penurunan. Hal ini disebabkan mereka yang sudah mulai lalai dan meninggalkan perintah-perintah agama karena mereka terlalu sibuk untuk mencari kebutuhan hidup di dunia.
Sehubungan dengan produksi garam sebagai sumber utama masyarakat Pinggirpapas, penghasilan para pengusaha garam khususnya dapat memberi pengaruh pada tingkat pendidikan anak-anak mereka
sampai ke perguruan tinggi. Bayangkan saja bila para pengusaha garam mendapatkan penghasilan bersih rata-rata sebesar lebih dari Rp. 20.000.000-25.000.000 dalam sekali panen tiap tahunnya, maka
bila dikalkulasikan pendapatan tiap bulannya bisa mencapai Rp. 2.000.000-2.500.000. Hasil ini diperoleh dari hasil garam berkualitas bagus. Apabila seorang pengusaha garam mempunyai tambak
garam sebanyak 20 petak, di mana 1 petaknya dapat menghasilkan garam sebanyak 10 ton dan 1 ton garam berkualitas bagus dihargai sebesar Rp. 200.000-250.000, maka hasil garam dari 20 petak tambak
garam yang ada sebesar Rp. 40.000.000-50.000.000 dalam sekali panen tiap tahunnya. Hasil ini belum dibagikan kepada para petani garam yang bekerja pada pengusaha garam atau dengan kata lain hasil ini
merupakan pendapatan kotornya. Umumnya petani garam diberikan bagian sebanyak 13 bagian dari total hasil yang diperoleh. Misalkan saja total hasil pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 40.000.000,
maka bagian yang diperoleh oleh petani garam sebesar 10.000.000. hal ini belum dibagikan berapa jumlah petani garam yang dipekerjakan oleh pengusaha garam. Apabila pengusaha garam tersebut
mempekerjakan petani garam sebanyak 5 orang, maka masing-masing petani garam mendapatkan bagian sebesar Rp.2.000.000. Hal ini belum ditambahkan dengan usaha lainnya yang dilakukan oleh
para pengusaha garam dan petani garam apabila telah masuk musim penghujan, yakni usaha dalam tambak perikanan. Baik itu hasilnya berupa ikan bandeng, ikan teri, udang dan lain sebagainya.
4. Bidang Agama
Dalam kenyataannya untuk membuat definisi agama memang tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan definisi yang diajukan oleh para ahli tersebut sangat ditentukan oleh sudut pandang dari masing-masing
agama dan latar belakangnya. Maka kemudian tidaklah mengherankan jika pada akhirnya timbul bermacam-macam rumusan atau pengertian agama. Meskipun demikian tidak lantas rumusan atau
pengertian tentang definisi agama itu menjadi tidak perlu, sebab bagaimanapun definisi itu mengandung suatu makna yang menjiwai hidup keagamaan itu sendiri.
Dalam kamus sosiologi, pengertian agama religion mencakup 3 aspek, yakni : Pertama, menyangkut kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat spiritual. Kedua, merupakan seperangkat kepercayaan dan
praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri. Ketiga, ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.
3
Agama menurut guru besar Al-Azhar Syaikh Muhammad Abdullah Badran, menggambarkan suatu hubungan antara dua pihak dimana pihak yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada
yang kedua. Dengan demikian agama merupakan hubungan antara makhluk dan Khalik-nya, hubungan ini kemudian terwujud dalam satu sikap batinnya serta tampak dalam praktek ibadah ritual yang
dilakukannya untuk kemudian tercermin pula dalam sikap dan perbuatan dalam kesehariannya.
4
Dari uraian singkat diatas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa agama merupakan seperangkat peraturan atau undang-undang yang dapat mengikat manusia untuk dijadikan pedoman dalam hidupnya.
Agama dianut oleh manusia untuk mengatur prikehidupannya di dunia ini agar menjadi teratur dan selaras, sesuai dengan ajaran-ajaran yang ada dalam agama sehingga tidak terjadi kekacauan.
