BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat seorang anak dilahirkan, maka ia tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Kehidupannya akan sangat tergantung pada pengasuhan intensif yang
diberikan oleh ibu. Selama proses pengasuhan anak, akan terjalin suatu ikatan emosional dalam interaksi antara ibu dan anak. Ikatan emosional yang terjalin
antara ibu dan anak tersebut akan memunculkan kelekatan attachment di antara mereka.
Kelekatan attachment adalah suatu relasi antara anak dengan seorang atau lebih pengasuh yang muncul pada masa bayi dimana relasi tersebut
menggambarkan ikatan di antara mereka Bowlby, 1969; Santrock, 2000. Selanjutnya, kelekatan attachment adalah suatu ikatan emosional yang kuat
antara anak dan pengasuhnya atau ibu. Tahun pertama kehidupan adalah kerangka waktu kunci bagi
perkembangan kelekatan Erikson, 1968; Santrock, 2000. Erik Erikson dalam Santrock, 2000 menyebutkan bahwa kelekatan terkait dengan tahap
pertama perkembangan psikososial yaitu kepercayaan. Suatu rasa percaya memerlukan perasaan akan adanya kenyamanan fisik, sejumlah kecil rasa
khawatir, dan pemahaman akan masa depan. Anak yang memiliki rasa percaya pada dunia, membentuk harapan seumur hidup bahwa dunia adalah
tempat yang baik dan menyenangkan. Maka dari itu, kelekatan yang diharapkan terbentuk antara anak dengan ibu adalah kelekatan yang aman.
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Erikson meyakini bahwa orang tua yang tanggap, sangat peka dalam memberikan rasa percaya dan aman ini kepada anak.
Perspektif etiologis psikiater Inggris, John Bowlby Vasta, et al., 1995 juga menekankan pentingnya kelekatan yang aman pada tahun pertama
kehidupan dan tanggapnya pengasuh anak akan hal ini. Bowlby yakin ibu dan anaknya secara naluriah membentuk suatu kelekatan. Kelekatan yang aman
sejak dini dengan pengasuh juga berkaitan dengan perilaku sosial anak di kemudian hari dalam perkembangannya. Hal ini didukung oleh Warmer, dkk
1994 yang menemukan bahwa anak usia enam tahun yang memiliki kelekatan aman dengan ibunya memiliki kompetensi dalam bermain dan
mampu memecahkan konflik yang terjadi dengan teman sebaya. Ainsworth dalam Santrock, 2000 menyatakan bahwa kelekatan terbagi
menjadi kelekatan yang aman secure attachment dan kelekatan yang tidak aman insecure attachment. Kelekatan yang tidak aman insecure
attachment dibagi lagi menjadi kelekatan cemas-menghindar dan kelekatan cemas-menolak. Anak dengan kelekatan yang aman menggunakan ibu sebagai
suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Kemudian, anak dengan kelekatan cemas-menghindar memperlihatkan ketidakamanan
dengan menghindari ibu misalnya, mengabaikan, menghindari tatapan, dan tidak berupaya mencari kedekatan dengan ibunya. Selanjutnya, pada anak
dengan kelekatan cemas-menolak memperlihatkan ketidakamanan dengan menolak ibu misalnya, bersandar padanya tapi saat bersamaan menendang
dan mendorong jauh-jauh ibunya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Main Solomon 1990 menambahkan satu jenis untuk kelekatan yang tidak aman, yaitu disorientasi atau disorganisasi. Anak yang mengalami
kelekatan yang disorientasi dan disorganisasi terlihat tidak memiliki strategi yang jelas dalam merespon ibu mereka. Pada suatu waktu, mereka mungkin
menolak saat berdekatan dengan ibu mereka, dan waktu selanjutnya mungkin mereka terlihat takut pada ibunya, atau sangat dingin saat ibu mendekati
mereka. Untuk selanjutnya, yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah jenis
kelekatan yang aman. Dari penelitian yang dilakukan Belsky, Spritz, Crnic 1996, ditemukan bahwa ibu yang peka dan selalu bersama anaknya dimana
anaknya mengalami kelekatan yang aman dan nyaman lebih mampu memulai percakapan yang mengandung unsur emosional dan relasional dengan anak
mereka. Laible Thompson 2002 menyatakan bahwa; karena emosi berkaitan secara signifikan dengan kelekatan antara ibu dan anak, maka anak
merefleksikan pesan yang mengandung emosi dan moral yang disampaikan oleh ibu mereka dalam percakapan antara ibu dan anak setiap hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Farrar, Fasig, Welch-Ross 1997 menunjukkan bahwa ibu dari anak yang mengalami kelekatan yang aman
lebih memunculkan emosi yang bermakna positif daripada memunculkan emosi yang bermakna negatif dalam interaksi ibu dan anak. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Matas, Arend, Sroufe pada tahun 1978 Santrock, 2000 menunjukkan bahwa anak yang merasakan kelekatan yang
aman dengan ibunya sejak masa awal pada masa bayi tidak mengalami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
frustasi dan lebih bahagia pada usia dua tahun dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan yang aman.
