Pengujian Asumsi Klasik ANALISIS DAN EVALUASI

c. GDP yang digunakan adalah GDP yang dirinci menurut lapangan usaha by sector dan data agregat yang digunakan atas dasar harga konstan mempunyai nilai sebesar 0.591 yang menyatakan bahwa apabila harga saham perusahaan manufaktur terbuka di Bursa Efek Indonesia naik Rp.1 maka GDP akan naik + sebesar 0.591 dan demikian juga sebaliknya. d. Suku bunga yaitu berupa suku bunga riil yang dihitung dari perubahan suku bunga SBI Sertifikat Bank Indonesia jangka waktu satu bulan yang telah disesuaikan dengan tingkat inflasi, mempunyai nilai sebesar 0.531 yang menyatakan bahwa apabila harga saham perusahaan manufaktur terbuka di Bursa Efek Indonesia naik Rp.1 maka suku bunga akan naik + sebesar 0.531 dan demikian juga sebaliknya. e. Nilai tukar diukur dari perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi, mempunyai nilai sebesar -0.368 yang menyatakan bahwa apabila harga saham perusahaan manufaktur terbuka di Bursa Efek Indonesia naik Rp.1 maka nilai tukar akan turun – sebesar -0.368 dan demikian juga sebaliknya. Dalam banyak penelitian menemukan hubungan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Penulis melakukan pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE Best Linear Unbiased Estimation. Syarat yang harus dipenuhi adalah distribusi data yang normal, tidak terjadi masalah multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas. a Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel independent dan variabel dependent atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model yang paling baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui apakah variabel independent risiko sistematis dan makro ekonomi dan variabel dependent harga saham atau keduanya berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara melakukan uji Kolmogorov Smirnov sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 58 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.14007464 Most Extreme Differences Absolute .070 Positive .070 Negative -.042 Kolmogorov-Smirnov Z .537 Asymp. Sig. 2-tailed .936 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Penelitian, 2009 SPSS 17.00 Menurut Situmorang at al 2008:62 bahwa, apabila hasil uji Kolmogorov Smirnov yaitu Asymp. Sig. 2-tailed lebih besar dari 0,05 = 5 tingkat signifikansi maka data berdistribusi normal, sehingga model regresi yang didapat dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal seperti pada Tabel 4.7, karena Asymp. Sig. 2-tailed uji Kolmogorov Smirnov yaitu lebih besar dari 0,05 0,936 0,05. Selain uji Kolmogorov Smirnov, uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Gambar 4.1 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Sumber: Hasil Penelitian, 2009 SPSS 17.0 Berdasarkan grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Pada Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, karena data menyebar disekitar garis diagonal. Menurut Situmorang, at al 2008:58-59, apabila data menyebar disekitar garis diagonal maka regresi memenuhi asumsi normalitas atau berdistribusi normal. b Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas, dengan ketentuan: Bila VIF 10 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Bila VIF 10 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance Inflation Factor VIF pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero- order Partial Part Tolerance VIF 1 Constant 2.532 3.062 .827 .412 LN_Beta -.105 .322 -.034 -.326 .745 -.165 -.045 -.032 .901 1.110 LN_GDP .591 .270 .586 2.189 .033 .591 .288 .218 .138 7.247 LN_SukuBu nga .531 .304 .447 1.743 .087 .580 .233 .173 .150 6.668 LN_NilaiTuk ar -.368 .113 -.534 -3.273 .002 .252 -.410 -.325 .371 2.693 a. Dependent Variable: LN_HargaSaham Sumber: Hasil Penelitian, 2009 SPSS 17.00 Berdasarkan Tabel 4.8 maka dapat diketahui bahwa model tidak terdapat masalah, karena VIF Variance Inflation Factor tidak lebih besar dari 10 yaitu: VIF Risiko Sistematis = 1,110 10 VIF GDP = 7,247 10 VIF Suku Bunga = 6,688 10 VIF Nilai Tukar = 2,693 10 Selain VIF-nya yang dilihat, nilai tolerance-nya juga dapat digunakan untuk mengetahui multikolinearitas. Apabila nilai tolerance-nya lebih besar dari sig. 5, maka model tidak terkena multikolinearitas. Berdasarkan Tabel 4.9 maka diketahui bahwa model penelitian ini tidak terkena multikolinearitas, karena nilai tolerance variabel bebas lebih besar dibandingkan sig. 5. c Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deret waktu atau ruang seperti data cross section dalam Situmorang at al 2008:78-95. Dalam penelitian ini, metode yang dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi yaitu dengan melakukan Durbin-Watson Test DW yang diberi symbol d. Tabel 4.9 Hasil Durbin-Watson Test Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .690 a .476 .437 1.18231 .476 12.052 4 53 .000 1.618 a. Predictors: Constant, LN_NilaiTukar, LN_Beta, LN_SukuBunga, LN_GDP b. Dependent Variable: LN_HargaSaham Sumber: Hasil Penelitian, 2009 SPSS 1700 Pada hasil Durbin-Watson Test pada Tabel 4.9 maka dapat diketahui bahwa nilai d yaitu sebesar 1,618. Nilai d akan dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 58 dan k = jumlah variabel bebas. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif, angka D- W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, dan angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Pada hasil ini dapat dilihat tidak terjadi Autokorelasi karena D-W berada diantara -2 sampai +2. d Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi penelitian ini, analisis yang dilakukan yaitu dengan metode informal. Metode informal dalam pengujian heterokedastisitas yaitu metode grafik Scatterplot. Gambar 4.2 Hasil Scatterplot Sumber: Hasil Penelitian, 2009 SPSS 17.00 Berdasarkan grafik Scatterplot dalam Gambar 4.2 yang didapat dari analisis dengan bantuan program Software SPSS Statistical Package for the Social Sciences 17.00 for windows, maka dapat diketahui bahwa model tidak terkena heterokedastisitas karena data penelitian yang berbentuk titik-titik tidak membentik suatu pola. Menurut Situmorang at al 2008:68, bahwa model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjasi heterokedastisitas. Jadi, model regresi linear berganda yang didapat memenuhi asumsi homokedastisitas atau tidak terkena heterokedatisitas.

4. Pengujian Hipotesis