Kegiatan keagamaan yang ada di Desa Pinggirpapas terlihat tidak menonjol, yang disebabkan sedikitnya kegiatan keagamaan yang berlangsung di desa ini. Salah satunya adalah Majelis Ta’lim Pengajian yang
diadakan secara rutin oleh ibu-ibu setiap malam jumat. Pengajian ibu-ibu ini bernama majelis ta’lim “Nurul Jannah” yang beranggotakan sekitar 50 orang. Kegiatan ini dilakukan berguna untuk mempererat tali
silaturrahmi dan sebagai sarana interaksi. Selain kelompok ibu-ibu yang mengadakan pengajian, di desa ini terdapat pula pengajian yang
dilakukan oleh kelompok anak-anak di usia sekolah, yakni anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Kegiatan tersebut dilakukan pada waktu setiap ba’da magrib di langgar mushollah yang dekat dengan
rumah mereka. Kegiatan tersebut bertujuan agar mereka dapat membiasakan diri untuk belajar membaca Al-quran dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.
Di sini terlihat jelas bahwasannya langgar mushollah ataupun masjid sangat berfungsi untuk berlangsungnya kegiatan keagamaan tersebut. Karena masjid atau mushollah selain digunakan untuk
3
Sarjono Soekanto, Kamus sosiologi, Jakarta : CV. Rajawali Press, 1993, h. 430
4
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran dalam Masyarakat, Bandung: Mizan, 1997, h. 210
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan akhirat, juga dapat digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dunia. Salah satunya adalah dapat menambah Ukhuwah Islamiyah
diantara sesama dengan menghadiri kegiatan-kegiatan pengajian yang dilaksanakan di mesjid maupun di mushollah.
Menurut bapak Harun Rasyid selaku tokoh agama di Desa Pinggirpapas, pengenalan agama sejak dini sangatlah penting peranannya. Hal ini berhubungan erat dengan fungsi agama sebagai pencegah
masuknya pengaruh yang tidak baik, khususnya di kalangan anak muda.
5
Menurut O’dea, agama berfungsi sebagai kontrol sosial, dimana para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun
kelompok. Ajaran agama dianggap sebagai norma sehingga agama berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu atau kelompok. Karena :
1. Agama secara instansi merupakan norma bagi pengikutnya.
2. Agama sebagai dogmatis ajaran mempunyai fungsi kritis yang bersifat propetis Kenabian.
6
Menurut Emile Durkheim, agama mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro atau tingkat makro. Menurut Durkheim di dalam memahami fungsi agama banyak
peristilahan. Ia mengatakan : ” berbagai peribadatan terlihat memiliki fungsi sosial tertentu, peribadatan itu berfungsi untuk mengatur dan memperkokoh dan mentrasmisikan berbagai sentimen, dari satu
generasi ke generasi yang lainnya. Sebagai tempat bergantung bagi terbentuknya aturan masyarakat yang bersangkutan”.
7
Dengan berbagai teori di atas, dapat disimpulkan bahwa agama memberikan nilai-nilai, hal ini karena kerangka acuannya adalah bersumber pada yang sakral dan absolut dengan adanya sanksi-sanksi yang
sakral pula. Ia memiliki kekuatan yang otoritatif dan memaksa, karena di satu sisi manusia berusaha
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Harun Rasyid, “Tokoh Agama”, Pinggirpapas, tanggal 13 Pebruari 2006
6
Thomas F O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal,Jakarta : CV. Rajawali, 1987, h.52
7
Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, Penterjemah : Machmun Husein, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1995, h. 65
untuk mencapai keinginan-keinginan mereka tetapi di sisi lain mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut merupakan standar tingkah laku yang ideal membentuk nilai-nilai sosial.
8
8
Scharf, Kajian Sosiologi Agama, Penterjemah : Machmun Husein, h. 65
BAB IV ANALISIS TENTANG TRADISI RITUAL NYADAR