Berdasarkan penjelasan di atas, kenyamanan dan keamanan dalam kelekatan sangat dibutuhkan dan penting dialami oleh anak pada tahun
pertama kehidupannya. Namun demikian, masih ada anak yang mengalami ketidaknyamanan dan ketidakamanan dalam kelekatannya dengan ibu.
Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Egeland pada tahun 1989 Santrock, 2000, diperoleh bahwa sejumlah anak yang mengalami kelekatan
yang tidak aman kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan memiliki nilai yang kurang bagus pada kelas tiga dibandingkan dengan
sejumlah anak yang mengalami kelekatan yang aman. Anak yang mengalami kelekatan yang tidak aman akan menghindari ibu karena mereka tidak percaya
pada ibunya, anak juga takut pada orang asing, dan terganggu oleh hal-hal kecil seperti perpisahan sehari-hari, karena anak menganggap tidak ada figur
yang dapat dijadikan landasan yang aman dan dipercaya untuk mengeksplorasi lingkungan.
Kelekatan yang dialami oleh anak dipengaruhi oleh kemudahan dan keresponsifan pengasuh atau ibu dalam mengasuh anak, kemampuan anak
untuk membuka hubungan dengan pengasuh atau ibu, serta keadaan keluarga dan lingkungan anak Bowlby, 1977; Santrock, 2000. Dari beberapa faktor
tersebut, peneliti akan lebih menyoroti faktor kemudahan dan keresponsifan pengasuh atau ibu dalam mengasuh anak. Hal ini dikarenakan ibu adalah figur
yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan anak pada masa awal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kehidupannya. Selain itu, ibu dalam interaksinya dengan anak mendapatkan kesempatan lebih awal untuk menyampaikan emosi-emosi yang positif kepada
anaknya Farrar, Fasig, Welch-Ross, 1997. Keamanan dan ketidakamanan kelekatan yang dialami oleh anak
tergantung pada seberapa peka dan tanggap seorang ibu terhadap sinyal yang disampaikan anak. Anak yang merasakan kelekatan yang aman cenderung
memiliki ibu yang peka, menerima, dan dapat mengekspresikan afeksi terhadap anak dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan
yang aman Pederson, dkk, 1989; Santrock, 2000. Kepekaan dan ketanggapan ibu pada sinyal yang disampaikan anak terkait juga dengan
kuantitas kebersamaan antara ibu dan anak Isabella, Belsky, Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella Belsky, 1991.
Kuantitas kebersamaan ibu dan anak yaitu terkait dengan banyaknya waktu yang dihabiskan ibu bersama anaknya. Kuantitas kebersamaan ibu dan
anak memiliki hubungan dengan kelekatan antara ibu dan anak Isabella, Belsky, Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella Belsky, 1991.
Selain kuantitas kebersamaan antara ibu dan anak, kepekaan dan ketanggapan ibu pada sinyal yang disampaikan oleh anak juga terkait dengan
kualitas dari respon ibu terhadap kebutuhan-kebutuhan anak mereka yang berupa perhatian, bantuan, dan perlindungan bagi anak mereka Ainsworth,
1989. Terkait dengan kuantitas kebersamaan ibu dan anak serta kualitas respon
ibu maka dapat dilihat fenomena saat ini dimana banyak ibu yang memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesibukan di luar rumah ataupun di dalam rumah, yang mana kesibukannya tersebut merupakan pekerjaan diluar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.
Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan apakah ada perbedaan yang ditimbulkan oleh status pekerjaan ibu.
