Pengertian Ritual KAJIAN TEORI TENTANG RITUAL TRADISI NYADAR

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG RITUAL TRADISI NYADAR

Sebagaimana yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa ritual tradisi Nyadar selain merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat Pinggirpapas atas panen hasil garam yang diperoleh tiap tahunnya, tradisi ini juga bertujuan untuk selalu mengenang jasa-jasa leluhur mereka, Anggasuto yang telah memberikan sumber kehidupan atas penemuan garam pertama kali olehnya. Dengan demikian masyarakat Pinggirpapas selalu melaksanakan tradisi Nyadar tiap tahunnya sebagai warisan nenek moyang leluhur yang patut dilestarikan. Dengan harapan hasil panen garam yang diperoleh selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sehubungan dengan judul yang terdapat dalam bab ini, penulis akan menguraikan beberapa teori yang berkaitan dengan ritual tradisi Nyadar sebagai berikut:

A. Pengertian Ritual

Menurut bahasa, ritual berarti upacara keagamaan. 1 Upacara keagamaan di sini adalah upacara keagamaan yang diselenggarakan oleh umat beragama untuk memperingati hari besar agamanya atau peristiwa bersejarah bagi agamanya, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh umat Islam atau peringatan Natal oleh umat Kristen. 9 Sedangkan secara istilah ritual bermakna suatu sistem upacara atau prosedur magis atau religius biasanya dengan bentuk-bentuk khusus kata-kata atau kosa kata khusus yang bersifat rahasia dan biasanya dihubungkan dengan tindakan-tindakan penting. 10 Ada juga yang mengartikan ritual sebagai buku resmi yang berisi doa-doa dan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dalam 1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1990, h. 488 9 Zuhdi, Studi Islam, h. 121 10 M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus sosiologi Antropologi, Surabaya: Gramedia, 1990, h. 488 perayaan sakramen, penguburan, pengucapan kaaul publik, pemberkatan gereja, dan upacara-upacara keagamaan yang lain. 11 Kingsley Davis lebih menekankan ciri-ciri ritual. Menurutnya ciri-ciri ritual adalah segala jenis tingkah laku, seperti memakai pakaian khusus, mengorbankan nyawa dan harta, mengucapkan ucapan formal, bersemedi, menyanyi, menyanyikan lagu gereja, berdoa bersembahyang, memuji, pesta, berpuasa, menari, berteriak, mencuci, dan membaca. 12 Dengan merujuk pada beberapa pengertian ritual di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi Nyadar merupakan upacara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Pinggirpapas tiap tahunnya. Berkaitan dengan pernyataan Kingsley Davis sebelumnya, tradisi Nyadar memperlihatkan bentuk ritual yang sifatnya nyekar atau ziarah. Dimana dalam ritual nyekar atau ziarah tersebut mengandung salah satu ciri sebuah upacara keagamaan, yakni berdoa. Adapun ritual atau upacara keagamaan secara khusus mengandung empat aspek di dalamnya, yakni : 1. Tempat upacara keagamaan dilakukan, yakni berhubungan dengan tempat-tempat keramat di mana upacara dilakukan seperti makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau mesjid dan sebagainya. 2. Saat-saat upacara keagamaan dijalankan, yakni berhubungan dengan saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci. 3. Benda-benda dan alat upacara, yakni berhubungan dengan benda-benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. 4. Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara, yakni berhubungan dengan para pelaku upacara keagamaan seperti, para pendeta biksu, syaman, dukun dan lain-lain. 13 Upacara keagamaan yang biasa terjadi selalu menghadirkan sesaji atau sesajen sebagai perlengkapan ritual tersebut. Menurut Robertson Smith fungsi dari upacara bersaji adalah di mana manusia menyajikan sebagian dari seekor binatang, terutama darahnya, kepada dewa, kemudian memakan sendiri sisa daging dan darahnya, juga dianggap sebagai suatu aktivitas mendorong rasa solidaritas 11 Nottingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, h. 67 12 Gerald O’ Collins dan Edward G. Fairuguay, Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996, h.92 13 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1989, h. 377-378 dengan dewa atau para dewa. Dalam hal itu dewa atau para dewa di pandang sebagai warga komunitas, walupun sebagai warga yang istimewa. 14 Ritual menanamkan sikap ke dalam kesadaran diri yang tinggi, dan melalui hal itu akan memperkuat komunitas moral. Dengan demikian melakukan tradisi keagamaan merupakan tindakan sosial atau tindakan berjamaah di mana kelompok menetapkan kembali hubungannya dengan objek-objek suci dan melalui hubungan ini akan memperkuat solidaritas dan mengukuhkan nilai-nilai sendiri. 15

B. Pengertian Tradisi