bawah usia dua tahun, sangat sensitif terhadap perubahan sosial ekonomi dan lingkungan dimana ia tinggal Soekirman, 2000.
Dari 209 kepala keluarga penduduk Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula, 185 88,5 penduduk mata pencahariannya bertani dan mempunyai pola
makan yang lebih memprioritaskan kepada kepala keluarga karena kepala keluarga merupakan pencari nafkah keluarga, sedangkan anggota keluarga yang
lain terutama anak balitanya belum tentu mendapatkan makanan yang baik. Padahal anak balita merupakan salah satu golongan rawan gizi yang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Desa Ginolat berada di wilayah kerja Puskesmas Limbong, dimana
Puskesmas ini mencakup wilayah kerja sebanyak 11 desa. Berdasarkan data semua Posyandu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Limbong pada Tahun
2009, dari 1.008 anak balita terdapat 5,34 balita yang berada dibawah garis merah, 0,79 balita yang mengalami gizi kurang dan 0,39 balita yang
mengalami gizi buruk. Sementara untuk Desa Ginolat, dari 53 anak usia 0-24 bulan terdapat 25 anak yang berasal dari keluarga miskin Puskesmas Limbong
Tahun 2009. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melihat pola
pemberian makan dan status gizi anak umur 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir dimana pemberian ASI
Eksklusif juga masih sangat rendah di daerah ini.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah : Bagaimana gambaran pola pemberian
Universitas Sumatera Utara
makanan dan status gizi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola pemberian makanan dan status gizi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir tahun
2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pemberian ASIPASI di Desa Ginolat Kecamatan
Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir tahun 2010. 2.
Untuk mengetahui gambaran tentang jumlah, frekuensi dan jenis MP-ASI yang diberikan kepada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan
Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan dalam perencanaan
program gizi mengenai pola pemberian makanan pada anak usia 0-24 bulan.
2. Sebagai pengetahuan kepada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai
anak usia 0-24 bulan mengenai pola pemberian makanan pada bayi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jenis-jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan
1. Air Susu Ibu ASI
ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah
yang cukup Maclean, 1998. ASI juga merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi Dinkes Prop SU,2005. ASI diberikan segera setelah bayi lahir, biasanya 30 menit setelah bayi
lahir. Sampai bayi berumur enam bulan, bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lain Sulistijani, 2001.
Pemberian ASI secara eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi
berusia enam bulan, kecuali obat dan vitamin sesuai dengan rekomendasi WHOUNICEF tahun 1997 yaitu pemberian ASI Eksklusif sejak lahir sampai
enam bulan. Pemberian ASI sebaiknya juga tetap dilanjutkan hingga bayi berusia dua tahun Dinkes Prop SU, 2005.
Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. 2.
Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal. 3.
Mengandung beberapa zat antibodi sehingga mencegah terjadinya infeksi.
Universitas Sumatera Utara