Status pekerjaan ibu yang dimaksud adalah ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja Surya,
2002. Status pekerjaan ibu ini akan memunculkan adanya perbedaan jumlah jam kerja dan jadwal kerja pada ibu-ibu. Jumlah jam kerja dan jadwal kerja
yang berbeda pada ibu-ibu ini akan mempengaruhi waktu kebersamaan ibu dengan anaknya. Adanya perbedaan waktu kebersamaan antara ibu dan anak
dapat memunculkan perbedaan tingkat kelekatan aman yang terbentuk pada anak. Hal ini disebabkan karena waktu kebersamaan antara ibu dan anak
terkait dengan peluang ibu untuk mengasuh anaknya. Status pekerjaan ibu juga mengandung masalah konflik peran pada diri
ibu. Hal ini dapat terjadi pada ibu yang bekerja baik di dalam maupun di luar rumah. Konflik peran ini muncul karena ibu-ibu pada kedua status pekerjaan
tersebut memiliki peran ganda. Peran ganda yang dimaksud adalah peran sebagai ibu rumah tangga dan peran sebagai wanita yang bekerja. Menurut
Shaevits dalam Rinto, 2004, ibu yang berperan ganda mengakui bahwa secara operasional sulit untuk membagi waktu bagi urusan rumah tangga dan
pekerjaannya. Selain itu menurut Ancok dalam Gunanto, 1997; Rinto, 2004 akan terjadi fenomena kehilangan kontrol pribadi pada ibu karena terlalu
sibuk oleh pekerjaannya. Devintha 2006 juga menyatakan bahwa kecemasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan timbul pada ibu yang memiliki peran ganda di masyarakat. Hal ini diakibatkan karena baik lingkungan maupun dirinya sendiri menginginkannya
untuk menjadi ibu sekaligus istri yang baik dimana dapat memenuhi semua kebutuhan. Di lain sisi, dia juga ingin agar pekerjaannya berjalan baik-baik
saja. Apabila kedua hal tersebut tidak berjalan selaras, maka biasanya akan timbul kecemasan dan juga stres pada diri ibu.
Konflik peran yang dialami ibu tersebut dapat membuat ibu sulit meraih sukses di bidang pekerjaan, keluarga, dan hubungan interpersonal sekaligus.
Apalagi jika ibu berasal dari daerah Jawa dimana masih menganut konsep kebudayaan Jawa yang paternalistik, yaitu perempuan dianggap sebagai konco
wingking; perempuan adalah seseorang yang ada dibelakang laki-laki, sehingga perempuan didudukkan dalam posisi subordinat di dalam struktur
masyarakat, posisi yang lebih rendah daripada laki-laki Kristiyanti, 2006. Selain itu, menurut Kusujiarti dalam Kristiyanti, 2006, peran perempuan
yang utama dalam masyarakat Jawa adalah berada di sekitar rumah tangga yaitu sebagai ibu dan istri. Maka dari itu, sebisa mungkin perempuan Jawa
tidak tampil dalam sektor publik karena secara normatif istri tidak boleh melebihi suami. Perempuan Jawa memang diijinkan untuk terlibat dalam
kegiatan ekonomi seperti berdagang, bertani atau bekerja dalam bidang- bidang yang lain, akan tetapi posisi perempuan seyogyanya tidak melebihi
laki-laki. Kemudian, menurut Handayani dan Novianto dalam Kristiyanti, 2006
jika wanita Jawa tampil di sektor publik sementara suami masih ada, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat akan beranggapan bahwa isteri tersebut merendahkan suami bahkan mempermalukan suami. Pandangan masyarakat tersebut dapat menjadi
stresor bagi perempuan Jawa dan dapat membuat perempuan Jawa yang memiliki peran ganda akan mengalami konflik peran pada dirinya sendiri. Hal
ini juga akan ikut mempengaruhi kelekatan dirinya dengan anaknya. Bertolak dari berbagai uraian diatas, penulis ingin meneliti perbedaan
tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu. Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan pengalaman kelekatan yang dirasakan
oleh setiap anak. Sebenarnya, penelitian serupa telah dilakukan oleh Kiser et al. pada tahun 1986 Isabella, Belsky, Von Eye, 1989; Isabella Belsky,
1991 di negara barat. Namun, penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh budaya yang berbeda dengan budaya yang ada di Indonesia. Maka dari itu,
penulis ingin melakukan penelitian yang serupa di daerah Jawa khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
B. Rumusan Masalah