39
para pihak, memberikan akta cerai sebagai bukti cerai kepada para pihak pasal 84 4 Undang-undang Peradilan Agama.
43
14. Pengiriman Salinan Putusan
a. Panitera atau pejabat Pengadilan Agama yang ditunjuk berkewajiban untuk selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari mengirimkan satu helai
satu salinan putusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut tanpa bermaterai kepada :
1. Pegawai Pencatat Nikah PPN yang tempat wilayahnya meliputi kediaman suami dan isteri tersebut, untuk mendaftarkan putusan cerai
itu dalam sebuah daftar untuk itu . 2. PPN ditempat perkawinan dilangsungkan apabila perceraian dilakukan
di wilayah yang berada dengan wilayah Pegawai Pencatat Nikah PPN tempat perkawinan dilangsungkan, untuk dicatat pada bagian
pinggir daftar catatan perkawinan, atau b. Kelalaian pengiriman salinan putusan tersebut, menjadi tanggung jawab
Panitera yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk, apabila yang demikian itu mengakibatkan kerugian bagi bekas suami atau isteri atau
keduanya pasal 85 Undang-undang Peradilan Agama.
44
D. Akibat Perceraian
43
Ibid.
44
Mukti Arto, Peraktek Perkara Perdata Pada Pengadilan agama, Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 1996, Cet. Ke-1, hal. 225.
40
Perkawinan dalam Islam adalah ibadah dan Mitsaqan Ghalidha perjanjian suci. Oleh karena itu, apabila perkawinan putus atau terjadi
perceraian, tidak begitu saja selesai urusannya, akan tetapi ada akibat hukum yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang bercerai.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, disebutkan akibatkan putusnya Perkawinan, dari segi timbulnya masa iddah:
1. Karena talak ialah timbulnya masa iddah dan selamanya masa iddah, Isteri boleh dirujuk.
2. Kompilasi Hukum Islam pasal 153 1: Bagi seorang Isteri yang putusnya perkawinannya berlaku masa iddah, kecuali qobla al dukhul dan
perkawinanya putus bukan kematian suami. 3. Kompilasi Hukum Islam pasal 155: Waktu iddah bagi wanita yang putus
perkawinanya karena khuluk, fasakh dan lian berlaku iddah talak.
45
Dalam hal Nafkah, Kompilasi Hukum Islam pasal 149 menyebutkan: 1. Memberikan Mut’ah yang layak kepada bekas isterinya baik berupa uang atau
benda, kecuali bekas isteri tersebut qobla al dukhul. 2. Memberi Nafkah, maskah dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam
iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak bain atau nusyyuz dan dalam keadaan tidak hamil.
45
A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah syari’ah, Jakarta: RajaGrafindo Persada 2002, Cet, Ke-1, h.225.
41
3. Melunasi mahar yang masih berhitung seluruhnya, dan separuh apabila qabla al dukhul
4. Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 Tahun.
46
Jika perceraian tersebut karena Khuluk maka, seperti yang tertera didalam Kompilasi Hukum Islam pasal 161, akan mengurangi jumlah talak dan tidak
dapat dirujuk. Dan apabila karena lian maka perkawinan itu putus untuk selamanya dan anak yang dikandung dinasabkan kepada ibunya, sedangkan
suaminya terbebas dari kewajiban membri nafkah KHI Pasal 162.
Adapun dalam hal pemeliharaan anak akibat putusnya sebuah perkawinan karena perceraian yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 156 adalah:
1 Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhnah dari ibunya kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukanya digantikan
oleh: a. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibu
b. Ayah c. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah
d. Saudara perempuandari anak yang bersangkutan e. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah
46
Kompilasi Hukum Islam. Tim Redaksi Nuansa Aulia,Bandung: Nuansa Aulia. 2008, cet1. h,46.,
42
2 Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari Ayah atau Ibunya.
3 Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi
maka atas permitaan kerabatyang bersangkutan Peradilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak
hadhanah pula. 4 Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah
menurut kemampuanya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri 21 Tahun.
5 Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhnah dan nafkah anak, Pengadilan Agama memberikan putusanya berdasarkan huruf a, b, c, d.
6 Pengadilan Agama dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang
tidak turut padanya.
47
47
Ibid, h.72-73.
BAB III DISKRIPSI PENGADILAN AGAMA BOGOR
A. Sejarah Singkat Pengadilan Agama
Pengadilan Agama sebagai salah satu lingkungan peradilan yang diakui di Indonesia berfungsi melaksanakan ”kekuasaan kehakiman” atau “ jidical powor”
khususnya di lingkungan Pengadilan Agama yang secara yuridis telah diatur dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang kekuatan-kekuatan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. Kemudian dalam pasal 63 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ditegaskan kembali tentang fungsi serta lingkungan
Pengadilan Agama dalam memeriksa mengadili sengketa perkara yang timbul dalam hukum kekeluargaan
1
Untuk menghapus segala anggapan dan suasana dilematis tersebut perlu Undang-undang No. 7 Tahun 1989 menegaskan lagi kedudukan lingkungan
Pengadialan Agama agar benar-benar berfungsi sebagai salah satu pelaksanan kekuasaan kehakiman. Penegasan yang tedapat dalam pasal 10 UU No. 14 Tahun
1970 Tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman maupun penegasan yang terdapat dalam pasal 63 Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan serta penegasan ulang yang terdapat dalam pasal 44 UU No. 14 1985 tentang keberadaan lingkungan Peradilan Agama sebagai salah satu
pelaksanaan kekuasaan kehakiman, rupanya dianggap pembuat Undang-undang
1
Jaih Mubarok, Peradilan Agama di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2004,h.45.