menunjukkan bahwa hipotesis ada hubungan positif dan signifikan antara
kematangan emosi dengan kesetiaan perkawinan dinyatakan diterima. Tabel 11
Hasil Uji Korelasi
Koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil kuadrat koefisien korelasi adalah 0,618. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas
penelitian ini yaitu kematangan emosi memberikan sumbangan efektif
sebesar 61,8 terhadap variabel terikat yaitu kesetiaan perkawinan. Tabel 15
Hasil Kuadrat Koefisien Korelasi
Correlations
Kematangan_E mosi
Kesetiaan_Per kawinan
Spearmans rho
Kematang an_Emosi
Correlation Coefficient
1,000 ,647
Sig. 1-tailed .
,000 N
132 132
Kesetiaan _Perkawin
an Correlation
Coefficient ,647
1,000 Sig. 1-tailed
,000 .
N 132
132 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
R R Squared
Eta Eta Squared
Kesetiaan_Perkawinan Kematangan_Emosi
,786 ,618
,845 ,715
E. PEMBAHASAN
Deskripsi data penelitian menunjukkan skor rata-rata subjek penelitian variabel kematangan emosi yaitu mean teoritik sebesar 70 dan mean empirik
sebesar 87,05. Pada variabel kesetiaan perkawinan diperoleh mean teoritik 87,5 dan mean empirik sebesar 111,59.
Berdasarkan hasil uji asumsi normalitas dan linearitas, diperoleh bahwa data yang dihasilkan adalah data yang tidak normal dan linear. Data yang
tidak normal merupakan data yang memiliki penyebaran tidak normal, hal ini disebabkan karena sampel yang diambil oleh peneliti kurang dapat mewakili
populasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor subjek yang cenderung didominasi beragama katholik yakni sebesar 65,15 atau sebanyak 86 subjek.
Serta faktor responden yang mayoritas berada dalam usia perkawinan tengah 11-30 tahun, yakni sebanyak 90 responden atau sebesar 68,18. Hasil data
yang tidak normal, dan data yang linear tersebut dapat dilanjutkan pengujian hipotesis dengan menggunakan data non parametric. Data non parametrik
memiliki kelemahan yakni hasil analisis tidak dapat di generalisirkan untuk kelompok yang lebih luas. Atau dapat dikatakan bahwa hasil analisis data
yang diperoleh hanya dapat memahami karakteristik atau kondisi yang terjadi pada penelitian ini saja.
Berdasarkan hasil uji hipotesis korelasi dengan menggunakan Product Moment Spearmans rho, menunjukkan bahwa hipotesis ada hubungan yang
positif antara kematangan emosi dengan kesetiaan perkawinan diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kematangan emosi
semakin tinggi pula kesetiaan perkawinannya. Penyataan tersebut dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi r antara kematangan emosi dengan
kesetiaan perkawinan yaitu 0,647 pada taraf signifikansi 0,000 p0,05, yang dapat diartikan bahwa kedua variabel berkorelasi positif.
Hubungan tersebut sesuai dengan pernyataan Allport, dimana individu yang memiliki kematangan, ia akan memiliki kecenderungan untuk
berperilaku menyimpang yang lebih kecil, atau dapat dikatakan berperilakuan baik yang cenderung lebih besar dalam Schultz, 2003. Salah satu perilaku
yang baik dalam hubungan suami isteri yakni menunjukkan beberapa hal yang masuk dalam kategori kesetiaan seperti saling menghormati, menerima
pasangan, memberikan kasih sayang, menempatkan pasangannya diatas orang lain, berpegang teguh pada janjinya, dapat dipercaya dan dapat diandalkan,
dan terlibat secara fisik dan emosional hanya kepada pasangannya yang sah. Dalam penelitian ini variabel bebas kematangan emosi memberikan
sumbangan efektif sebesar 61,8 terhadap variabel terikat yaitu kesetiaan perkawinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Walgito 2000, yang
menjelaskan salah satu faktor kesetiaan pada pasangan suami isteri adalah kematangan emosi. Dalam ikatan perkawinan pasangan suami isteri dituntut
untuk memiliki kematangan emosi dan pikiran, agar pasangan suami isteri dapat melihat persoalan yang mungkin akan dan sedang terjadi dalam rumah
tangga secara objektif antara emosi dan pikiran. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa individu dengan kematangan
emosi tinggi, ia akan memiliki emosi yang stabil dan tidak bersifat impulsif.