Organisasi dan Kewenangan Pengadilan Agama

kebijakan konsep Botabek yang merupakan pelaksana Inpres Nomor 13 Tahun 1976 membwa pengaruh terhadap perkembangan Kota Bogor sebagai penyaga Ibukota Negara, maka Kota Bogor dan Kecamatan-kecamatan sekitarnya yang berada wilayah kereja kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga memerlukan peningkatan dan pengembangan serta sarana dan prasarana sebagai pengelolaan. 6

C. Organisasi dan Kewenangan Pengadilan Agama

Tugas pokok Pengadilan Agama sebagai badan pelaksana kekuasaan kehakiman ialah, menerima memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya Ps. 2 ayat 1 Uundang-undang. No. 141970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, termasuk didalamnya menyelesaikan perkara Voluntair penjelasan Ps. 2 1 tersebut. 7 Berdasarkan ketentuan Undang-unddang. No. 71989 tentang Pengadilan Agama, Khususnya pasal 1,2,49 dan penjelasan umum angka 2, serta peratuaran Perundang-undangan lain yang berlaku, antara lain: Uundang-undang No. 11974 Tentang Perkawinan, PP No. 281977 Tentang, Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Permenag. No. 2 Tahun 1987 tentang Wali Hakim, maka pengadialan Agama bertugas dan berwenang untuk memberikan pelayanan 6 Panitra Pengadilan Agama Bogor, Data Yuridiksi Populasi Geografi dan Wilayah Hukum Pengadilan Agama Bogor. 7 Ibid, h.1. hukum dan keadilan dalam bidang hukum keluarga dan harta perkawinan bagi mereka beragama Islam, berdasarkan Hukum Islam. 8 Kata ”Wewenang” atau kekuasaan pada umumnya dimaksudkan adalah kekesaan absolut. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan kekuasaan absolut sering disingkat dengan kata kekuasaan saja. Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradialan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 9 Bidang perkawinan yang menjadi kewenangan dan kekuasaan Peradilan Agama adalah hal-hal yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah: 1. Ijin beristeri lebih dari seorang. 2. Ijin melangsungkan Perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 Tahun, dalam hal orang tua atau wali keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat. 3. Dispensi Kawin. 4. Pencegahan Perkawinan. 8 Ibid, h.1-2. 9 Basiq Djalil, Peradialan Agama di Indonesia, Jakarta: kencana, 2006, cet, ke-1 h.140. 5. Penolakan Perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah. 6. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau isteri. 7. Perceraian karena talak. 8. Gugatan Perceraian. 9. Penyelesaian Harta bersama 10. Ibu dapat memikul biaya penghidupan anak bila bapak seharusnya bertanggung jawab tidak memenuhunya. 11. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isteri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri. 12. Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak. 13. Putusan tentang pencabutan tentang kekuasaan orang tua. 14. Penunjukan kekuasaan wali. 15. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh Pengadilan Agama dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut. 16. Menunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 Tahun yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak ada penunjukan wali oleh orang tuanya. 17. Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali yang telah menyebabkan kerugian atas anak yang ada dibawah kekuasaannya. 18. Penetapan asal usul anak. 19. Keputusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran. 20. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terejadi sebelum UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang dijalankan menurut peratuaran yang lain. 21. Pembatalan Perkawinan 22. Pencabutan Kekuasaan wali. 10 Yang menjadi kompentensi absolut Peradilan agama adalah terdapat pada: a. Pasal 49, ayat 1 yang berbunyi Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: Perkawinan, Kewarisan, Wasiat, dan hibah yang berdasarkan hukum Islam,wakaf dan shadaqah. b. Pada ayat 2 bidang perkawinan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a ialah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku. Kemudian c. Pada ayat 3 Bidang Kewarisan sebaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b ialah penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penetuan mengenai harta peninggalan, penetuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan harta peninggalan. 11 10 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, cet, ke-1 h.8. 11 Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Rajawali Press. 1991, cet.ke-1, h.29. 52

BAB IV PUTUSAN CERAI GUGAT ISTERI HAMIL

A. Putusan Cerai Gugat Isteri Hamil di Pengadilan Agama Kota Bogor

Dengan mencermati duduk perkara berbagai kasus yang pernah diangkat dalam tulisan ini, terutama kasus yang berkaitan dengan Cerai Gugat. Penulis berkesimpulan sangat pentingnya solusi Hukum Islam kedalam masyarakat khususnya tentang Cerai Gugat, yang bukan saja bentuk rumusan hukum normatifnya, akan tetapi juga tentang aspek tujuan hukum yang dalam kajian hukum Islam dirumuskan oleh perumusnya Allah SWT. Garis besarnya, tidak lain bertujuan untuk meraih kemaslahatan dan menghindarkan kemadharatan. 1 Dalam pembahasan ini penulis akan melakukan analisis yuridis terhadap putusan Pengadilan Agama Bogor yang mengabulkan gugatan Cerai Gugat Isteri Hamil denagan Nomor: 532Pdt.G2008PA.Bgr. Pernikahan antara pernikahan Oky Agustina umur 26 Tahun, sebagai Penggugat dengan Sigit Purnomo umur 31 Tahun. Melangsungkan pernikahan pada tanggal 2 Agustus 2008 di Kantor Urusan Agama KUA kecamatan tanah sereal, sebagaimana kutipan Akta Nikah Nomor: 74907VIII2003, tanggal 4 Agustus 2003, sah menurut Sayri’at Islam dan sejalan dengan perundang-undangan. 2 1 Satria Efendi M.Zein, Problematika Hukum keluarga Islam Komtemporer, Jakarta:Prenada Media,2004,h.29. 2 Putusan Hakim Pengadilan Agama Bogor Nomor.532Pdt.G2008PA.BGR 1. Duduk Perkaranya Mengajukan Gugatan kepada ketua Pengadilan Agama Bogor tertanggal 20 November 2008 yang telah didaftarkan dikepaniteraan Pengadialan Agama tersebut pada Register Nomor: 532Pdt.G2008PA-Bgr, tanggal 20 November 2008. Yang pada pokoknya mengajukan hal-hal sebagai berikut: a. Bahwa Penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan Tergugat 2 Agustus 2003, di KUA kecamatan tanah sereal, sebagaimana kutipan Akta Nikah Nomor: 74907VIII2003. b. Bahwa Penggugat dan Tergugat selama pernikahan telah dikarunia dua anak dan pada gugatan ini diajukan penggugat dalam keadaan hamil lima bulan , serta anak yang dilahirkan masih dibawah umur. Sesuai dengan kutipan Akta Lahir Nomor: 33312004 yang dikeluarkan oleh kepala Kantor Catatan Sipil Kota Bogor, dan Kutipan Akta kelahiran Nomor: 42102006 yang dikeluarkan oleh kepala Kantor Catatan Sipil Kota Bogor. Masing-masing bernama “Dirahasiakan” Anak I lahir 20 mei 2004 dan Anak II lahir 17 juni 2006. c. Bahwa penggugat dengan tergugat selama pernikahan cukup baik dan harmonis, akan tetapi mulai 2007 sampai dengan gugatan ini diajukan sering terjadi percecokkan terus menerus yang disebabkan oleh: