terkelompok sebagai badan usaha sensistif yang mempunyai koefisien beta 1 dengan periode penelitian tahun 1998 sampai dengan 2000.
e. Elisabeth 2007
Dalam skripsinya, Junita Elisabeth menguji pengaruh risiko sistematis dan makro ekonomi terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa
Efek Jakarta. Apakah risiko sistematis beta dan variabel makro ekonomi yang terdiri dari GDP, Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar berpengaruh
terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial uji-t menunjukkan bahwa
variabel GDP dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian hipotesis secara serempak uji-F menunjukkan
bahwa beta, Inflasi, dan suku bunga secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan tidak ditemukannya korelasi yang kuat antara risiko sistematis beta dengan indikator makro ekonomi.
2. Risiko Sistematis
Dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan expected return-
ER dengan tingkat pengembalian aktual actual return Halim, 2005:41. Sedangkan dalam Salvatore 2005:221 risiko risk mengacu pada situasi
dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan profitabilitas dari setiap hasil tersebut diketahui, atau bisa diestimasikan. Jadi,
risiko menuntut pengambil keputusan untuk mengetahui semua hasil yang mungkin terjadi dari setiap keputusan dan memiliki gagasan untuk
mengestimasikan profitabilitasnya. Semakin besar penyimpangan maka semakin besar tingkat risikonya. Apabila risiko dinyatakan sebagai seberapa
jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran. Alat statistik yang digunakan sebagai ukuran
penyebaran tersebut adalah varians atau deviasi standar. Semakin besar nilainya, berarti semakin besar penyimpangannya berarti risikonya semakin
tinggi Halim, 2005:42. Dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Risiko sistematis systematic risk
2. Risiko tidak sistematis unsystematic risk
Menurut Tandelilin 2001:50 bahwa risiko sitematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan,
perubahan pasar tersebut mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan
diversifikasi, risiko ini disebut juga dengan risiko pasar market risk, disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor-faktor tersebut adalah seperti kondisi perekonomian, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan lain-
lain. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kecenderungan saham untuk bergerak bersama.
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan
atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaaan itulah maka masing-
masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya, faktor struktur modal, struktur aset, tingkat
likuiditas, dan sebagainya. Risiko ini juga disebut risiko yang dapat didiversifikasi diversiable risk Halim, 2005:43.
Dari gambar 2.1 tampak bahwa semakin banyak jumlah saham dalam portofolio, maka semakin kecil risiko yang tidak sistematis. Karena risiko
yang tidak sistematis dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi, maka risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio. Sehingga yang relevan bagi
investor adalah risiko pasar atau risiko sistematis yang diukur dengan beta . Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham individu turun
naik bersamaan dengan turun naiknya harga pasar. Indeks beta dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti selalu terjadi
kondisi yang berlawanan. Juga secara umum harga saham mengalami kenaikan, maka saham yang mewakili indeks beta negatif mengalami
penurunan Elisabeth, 2007:25. Jika koefisien suatu saham sama dengan satu, berarti saham tersebut
memilki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar. Jika koefisien suatu
Risiko Portofolio
Risiko Total Risiko tidak sistematis
Risiko sistematis Jumlah saham dalam portofolio
Gambar 2.1 Hubungan risiko sitematis dan risiko tidak sistematis Sumber : Halim 2005:43
saham sama dengan 0,5, berarti saham tersebut memiliki risiko lebih kecil dari risiko rata-rata pasar, dan saham tersebut akan bergerak 0,5 kali perubahan
IHSG. Jika koefisien suatu saham sama dengan 1,5 berarti saham tersebut memiliki risiko lebih besar dari risiko rata-rata pasar dan saham tersebut akan
bergerak 1,5 kali perubahan IHSG.
Oleh karena itu semakin besar koefisien , maka akan semakin peka excess return suatu saham terhadap perubahan excess return portofolio pasar,
sehingga saham itu akan semakin berisiko. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pengembalian portofolio ditentukan oleh risiko sistematis atau
risiko pasar yang diukur dengan beta dan tingkat pengembalian pasar. Beta saham mengindikasikan tingkat kepekaan suatu saham terhadap
kondisi pasar secara umum. Jika beta suatu saham lebih besar dari satu berarti saham tersebut termasuk memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata rata pasar
dan saham tersebut termasuk saham agresif. Sebaliknya, jika beta suatu saham lebih kecil dari satu, berarti saham tersebut memiliki risiko lebih rendah dari
risiko rata-rata pasar dan saham tersebut termasuk saham defensif. Beta saham sangat berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat
keberanian investor dalam menanggung risiko. Semakin berani seorang investor menanggung risiko, dia akan memiliki saham-saham agresif saham
yang memiliki beta lebih besar dari satu. Harga aset akan memiliki hubungan negatif dengan nilai -nya karena semakin besar koefisien suatu aset,
investor akan menetapkan tingkat pengembalian yang semakin besar pula Halim, 2005:77.
3. Makro Ekonomi