Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Usia 0-24 Bulan Angka Kecukupan Energi dan Protein

ke rumah untuk makan siang, setelah makan siang anak ditinggal dengan kakaknya yang sudah pulang dari sekolah. Untuk makanan sore hari, biasanya anak diberi minum susu dan ada juga yang memberi teh manis. Sementara untuk jumlah makanan yang diberikan, masih terdapat pemberian jumlah makanan yang tidak baik. Hal ini terjadi karena pada usia 7-12 bulan, anak sudah ditinggal ibunya di rumah dan pemberian susu formula tidak sesuai dengan ukuran yang tertera dalam kemasan susu, serta sebagian besar anak disapih dengan teh manis. Hal ini sesuai dengan penelitian Arnita dimana dijumpainya anak yang disapih dan mengganti ASInya dengan memberi teh manis dan air tajin. Sementara anak usia 13-24 bulan, anak sudah tidak diberi ASI dan susu formula, dan anak sudah mengenal jajanan sehigga nafsu makannya menurun. Selain itu anak juga cenderung mengalami masalah susah makan. Apabila kecukupan gizi terganggu karena anak sulit makan atau nafsu makan menurun, maka akan mengakibatkan daya tahan tubuh menurun sehingga anak menjadi rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu pada masa bayi dan balita, orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anak dengan membiasakan pola makan yang seimbang dan teratur setiap hari, sesuai dengan tingkat kecukupannya Sulistijani, 2001.

5.3. Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Usia 0-24 Bulan

ASI merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi Universitas Sumatera Utara berumur 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan Dinkes Prop SU, 2005. Dari hasil penelitian pada tabel 4.11. dapat dilihat bahwa hanya ada 3 anak 7,5 yang diberi ASI Eksklusif. Anak umur 0-6 bulan pada umumnya sudah diberikan nasi tim dan susu formula sebagai makanan pendamping ASI. Alasan yang banyak diungkapkan adalah bahwa anak masih lapar bila hanya memberikan ASI. Cakupan ASI eksklusif ini masih sangat jauh dari target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan yaitu sebesar 80 Dinkes Prop SU, 2006. Hal tersebut diatas sesuai dengan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 1997 dan 2000 yang menunjukkan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan menurun dari 42,2 menjadi 39,5, sedangkan pengunaan susu formula meningkat tiga kali lipat dari 10,8 menjadi 32,5 Kustiani, 2006. Semua responden memberikan kolostrumnya kepada bayi dengan alasan bahwa hal tersebut sudah merupakan kebiasaan dan ada yang karena diberitahu dan dianjurkan oleh bidan saat bersalin.

5.4. Angka Kecukupan Energi dan Protein

Angka kecukupan energi dan protein pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat masih ditemukan anak usia 7-12 bulan dan anak usia 13-24 bulan dengan angka kecukupan energi dan protein yang kurang. Sementara angka kecukupan protein ditemukan adanya yang defisit. Namun tidak dijumpai angka kecukupan energi da protein yang kurang pada anak usia 0-6 bulan. Hal ini disebabkan karena anak usia 0-6 bula masih diberikan ASI oleh ibunya. Universitas Sumatera Utara Sementara pada anak usia 7-12 bulan dan 13-24 bulan, anak yang angka kecukupan energi dan proteinnya kurang disebabkan makanan yang diberikan pada anak hanya berupa nasi bubur tanpa tambahan lauk dan buah. Nasi yang diberikan hanya dicampur dengan kuah sayuran.

5.5. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan