Pengertian Dan Tujuan RTH Kota

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pengertian Dan Tujuan RTH Kota

Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka atau open spaces adalah: a. Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk anak- anak, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau Gallian, 1959:285 b. Lahan yang belum atau sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi, konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya, atau keperluan sejarah dan keindahan Philip P Green, 1962. c. Meliputi seluruh lahan yang tidak terbangun di kota dan bentuknya tidak hanya berupa taman tetapi bentuk-bentuk lainnya Barret, 1987 Beberapa pengertian tentang RTH di antaranya adalah: 1. Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting bagi kegiatan rekreasi Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell, 1983 2. Ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur yang dalam Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010. penggunaanya lebih bersipat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan Inmendagri No:141988 3. Dalam RTH pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan dan sebagainya. Inmendagri No:141988 Sementara itu public space dapat diartikan sebagai suatu ruang dimana seluruh masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya. Ciri-ciri utama dari public space adalah terbuka, mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok dan tidak selalu harus ada unsur hijau. Bentuknya dapat berupa mall, plaza dan taman bermain Carr, 1992 Jadi RTH lebih menonjolkan unsur hijau vegetasi dalam setiap bentuknya public space dan ruang terbuka dapat berupa lahan terbuka belum dibangun tanpa tanaman. Public spaces adalah ruang yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sedangkan ruang terbuka dan RTH tidak selalu dapat digunakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat. Bidang arsitektur lansekap sendiri mulai berkembang di benua Eropa, sesuai dengan kebutuhan sekitar 200 tahun lalu dimulai dari keperluan manusia akan suatu ruang ‘rekreatif’ disekitar tempat tinggal, seperti Taman Inggris English garden. Pengaruh ini menyebar ke benua Amerika dan mencapai puncak dengan dibangunnya Central Park 1858 di New York , karya Frederick law Olmsted dan Calfert vaux. Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010. Fungsi hijau dalam ruang terbuka hijau RTH kota sebagai ‘paru-paru’ kota, sebenarnya hanya merupakan salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur ulang, antar gas karbondioksida CO 2 dan oksigen O 2 , hasil fotosintesis khususnya pada dedaunan. Sistem tata hijau ini berfungsi sebagai semacam ventilasi udara dalam rumah bangunan. Lebih dari itu, masih banyak fungsi RTH termasuk fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik, secara aktif maupun pasif, yang diwujudkan dalam sistem koridor hiaju sebagai alat pengendali tata ruanglahan dalam suatu sistem RTH kota urban green open space system. RTH juga berfungsi sebagai sumber penampungan air dan pengatur iklim tropis yang terik dan lembab. Perkembangan teknologi yang amat pesat tanapa mengindahkan kelestarian fungsi lingkungan, memperburuk kualitas hidup kota-kota metropolitan, bahkan sebagian besar kota-kota pun telah mengalami krisis lingkungan. Para arsitek lansekap diharapkan dapat berlaku dan bertindak secara lebih bijaksana dalam ikut serta mengembangkan dan menjaga fungsi lingkungan secara lestari untuk mencapai keseimbangan lingkungan, yang tidak hanya sekedar indah. Pemahaman tentang profesi arsitektur lansekap itu mungkin lebih tepat disebut “arsitektur lingkungan”. Arsitek lansekap dapat berperan menjadi ‘polisi’ terhadap pembangunan fisik, yang harus menguasai masalah ekosistem secara cermat dan bertanggung jawab dalam upaya mengembalikan dan melestarikan kembali fungsi lingkungan, seperti kawasan budi daya, termasuk lingkungan Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010. perkotaan pada ekosistem pesisir pantai yag penting diperhatikan, sebagaimana layaknya suatu negara kepulauan terbesar didunia. Arsitek lansekap mampu bekerjasama dalam suatu perencanaan dan perancangan kota yag akan mengubah wajah lingkungan lansekap kota secara terintegrasi dengan propesi lain yang terkait. Pembanguan kota yang berkelanjutan tidak sekedar berorientasi pada keuntungan jangka pendek dan mengorbankan kebutuhan warga akan RTH, sehingga fenomena krisis lingkungan udara-air-tanah, bencana banjir, tanah longsor, amblasan tanah, intrusi air laut, penebangan pohon secara rampangan dan pengurusan RTH dapat diminimalkan. Banyak orang lupa, bahwa manusia adalah bagaian dari alam itu sendiri, kalau alam rusak maka dapat dipastikan manusia akan rusak pula. Konsep lingkungan yang dinamis, selalu berada dalam proses perubahan yang mendukung kehidupan manusia, flora dan fauna secara selaras, seimbang, dan dalam hubungan yang lestari antara sesama, alam, dan Tuhan. Pemahaman proses pembentukan muka bumi secara alami, harus berdasarkan pada kesadaran, bahwa karya perencanaan maupun perancangan harus berpijak pada ekotipe dasar karakteristik fisik bentang alam, apakah ekosistem tropis kepulauan yang terik dan basah lembab , ekosistem pegunungan, atau pada ekotipe lain, serta sadar akan pengaruh perubahan iklim. Hasinya adalah karya arsitektur lansekap berkelanjutan sustainable landscape, yang tetap Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010. mempertimbangkan etika atau norma – norma lingkngan yang bersifat dinamis tersebut. Para perencana dan perancang, lambat atau cepat menyadari bahwa alat perencanaan dan perancangan itu tidak hanya terbatas pada adanya tanah, ruang , bahan-bahan, naluri , dan perasaan saja, tetapi yang lebih penting adalah adanya pengertian dan imajinasi dari perencana itu sendiri, karena para perencana itu bukan saja turut serta mengatur sebagian kecil bentuk rupa dari alam, tetapi juga kegiatan manusia didalamnya. Jadi alamlah yang menjadi landasan, dan manusia adalah tujuannya wirasondjaya, 1975.

2.4 RTH dan Pengelolaan DAS