4.6.3. Status Gizi PBU Berdasarkan Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan
Tabel 4.25. Distribusi Status Gizi PBU Berdasarkan Jenis Makanan Anak
Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010
No Jenis Makanan Anak
Status Gizi PBU Jumlah
Normal Pendek
n n
n 1.
Baik 11
50,0 11
50,0 22
100,0
2. Tidak Baik
11 61,1
7 38,9
18 100,0
Total
22 55,0
18 45,0
40 100,0
Dari Tabel 4.22. di atas menunjukkan bahwa 22 anak 100,0 dengan jenis makanan baik, 11 anak 50,0 diantaranya dengan status gizi normal dan
11 anak 50,0 dengan status gizi pendek. Sedangkan 18 anak 100,0 dengan jenis makanan tidak baik, 11 anak 61,1 dengan status gizi normal dan 7 anak
38,9 dengan status gizi pendek.
Tabel 4.26. Distribusi Status Gizi PBU Berdasarkan Frekuensi Makan Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur
MulaMula Tahun 2010
No Frekuensi Makan Anak
Status Gizi PBU Jumlah
Normal Pendek
n n
n 1.
Baik 21
58,3 15
41,7 36
100,0
2. Tidak Baik
1 25,0
3 75,0
4 100,0
Total 22
55,0 18
45,0 40
100,0 Dari Tabel 4.24. di atas dapat dilihat bahwa 36 anak 100,0 dengan
frekuensi makan baik, 21 anak 58,3 diantaranya dengan status gizi normal dan 15 anak 41,7 dengan status gizi pendek. Sedangkan 4 anak 100,0 dengan
frekuensi makan tidak baik, 1 anak 25,0 diantaranya dengan status gizi normal dan 3 anak 75,0 dengan status gizi pendek.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.27. Distribusi Status Gizi PBU Berdasarkan Angka Kecukupan Energi Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan
Sianjur MulaMula Tahun 2010
No Angka Kecukupan
Energi
Status Gizi PBU Jumlah
Normal Pendek
n n
n 1
Baik 13
52,0 12
48,0 25
100,0
2 Sedang
8 88,9
1 11,1
9 100,0
3 Kurang
1 16,7
5 83,3
6 100,0
4 Defisit
0,0 0,0
0,0
Total 22
55,0 18
45,0 40
100,0 Dari hasil penelitian pada tabel 4.27. dapat diketahui bahwa anak dengan
angka kecukupan energi yang baik terdapat 12 anak 48,0 dengan kategori pendek, pada anak dengan angka kecukupan energi sedang, terdapat 1 anak
11,1 dengan kategori pendek dan pada anak dengan angka kecukupan energi kurang, terdapat 5 anak 83,3 dengan kategori pendek.
Tabel 4.28. Distribusi Status Gizi PBU Berdasarkan Angka Kecukupan Protein Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan
Sianjur MulaMula Tahun 2010
No Angka Kecukupan
Protein
Status Gizi PBU Jumlah
Normal Pendek
n N
n 1
Baik 10
50,0 10
50,0 20
100,0
2 Sedang
11 61,1
7 38,9
18 100,0
3 Kurang
1 100,0
0,0 1
100,0
4 Defisit
0,0 1
100,0 1
100,0
Total
22 55,0
18 45,0
40 100,0
Pada tabel 4.28. di atas dapat dilihat bahwa anak dengan angka kecukupan protein yang baik, terdapat 10 anak 50,0 anak dengan kategori pendek dan
pada anak dengan angka kecukupan protein yang sedang, tidak dijumpai anak dengan kategori pendek. Sementara pada anak dengan angka kecukupan protein
yang kurang, tidak dijumpai anak dengan kategori pendek dan pada anak dengan
Universitas Sumatera Utara
angka kecukupan protein yang defisit, terdapat 1 anak 100,0 dengan kategori pendek.
Tabel 4.29. Distribusi Status Gizi PBU Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan
Sianjur MulaMula Tahun 2010
No Pemberian ASI Eksklusif Anak
Status Gizi PBU Jumlah
Normal Pendek
n n
n 1.
Diberi
1 33,3
2 66,7
3 100,0
2. Tidak Diberi
21 56,8
16 43,2
37 100,0
Total 22
55,0 18
45,0 40
100,0 Pada Tabel 4.25. menunjukkan bahwa 37 anak 100,0 tidak diberi ASI
Eksklusif, 21 anak 56,8 diantaranya berstatus gizi normal dan 16 anak 43,2 dengan status gizi pendek. Sedangkan anak yang diberi ASI Eksklusif hanya 1
anak 33,3 yang berstatus gizi normal dan 2 anak 66,7 dengan status gizi pendek.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dijumpai jenis makanan yang diberikan pada anak usia 0-24 bulan sebagian besar berupa makanan yang dibuat
sendiri seperti bubur nasi, nasi tim, dan makanan keluarga. Makanan tersebut biasanya dicampur dengan berbagai macam lauk pauk seperti bayam, wortel, daun
singkong, kentang, tomat dan ikan. Ikan yang biasa dikonsumsi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat adalah ikan pora-pora karena harganya terjangkau dan
mudah diperoleh oleh masyarakat. Dalam seminggu, keluarga biasanya mengkonsumsi ikan pora-pora sebanyak 4 kali. Ikan pora-pora ini dimasak
dengan cara diarsik, bila ibu memberi makan anak maka ikan ini dicuci terlebih dahulu agar tidak pedas sehingga rasanya kurang enak. Hal ini menyebabkan
kurangnya selera makan anak. Akan tetapi, masih ada 45 yang jenis makanannya tidak baik, dimana makanan yang diberikan ibu kepada anak diolah
menjadi makanan lumat hanya terdiri dari tepung beras tanpa lauk pauk. Pada anak umur 0-6 bulan dijumpai jenis makanan yang diberikan berupa
pemberian ASI dan susu formula. Akan tetapi ada juga yang telah memberikan nasi tim kepada anak usia kurang dari 6 bulan yaitu sebesar 33,3, dengan alasan
bahwa anaknya masih lapar jika hanya diberi ASI. Hal ini tidak sesuai dengan anjuran pemberian ASI Eksklusif, dimana ibu dianjurkan memberikan hanya ASI
saja dalam enam bulam pertama kehidupan bayi Dinkes Prop SU, 2006.
Universitas Sumatera Utara