Peran Pemerintah dalam Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dalam hal biaya rawat inap melebihi ketentuan yang telah ditetapkan, maka selisih biayanya menjadi tanggung jawab tenaga kerja yang bersangkutan.

C. Peran Pemerintah dalam Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pemerintah mempunyai peranan yang sangat besar untuk terselenggaranya jaminan sosial tenaga kerja dengan sebaik-baiknya. Pemerintah dalam Jamsostek telah bekerja sama dengan tujuan agar setiap tenaga kerja yang telah mendaftarkan kepesertaannya mendapatkan jaminan dan santunan serta biaya ganti rugi ketika terjadi peristiwa dalam hubungan kerja. Depnaker Departemen Tenaga Kerja sebagai wakil pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan mencakup bidang yang sangat luas. Departemen adalah badan yang berwenang serta berkewajiban untuk mengawasi dan menyelesaikan segala masalah-masalah yang terjadi dalam bidang ketenagakerjaan dan sekaligus sebagia badan yang berwenang dalam pengarahan dan pembinaan tenaga kerja. Depnaker sebagai wakil pemerintah mempunyai tugas antara lain meliputi hal- hal sebagai berikut : a. Menyediakan dan penggunaan tenaga kerja b. Pengembangan dan perluasan kerja c. Pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja d. Pembinaan hubungan ketenagakerjaan e. Pengurusan syarat-syarat dan jaminan sosial f. Pembinaan norma-norma perlindungan kerja g. Pembinaan norma-norma keselamatan kerja 48 48 Imam Soepomo, Op. cit., hal. 42 Universitas Sumatera Utara Pasal 19 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150 Tahun 1999, berbunyi bahwa pengawasan terhadap ditaatinya keputusan menteri ini dilakukan oleh pegawai pengawas ketenaga-kerjaan. Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas tersebut di atas yang dalam hal ini adalah depnaker masih dapat dikatakanterbilang belum efektif yang masih bersifat pasif atau masih bersifat menunggu. Hal ini mungkin karena ketidak harusan pengusaha dalam mendaftarkan setiap tenaga kerjanya kepihak penyelenggara PT. Jamsostek. Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja oleh badan penyelenggara PT. Jamsostek dilakukan oleh yang bertanggung jawab dalam bidang tenaga kerja Menteri Tenaga Kerja. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan tersebut menteri yang bersangkutan dapat melakukan pemeriksaan langsung setiap waktu. Pembinaan yang berkaitan dengan penetapan kebijaksanaan regulasi Peraturan Perundang-Undangan dilakukan bersama oleh Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Keuangan. Pembinaan dan pengawasan yang berkaitan dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK dilakukan bersama oleh Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 1999 tentang pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku Rapat Umum Pemegang Saham RUPS atau Pemegang Saham pada perusahaan Perseroan Persero dan Perseroan Terbatas yang sebagian Sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia kepada Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan Universitas Sumatera Utara BUMN, fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap badan penyelenggara Jamsostek PT. Jamsostek dilakukan oleh Menteri Keuangan. 49 Ada empat persoalan asuransi tenaga kerja yang ditawarkan oleh Jamsostek bagi manfaat pekerja, dan masing-masing memiliki besaran persentase potongan gaji yang berbeda-beda. Untuk program Jaminan Hari Tua JHT iuran sebesar 5,7 dari gaji karyawan bersangkutan dibebankan kepada perusahaan 3,7 Menteri Tenaga Kerja dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja. Di samping itu, laporan keuangan PT. Jamsostek yang diaudit oleh Badan Pengawas dan Pembangunan BPKP, bukan oleh kantor Akuntan Publik sebagai Auditor Independen. Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan keluarganya hanya dapat terlaksana dengan baik apabila pemerintah dalam hal ini Depnaker melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ditaatinya ketentuan- ketentuan perundang-undangan tersebut. Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan hendaklah dengan melakukan peninjauan langsung keperusahaan-perusahaan untuk melihat keadaan tenaga kerja dan menanyai langsung kepada tenaga-kerja tentang pelaksanaan Jamsostek di perusahana tersebut. Sehingga dengan demikian tenaga kerja merasa terlindungi dan dengan demikian tercapai pulalah sekaligus tujuan nasional yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur. 49 Zulaini Wahab, Jaminan Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 2001, hal. 167 Universitas Sumatera Utara dan pekerja sendiri 2. Program Jaminan Kesehatan JKS besar iuran variatif dengan rentang 3 hingga 6 dari gaji karyawan yang dibebankan seluruhnya kepada perusahaan. Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK juga dibebankan seluruhnya kepada perusahaan untuk menggunakan dengan rentang antara 0,24 hingga 1,74 dari gaji karyawan. Untuk program Jaminan Kematian JKM dibebankan seluruhnya kepada perusahaan dengan persentase 0,30. 