantuan sosial membutuhkan dana yang besar dan tidak mendorong masyarakat merencanakan kesejahteraan bagi dirinya. Selain itu, dana yang terhimpun dalam asuransi sosial dapat merupakan tabungan nasional. Secara keseluruhan adanya jaminan sosial nasional dapat menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pengaturan dalam jaminan sosial ditinjau dari jenisnya terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemutusan hubungan kerja, jaminan hari tua, pensiun dan santunan kematian. Sebenarnya, selama dekade terakhir di Indonesia telah ada beberapa program jaminan sosial dalam bentuk asuransi sosial, namun baru mencakup sebagian kecil pekerja di sektor formal. Dari 95 juta angkatan kerja, baru 24,6 juta jiwa memperoleh jaminan sosial atau baru 12 dari jumlah penduduk. Sementara di Thailand dan Malaysia masing-masing mencapai 50 dan 40 dari total penduduk. Krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran melonjak dengan tajam telah menimbulkan berbagai masalah sosial ekonomi. Dalam kondisi seperti ini jaminan sosial dapat membantu menanggulangi gejolak sosial. Fakta tersebut membuktikan bahwa amanat UUD pasal 27 ayat 2 sebagian besar belum dapat dilaksanakan sehingga langkah-langkah nyata untuk mewujudkan- Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 nya diperlukan, antara lain dengan menyusun suatu Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Menyadari masih terbatasnya jangkauan jaminan sosial yang ada dan beberapa kekurangan dalam pengaturan dan penyelenggaraannya, serta betapa pentingnya peran jaminan sosial dalam pemberian perlindungan utamanya di saat berkurangnya pendapatan maka dianggap perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui penerbitan undang-undang yang akan mengatur substansi, kelembagaan dan mekanisme sistem jaminan sosial yang berlaku secara nasional. Sistem jaminan sosial yang akan dibangun ini haruslah sifatnya adil dengan tingkat kepercayaan publik yang tinggi dan transparan dalam penyelenggaraannya. Putusan Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001 menugaskan kepada Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Untuk itu Presiden mengambil inisiatif menyusun Rancangan Undang-Undang Jaminan Sosial Nasional. Presiden dengan Kepres No. 20 tahun 2002 membentuk Tim SJSN. Kepres ini didahului dengan Keputusan Sekretaris Wakil Presiden No. 7 Tahun 2001. Sistem Jaminan Sosial social security system adalah sistem penyelenggaraan program negara dan pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia. Jaminan sosial diperlukan apabila terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan hilang atau Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 berkurangnya pendapatan seseorang, baik karena memasuki usia lanjut atau pensiun, maupun karena gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan lain sebagainya. Sistem Jaminan Sosial Nasional disusun dengan mengacu pada penyelenggaraan jaminan sosial yang berlaku universal dan telah diselenggarakan oleh negara-negara maju dan berkembang sejak lama. Penyelenggaraan jaminan sosial di berbagai negara memang tidak seragam, ada yang berlaku secara nasional untuk seluruh penduduk dan ada yang hanya mencakup penduduk tertentu untuk program tertentu. Secara universal, pengertian jaminan sosial dapat dijabarkan seperti beberapa definisi yang dikutip berikut ini: Menurut Guy Standing 2000 Social security,is a system for providing income security to deal with the contingency risks of life-“sickness, maternity, employment injury, unemployment, invalidity, old age and death; the provision of medical care, and the provision of subsidies for families with children”. ILO Convention 102: “Social security is the protection which society provides for its members through a series of public measures: 1. to offset the absence or substantial reduction of income from work resulting from various contingencies notably sickness, maternity, employment injury, unemployment, invalidity, old age and death of the breadwinner. 2. to provide people with health care, and 3. to provide benefits for families with children. