Saling menerima pasangan Aspek Kesetiaan

Townsend 2002 adalah : 1 Faktor kedewasaan, pasangan suami isteri saling memberi dan menerima kasih sayang, dapat bertanggung jawab, menjunjung tinggi nilai kejujuran, mampu menghadapi persoalan dan kegagalan dengan cara yang tepat dan dapat diterima oleh pasangan dengan baik. 2 Faktor komitmen, pasangan suami isteri memiliki keterikatan terhadap janji dalam hubungan perkawinannya. 3 Faktor empati, individu memandang melalui pihak yang berlawanan yakni pihak pasangannya sendiri, fokus dalam perilaku dan dampak perilaku dari dan oleh pasangannya. 4 Faktor kejujuran, pasangan suami isteri berupaya untuk saling bersikap jujur dan terbuka, tidak menyembunyikan kebohongan. 5 Faktor pengampunan, pasangan suami isteri memiliki rasa dan sikap saling mengampuni karena individu menyadari bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan suatu kesalahan, tinggal bagaimana upaya individu tersebut untuk menebus kesalahan agar diampuni. Berdasarkan paparan diatas, peneliti merumuskan beberapa faktor yang membentuk pasangan menjadi setia adalah adanya faktor komitmen, yakni keterikatan pasangan suami isteri dalam janji perkawinan. Faktor lain yakni adanya faktor kejujuran dan keterbukaan, dengan besikap jujur dan terbuka akan terbentuk kepercayaan pada tiap individu sehingga dasar kepercayaan menjadikan individu setia terhadap pasangannya.

D. DINAMIKA KEMATANGAN

EMOSI DAN KESETIAAN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTERI Kehidupan perkawinan akan berjalan dengan baik, apabila sepasang suami isteri telah matang secara psikologis. Walgito 2004 berpendapat bahwa suami dan isteri diharapkan memiliki emosi yang matang, sehingga emosinya akan lebih stabil, mandiri, menyadari akan tanggung jawabnya sebagai isteri dan suami serta memiliki tujuan dan arah hidup yang lebih jelas. Dengan demikian, jelaslah bahwa kematangan emosi sangat diperlukan oleh setiap individu dari pasangan suami isteri. Individu dengan emosi yang matang, diharapkan mampu mengelola emosi dengan baik, dan belajar untuk mendapatkan solusi positif dalam menghadapi suatu masalah. Dengan kata lain bahwa individu yang mampu mengambil solusi positif dan mampu mengontrol kemarahan akan meredakan konflik yang terjadi dan meminimalisir terjadinya keretakan rumah tangga sekaligus dapat memupuk kesetiaan dalam rumah tangga. Individu dengan kematangan emosi tinggi, ia akan memiliki emosi yang stabil dan tidak bersifat impulsif. Individu tersebut akan dapat mengontrol emosinya dan mengekspresikan emosi dengan tepat yang dapat diterima pasangannya dengan baik Walgito, 2004. Dengan demikian, saat individu mendapatkan stimulus yang kurang baik atau tidak diharapkan,