Ciri - ciri Kematangan Emosi

memiliki kematangan emosi, akan mampu mengambil keputusan dengan tepat dan penuh pertimbangan tanpa merugikan diri pasangan Khairani, 2013. d. Penerimaan Diri Individu yang memiliki kematangan emosi, akan mampu menerima keadaaan dirinya dan orang lain apa adanya. Dalam kehidupan berumah tangga, pasangan suami isteri dengan emosi yang matang, akan memiliki penerimaan diri dan penerimaan diri pasangan yang baik, apa adanya Walgito, 2004.

4. Dampak Kematangan Emosi

Individu dengan emosi yang matang akan memiliki atau mengalami beberapa hal, seperti : a. Memiliki pikiran yang rasional Individu yang memiliki emosi matang akan dapat berpikir secara rasional tidak hanya berdasarkan pemikiran emosional dan bersifat terburu-buru dalam pengambilan keputusan. Hurlock, 1999 b. Memiliki penerimaan diri secara sosial Individu yang memiliki emosi matang akan dapat diterima oleh masyarakat karena individu tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya Hurlock, 1999. c. Mampu menerima perbedaan Individu yang memiliki kematangan emosi cenderung lebih mampu menerima perbedaan yang ada diantara mereka sehingga dapat meminimalisir terjadinya konflik Adhim, 2002. d. Mampu mengontrol kemarahan Individu yang memiliki emosi matang, ia cenderung dapat mengontrol kemarahan dengan baik dan belajar untuk mendapatkan solusi positif dalam menghadapi suatu masalah Burney, dalam Anderson 2006. Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan dampak dari individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki pikiran yang rasional, penerimaan diri secara sosial, mampu menerima perbedaan serta mampu mengontrol kemarahannya.

C. KESETIAAN 1.

Pengertian Kesetiaan Setia merupakan suatu perilaku berulang yang kemudian menjadi sebuah kebiasaan dan berujung pada sifat dengan memiliki bentuk yang cenderung menetap Warren, 2009. Setia pada pasangan berarti masing-masing dari individu dapat diandalkan untuk saling menepati janji atau komitmen yang telah dikatakan dan disepakati serta dipercayakan oleh pasangan. Kesetiaan memiliki arti keteguhan yang dapat diandalkan pada individu. Menurut Cloud Townsend 2002, kesetiaan merupakan kepercayaan yang bukan hanya dalam hal seks namun dalam semua hal yang menyangkut hati, perasaan dan tubuh pasangan. Pasangan suami isteri yang setia, ia akan dapat dipercaya dan diandalkan tidak hanya secara fisik namun juga secara emosional. Hal ini didukung oleh pendapat Goldberg dalam Sadarjoen, 2005 yang mengatakan bahwa kesetiaan memiliki dampak yang menunjukkan kasih, kehormatan, dan menempatkan pasangannya diatas orang lain. Kesetiaan berarti berpegang teguh pada janji dan dapat diandalkan pada diri pasangan atau tugas yang telah diterima oleh pasangan tersebut. Kesetiaan memiliki kekhasan pada pasangan yang telah dipilih atau selibat dalam ikatan perkawinan dapat disebut dengan istilah monogam Piet Go, 1990. Tanggung jawab dalam sebuah perkawinan monogam memiliki makna sebagai sebuah dampak atau konsekuensi yang terbentuk dari nilai-nilai. Pernikahan yang monogam berarti dalam keluarga tersebut hanya terdaat satu isteri dan satu suami, beserta anak-anak. Monogam juga dapat diartikan bahwa suami isteri dituntut untuk saling setia sampai mati, perkawinan tersebut tidak dapat tergantikan ataupun diceraikan Tukan,1990. Dalam buku karangan Tukan 1990, seorang filsuf Perancis bernama Gabriel Marcel mengungkapkan bahwa kesetiaan terdiri dari dua macam yakni kesetiaan tingkat tinggi dan tingkat rendah. Dalam tingkat kesetiaan rendah, pasangan suami isteri saling setia berdasarkan kewajiban mereka dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya atau dengan kata lain demi kepentingan anak-anak. Sedangkan tingkat kesetiaan tinggi, memiliki arti bahwa pasangan suami dan siteri saling setia satu dengan yang lain karena berlandaskan sebagai pribadi yang tercipta untuk pribadi lain yakni pasangannya yang sah. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa kesetiaan merupakan suatu sifat yang berulang dalam hal saling menghormati, memberikan kasih sayang, menempatkan pasangannya diatas orang lain, berpegang teguh pada janjinya, dapat dipercaya dan dapat diandalkan, dan terlibat secara fisik dan emosional hanya kepada pasangannya yang sah.

2. Aspek Kesetiaan

Dari beberapa definisi mengenai kesetiaan, peneliti merumuskan kesetiaan dalam beberapa aspek, seperti dibawah ini :

a. Saling menghormati

Sikap saling menghormati antara suami dan isteri, dapat terlihat melalui sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik dan tidak merendahkan pihak pasangan Goldberg, dalam Saradjoen 2005. Suami maupun isteri yang hormat akan berusaha untuk tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang memalukan bagi pasangannya. Disamping itu, suami dan isteri juga harus mengerti dan menghargai pasangannya. Suami dan Isteri bersedia mendengarkan pendapat pasangannya dan berpikir bersama, serta