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Tanpa merinci jenis program jaminan sosial lainnya, UUD 1945 telah mengamanatkan kepada Negara untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Pasal 28H ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa jaminan sosial adalah hak setiap warga negara. Lebih lanjut, perlunya segera dikembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN ditegaskan pada Pasal 34 ayat 2 Perubahan UUD 45 tahun 2002 yang menyatakan bahwa “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa amanat tersebut menghendaki terselenggaranya berbagai program jaminan sosial secara komprehensifmenyeluruh seperti yang telah diselenggarakan negara lain, meskipun hal itu dilakukan secara bertahap. Secara universal, Jaminan Sosial dijamin oleh Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia. Indonesia meratifikasi deklarasi tersebut yang di dalamnya dinyatakan bahwa “... setiap orang, sebagai anggota masyarakat, mempu- nyai hak atas jaminan sosial ... dalam hal menganggur, sakit, cacat, tidak mampu bekerja, menjanda, hari tua ...”. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 menganjurkan agar semua negara di dunia memberi perlindungan dasar kepada setiap warga negaranya dalam rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang Hak Jaminan Sosial. Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa, selain dapat memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat, jaminan sosial juga menjadi penggerak pem- bangunan ekonomi. Akhir-akhir ini bermunculan kenyataan baru yang membuktikan bahwa jaminan sosial makin diperlukan mengingat bahwa kondisi perekonomian Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 global maupun nasional sedang mengalami berbagai krisis yang mengancam kesejahteraan rakyat. Krisis telah mengakibatkan masyarakat kehilangan pekerjaan, berkurangnya pendapatan, dan kehilangan kesejahteraan yang menjadi haknya. Selain itu, pendapatan masyarakat akan berkurang karena menderita penyakit atau memasuki usia lanjut. Jaminan sosial dapat diandalkan sebagai upaya penyelamat dari berbagai risiko tersebut. Jaminan sosial dapat diwujudkan melalui mekanisme asuransi sosial dan tabungan sosial. Adanya perlindungan terhadap risiko sosial ekonomi melalui asuransi sosial dapat mengurangi beban negara APBN dalam penyediaan dana bantuan sosial yang memang sangat terbatas. Melalui prinsip kegotongroyongan, mekanisme asuransi sosial merupakan sebuah instrumen negara yang kuat dan digunakan di hampir seluruh negara maju dalam menanggulangi risiko sosial ekonomi yang setiap saat dapat terjadi pada setiap warga negaranya. Dilihat dari aspek ekonomi makro, jaminan sosial nasional adalah suatu instrumen yang efektif untuk memobilisasi dana masyarakat dalam jumlah besar, yang sangat bermanfaat untuk membiayai program pembangunan dan kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri. Selain memberikan perlindungan melalui mekanisme asuransi sosial, dana jaminan sosial yang terkumpul dapat menjadi sumber dana investasi yang memiliki daya ungkit besar bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Dilihat dari aspek dana, program ini merupakan suatu gerakan tabungan nasional yang berlandaskan prinsip solidaritas sosial dan kegotongroyongan. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Banyak negara memulai penyelenggaraan jaminan sosial setelah mengalami krisis ekonomi yang berat dimana kebutuhan kegotong-royongan sangat terasa. Amerika Serikat mengembangkan jaminan sosial pada masa pemerintahan Presiden Roosevelt 1935 setelah negara tersebut mengalami depresi ekonomi yang sangat hebat di tahun 1932. Jerman memperkenalkan asuransi sosial semasa pemerintah Otto Van Bismarck 1883 dimana perlindungan tenaga kerja sangat dibutuhkan. Kedua negara maju tersebut kini memperoleh manfaat besar dari penyelenggaraan jaminan sosial yang dikembangkan pada waktu kedua negara tersebut sedang menghadapi resesi ekonomi. 42 Manfaat besar dari dana yang terhimpun juga dinikmati negara berkembang yang telah menyelenggarakan jaminan sosial secara konsisten dan mencakup seluruh pekerja sektor formal. Malaysia telah berhasil memupuk Tabungan Nasional atau Dana Jaminan Sosial senilai US 90 Miliar melalui program jaminan hari tua pegawai Employee Provident Fund, EPF. Kekuatan dana asuransi sosial inilah, antara lain, yang menyelamatkan Malaysia dari krisis mata uang pada tahun 1998 yang lalu. 43 Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti 42 Purwoko Bambang, Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya, Jakarta: Meganet Dutatama,1999, hlm. 3. 