50 Status hukum BUMN bagi perusahaan merupakan permasalahan bagi PT Persero Jamsostek dalam memberikan pengembalian manfaat yang optimum bagi pekerja. Indonesia dan Cina adalah salah satu dari sedikit Negara yang memberikan badan hukum BUMN bagi institusi penyelenggara jaminan sosialnya, suatu hal yang ditinggalkan oleh Negara-negara lainnya. Program PT Persero Jamsostek memiliki dasar hukum yang kuat untuk melakukan pemungutan iuran, yakni UU No. 3 1992 dan PP No. 151995. Hak pungut ini bertemu dengan adanya kebutuhan perusahaan dan pekerja akan adanya asuransi sosial tenaga kerja. Disinilah letak kekuatan PT Persero Jamsostek. Pemerintah masih dibatasi kendala pendanaan untuk mewujudkan konsep ideal jaminan sosial universal yang dibiayai oleh APBN dalam rangka pelaksanaan amanat UUD 1945 Pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Secara ideal, sebagaimana yang telah diterapkan di Negara-negara Eropa, sebagian dari pajak yang disetorkan ke ABPN disisihkan untuk program jaminan sosial bagi masyarakat. Di Indonesia hal ini menemui kendala karena masih belum optimalnya pemasukan pajak. 50 Maimun, Op. cit., hal. 97 Universitas Sumatera Utara jaminan sosial merupakan program public yang diwajibkan oleh UU di mana iuran dan investasi yang dikumpulkan bukanlah merupakan pendapatan, melainkan utang institusi penyelenggara yang harus dikembalikan kepada peserta. Dikatakan sebelumnya merupakan program public yang diwajibkan karena system jaminan sosial merupakan salah satu program welfare state yang hanya memberikan benefit standar minimum, suatu hal yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh asuransi komersial. Dalam penyelenggaraan Jamsostek, PT Persero Jamsostek juga menghadapi masalah akibat ketergantungan yang besar pada pihak regulator, terutama dalam hal Law enforcement dan perbaikan beneft. Dalam penyelenggaraan jamina sosial di banyak Negara, badan penyelenggara melakukan law enforcement sendiri sehingga dapat melakukan akses langsung ke perusahaan-perusahaan. Jadi Departemen Teknik terkait yakni Depnaker semestinya dikembalikan fungsinya sebagai “wasit” dan regulator yang baik dalam penyelenggara jamssotek. Sebagai contoh, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan adanya ketidaktaatan dari para perusahaan untuk mengikuti perintah UU No. 3 tahun 1992, seperti pelaporan jumlah pegawai dan gaji yang menyimpang dari jumlah semestinya, yang sulit untuk ditindak secara tegas oleh badan penyelenggara karena wewenang untuk menindak dimiliki Depnaker. Kadang aparat Depnaker yang mestinya menjadi “wasit” yang baik justru makin memperkeruh situasi ini. Dari segi peluang PT Persero Jamsostek, jumlah peserta dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja di sector formal, yang memang selama ini menjadi target pasar penyelenggaraan PT. Jamsostek. Universitas Sumatera Utara Pertambahan peserta terasa berjalan tersendat-sendat dan target pasar potensial dari sector formal saja masih, 12 juta tahun 2000. Peluang pasar yang ada sangat besar apalagi bila juga masuk ke lingkup sektor informal dengan jumlah pekerja sektor informal ini yang sangat besar, sebanyak 62,35 juta orang Adanya prinsip “law of big number” mengharuskan tercapainya angka peserta dalam jumlah besar, sehingga selayaknya badan ini dibantu agar dapat berkonsentrasi melakukan perannya sebagai agen pembangunan. Ancaman yang dihadapi oleh PT Persero Jamsostek timbul dari sikap pemerintah yang dirasakan kurang tegas atau mengabaikan kekacauan yang terjadi. Antara sesame BUMN penyelenggara asuransi sosial dibiarkan terjadi kompetisi yang sebenarnya tidak dapat dibenarkan. Penyimpangan dari konsep ideal ini diperparah dengan dimungkinkannya penyelengaraan dari konsep satu BUMN oleh UU No. 3 tahun 1992. Tidak adanya sikap yang tegas dari pemerintah yang mengesankan ambivalensi sikap pemerintah, dan dorongan untuk mencetak laba sebanyak mungkin bai BUMN menyebabkan lahirnya praktek penawaran paket asuransi kesehatan oleh PT. Askes kepada perusahaan- perusahaan yang memberatkan penyelenggaran Jamsostek. Hal ini timbul karena adanya tumpang tindih antara UU No. 3 Tahun 1992 yang mewajibkan perusahaan menjadi anggota jamsostek, dan PP No. 14 Tahun 1993 pasal 2 ayat 4 yang membolehkan perusahaan untuk tidak mengikuti program jaminan kesehatan dasar bila sudah menyelenggarakan sendiri program jaminan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Seharusnya ditarik garis yang tegas antara paket jaminan kesehatan minimum yang diselenggaraan oleh badan Universitas Sumatera Utara penyelenggara jamsostek yaitu PT Persero Jamsostek dan paket asuransi kesehatan plus yang boleh ditawarkan oleh swasta atau PT. Askes yang dalam hal ini berlaku sebagai perusahaan swasta, sehingga kedua jenis paket ini tidak perlu dan tidak bias dicampuradukkan. 51 Bila dibandingkan dengan ketiga BUMN lain di bidang asuransi, yaitu PT Persero ASKES, ASABRI, dan TASPEN, jelas catatan prestasi keungan di atas lebih baik. Oleh sebab itu peran pemerintah sebenarnya pada jaminan sosial tenaga kerja pada kecelakaan kerja adalah mendaftarkan tenaga kerja kepada PT. Jamsostek dan Departemen Tenaga Kerja untuk mendapatkan ganti rugi atas kecelakaan yang diderita oleh tenaga kerja. 51 Ibid, hal. 04 Universitas Sumatera Utara BAB III PERANAN SERIKAT BURUHSERIKAT PEKERJA DALAM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA

A. Sejarah Organisasi BuruhPekerja