yang mempelajari suatu kebenaran yang nyata yang tersusun secara sistematis.
21
Perkataan ibadah berasal dari bahasa Arab ”ibada”, yang artinya menyembah, mengabdi.
22
Secara etimologi, ibadah berarti taat, tunduk, menurut, dan do’a.
23
Sedangkan secara terminologi, Rahman Ritonga dan Zainudin mengutip pendapat para ulama, antara lain:
a. Menurut Ulama Tauhid, ibadah adalah ”meng-Esakan dan
mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghindari diri dari perbuatan dosa dan menunjukan jiwa hanya kepada –Nya”.
b. Menurut Ulama Tasawuf, ibadah merupakan ”Pekerjaan seorang
mukallaf yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya”.
c. Menurut Ulama Ahli Fiqih, ibadah adalah ”Segala bentuk ketaatan yang
seseorang kerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat”.
d. Menurut Ulama Akhlak, ibadah dapat diartikan dengan ”Mengerjakan
segala perintah-Nya dengan taat dan menyelenggarakan syari’at”.
24
Berdasarkan pendapat di atas, maka pengertian ibadah adalah segala perbuatan yang disukai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi, dengan tujuan untuk mengagungkan Allah dan mengharapkan keridhoan-
Nya.
25
2. Macam-macam Ibadah
Dalam ensiklopedi Islam secara garis besar, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu:
21
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke- 10, h. 35
22
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hida Karya Agung, 1990, Cet. Ke- 8, h. 252
23
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Ibadah”.Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1994, Cet. Ke-3, h. 143
24
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, Cet. Ke-I, h. 2-3
25
Syahminan Zaini, Problematika Ibadah Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: Kalam Mulia, 1989, Cet. Ke- I, h. 19
a. Ibadah Khassanah, yaitu ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya
telah ditetapkan oleh nash dan merupakan inti sari ibadah kepada Allah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
b. Ibadah ’Ammah, yaitu semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan
dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah, seperti makan, minum, bekerja mencari nafkah, menolong orang dan perbuatan baik
lainya. Atau dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan yang dilakukan dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah.
26
Adapun perkataan ibadah shalat dalam pengertian bahasa Arab diartikan sebagai “al-Du’a doa”, yakni dari kata shalla, yushalli, yang
berarti mendo’akan.
27
. Sedangkan pengertian shalat menurut istilah para ulama memberikan pengertian sebagai berikut :
Sayid Shabiq berpendapat, shalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam yang
dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
28
Hasbi ash-Siddieqy berpendapat bahwa, shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir
dan disudahi dengan memberi salam.
29
Rif’at Syauqi Nawawi berpendapat, shalat diartikan mengabdi kepada Allah dan mengangungkannya dengan sejumlah bacaan,
perbuatan-perbuatan tertentu, di mulai dengan mengucapkan takbir : Allahu Akbar
, di akhiri dengan ucapan salam : Assalamu’alaikum Warahmatullah
, dengan aturan dan sistematika tertentu pula, di ajarkan
26
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. Ke- I, h. 177
27
Fadh Abdurrahman bin Sulaiman al-Rummi, Konsep Shalat Menurut Al-Qur’an : Tela’ah Kritis
Tentang Fiqh Shalat, alih bahasa Abdul Abbas, Jakarta : Firdaus, 1991, Cet. Ke-I, h. 3
28
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Bandung : Al-Ma’arif, 1977, Cet. Ke-3, h. 157
29
Hasbi Ash-Siddieqy, Pedoman Shalat, Jakarta : Bulan Bintang, 1978, h. 67
oleh agama Islam yang atas dasar cahaya dan petunjuknya kaum muslimin telah dapat mengerjakannya.
30
Syahminan Zaini dan Hasbi berpendapat, shalat adalah ibadah pokok untuk mengingat Allah dan berdialog dengan-Nya secara khusyu’,
guna membentuk jiwa manusia yang anti kejahatan atau senang kebaikan, yang dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu dengan beberapa perbuatan
dan beberapa perkataan tertentu yang di mulai takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam.
31
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa ibadah shalat merupakan bentuk pengabdian hamba kepada Allah untuk
mengangungkannya dengan berharap sehingga mendatangkan rasa takut dan menumbuhkan rasa kesadaran dan keyakinan atas ke Esaan-Nya
dengan khusyu’ serta berharap akan ridhanya yang terdiri dari perbutan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta
berdasarkan syarat dan rukun-rukun tertentu. Adapun macam-macam ibadah shalat, Abdurrahman al-Jaziri,
menjelaskan ada beberapa macam diantaranya : 1.
Shalat fardhu, yaitu shalat yang wajib dikerjakan selama sehari semalam sebanyak lima waktu yaitu, shalat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya.
2. Shalat-shalat selain shalat fardhu, terbagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Shalat sunnah disukai, maksudnya shalat yang senantiasa
dikerjakan olah Rasulullah secara rutin, seperti shalat rawatib shalat-shalat sunah tertentu sebelum dan sesudah shalat fardhu, dan
shalat-shalat seperti shalat duha, tahajjud, witir dan sebagainya. b.
Shalat mustahab dianjurkan, yaitu shalat yang sampai kepada kita riwayat-riwayat tentang keutamaannya, namun Rasulallah tidak
mengerjakannya secara rutin. Misalnya, shalat-shalat mingguan pada
30
Rif’at Syauqi Nawawi, Shalat Ilmiah dan Amaliah, Jakarta : Fika Hati Aneska, 2001, h. 11
31
Syaminan Zaini dan Hasbi, Sudah Benarkah Shalatku ?, Jakarta : Radar Jaya Ofset, 1995, Cet. Ke-4, h. 7
siang dan malam hari, juga seperti shalat ketika akan keluar dari rumah atau masuk kedalamnya dan sebagainya.
c. Shalat tathawwu sukarela, maksudnya ialah shalat selain yang telah
di sebutkan di atas, yang tidak ada riwayat dari Nabi tentangnya, namun itu semata-mata dilakukan secara sukarela oleh seorang
hamba yang ingin bermunajat dengan Allah yakni, dengan mengerjakan shalat mutlak, tidak terikat oleh waktu dan tempat,
yang disebutkan adanya pahala padanya oleh syariat, dan tidak ada anjuran khusus tentang itu.
32
3. Dasar Hukum Ibadah