43 Tim SJSN, Naskah Akademis UU Nomor 40 Tahun 2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional, Jakarta: Kantor Menko Kesra, 2004, hlm. 4. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Sejarah dimulainya jaminan sosial mengalami proses yang panjang, dimulai dari Undang-undang Nomor 33 Tahun 1947 jo Undang-undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Kecelakaan Kerja, Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 48 Tahun 1952 jo Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pengaturan Bantuan untuk Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh, Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 15 Tahun 1957 tentang Pembentukan Yayasan Sosial Buruh, Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 5 Tahun 1964 tentang Pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial YDJS dan selanjutnya diberlakukannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja ASTEK, yang mewajibkan setiap pemberi kerjapengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Kemudian terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK dan melalui Peraturan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan peng- hasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial. Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada Pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja. Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif tenaga kerja di Indonesia diharapkan terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek memberikan perlindungan 4 empat program jaminan sosial, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Kematian JKM, Jaminan Hari Tua JHT dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya. Jika penyelenggaraan makin maju, program Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha, tetapi juga berperan aktif dalam Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa.

F. Bentuk Badan Hukum Badan Penyelenggara

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 menentukan BPJS adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS harus dibentuk dengan undang-undang. Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa frase dengan undang-undang dalam ketentuan tersebut di atas menunjuk pada pengertian bahwa pembentukan setiap badan penyelenggara jaminan sosial harus dengan undang-undang. Ketentuan Pasal 5 ayat 1 UU SJSN adalah dimaksudkan untuk pembentukan badan penyelenggara tingkat nasional yang berada di pusat. Lebih lanjut dikemukakan bahwa keberadaan undang-undang yang mengatur tentang Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di tingkat pusat merupakan kebutuhan, karena belum adanya badan penyelenggara jaminan sosial yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat dilaksanakan. Pertanyaannya ialah apakah mesti dibentuk BPJS yang baru atau cukup menyesuaikan yang telah ada? Mengenai hal ini UU SJSN menentukan bahwa semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS disesuaikan dengan undang-undang ini paling lambat 5 tahun sejak undang-undang ini diundangkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa BPJS dalam undang-undang ini adalah transformasi dari BPJS yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial. Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Undang-undang tidak memberi penjelasan lebih lanjut mengenai penyesuaian tersebut. Apakah dengan undang-undang BPJS nanti jumlah BPJS yang ada masih dipertahankan atau disatukan? Pembentuk UU SJSN tidak bermaksud untuk menetap- kan satu badan penyelenggara untuk seluruh program jaminan sosial. Hal ini ternyata dari ketentuan Pasal 1 angka 2 UU SJSN yang menentukan bahwa “Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa penyelenggara jaminan sosial”. Digunakannya kata “beberapa” dalam ketentuan tersebut menunjukkan pembentuk Undang-undang menghendaki adanya lebih dari satu badan penyelenggara. Penjelasan umum UU SJSN juga menegaskan hal tersebut sebagai berikut: “sehubungan dengan hal di atas, dipandang perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberi manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta. Lebih lanjut dikemukakan sebagai berikut: “BPJS dalam undang-undang ini adalah transformasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial”. Sebenarnya UU SJSN tidak menentukan secara spesifik bentuk badan hukum BPJS, yang diatur dalam UU SJSN adalah asas, tujuan dan prinsip penyelenggaraan SJSN, keharusan BPJS dibentuk dengan undang-undang, kewajiban BPJS, kerjasama Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 BPJS dengan fasilitas kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan dan pengelolaan dana jaminan sosial. Apabila kita simak dengan cermat ketentuan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dihubungkan dengan UU SJSN, sangat jelas terdapat perbedaan yang mendasar antara Badan Hukum BUMN, Perseroan Terbatas dengan badan hukum BPJS yang dikehendaki oleh UU SJSN. Secara konstitusonal dasar hukum pembentukan BUMN adalah untuk melaksanakan amanat Pasal 33 Undang Undang Dasar sedangkan pembentukan BPJS adalah untuk memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat 3 Undang Undang Dasar 1945 dan memenuhi kewajiban negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan sebagaimana diamanat- kan dalam Pasal 34 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara R.I. Tahun 1945. BPJS adalah Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial yang dibentuk dengan undang-undang sedangkan BUMN adalah Badan Usaha dan Perseroan Terbatas merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh karena itu Pasal 52 ayat 2 UU SJSN menentukan agar semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS disesuaikan dengan UU SJSN. Sebagai badan yang menyelenggarakan jaminan sosial, maka bentuk BPJS dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Badan Trust Fund Dana Amanat yang independen

Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 Suatu bentuk badan tripartit yang independen terhadap birokrasi pemerintahan yang disebut Wali Amanat Board of Trustee dan diawasi oleh wakil-wakil pihak yang berkepentingan stakeholders merupakan pilihan yang paling banyak dianut di dunia. Bentuk Dana Amanat adalah bentuk badan hukum yang umum digunakan di negara-negara maju dengan berbagai nama. Badan ini dapat disebut sebagai suatu Badan Penyelenggara Publik yang bukan BUMN, bukan perusahaan swasta, dan bukan lembaga pemerintah. Bentuk Dana Amanat pada prinsipnya adalah suatu badan quasi Pemerintah yang tidak dimiliki oleh sekelompok orang akan tetapi dimiliki oleh seluruh pesertanya, yang peruntukan dananya telah ditetapkan. Oleh karena Dana Amanat dimiliki seluruh pesertanya, maka apabila terdapat sisa hasil usaha maka sisa hasil usaha tersebut menjadi milik seluruh peserta. Jadi tidak ada pembagian dividen untuk sekolompok orang maupun untuk pemerintah seperti yang terjadi dalam bentuk BUMN. Dana sisa hasil usaha dapat diberikan sebagai pengurangan iuran tahun berikutnya, disimpan sebagai dana cadangan umum untuk seluruh peserta, atau untuk perbaikan pelayanan. Dana Amanat merupakan milik seluruh rakyat, apabila cakupan jaminan sosial sudah universal, maka sisa hasil usaha juga tidak perlu dikenakan pajak penghasilan badan karena setiap dana yang diperoleh sudah menjadi hak seluruh rakyat seperti halnya dan yang dikumpulkan dari pajak. Bedanya, dalam Dana Amanat pemerintah tidak ikut campur mengelola dana tersebut. Pengelolaan Dana Amanat diatur oleh undang-undang dan pengelola yang terdiri dari Board of Trustees Wali Amanat dan Executive Boards Dewan Eksekutif yang terdiri atas Direksi beserta kelengkapannya secara independen atau otonom tanpa campur tangan Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN…, 2008 USU e-Repository © 2008 pemerintah atau partai. Wali AmanatDewan Jaminan Sosial Nasional adalah lembaga penentu kebijakan dan sekaligus pengawas keuangan maupun penyelenggaraan lainnya yang dilaksanakan oleh eksekutif. Wali Amanat terdiri dari wakil-wakil berbagai peserta seperti wakil tenaga kerja, wakil perusahaan, wakil pemerintah, dan unsur lain yang dinilai perlu dan memiliki kemampuan menjalankan fungsi Wali Amanat. Bentuk Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Universitas Otonom atau Badan Hukum Pendidikan adalah badan hukum yang mendekati bentuk Dana Amanat.

2. Badan Usaha Milik NegaraDaerah