Metode Ekstraksi Landasan Teori

terbentuknya lipid dalam hati yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi lipoprotein. Lipoprotein ini bertanggungjawab dalam transport lipid keluar dari hepatosit dan terjadi steatosis Timbrell, 2008. Kerusakan hati oleh karbon tetraklorida dapat dilihat dengan adanya kenaikan aktivitas serum ALT dan AST. Pada saat steatosis terjadi peningkatan aktivitas serum ALT sebesar 3x normal dan aktivitas serum AST sebesar 4x normal Zimmerman, 1999.

G. Metode Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dengan menggunakan medium pengekstraksi yang tertentu yang dapat dilakukan dengan berbagai cara Agoes, 2009. Ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan pada umumnya menggunakan sistem maserasi dengan pelarut organik. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung cahaya Sudjadi, 1986. Dalam penelitian ini, pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah etanol 50. Menurut Javaplant 2000, pada proses pilot scale dapat digunakan etanol 50 untuk ekstraksi bahan alam. Pilot scale biasanya dilakukan oleh pabrik-pabrik yang memproduksi ekstrak, dengan tujuan mengantisipasi terbuangnya banyak produk karena tidak memenuhi serangkaian pengujian. Hal yang diujikan dalam proses pilot scale salah satunya yaitu pengujian untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang dapat menghasilkan efek farmakologis tertentu, misalnya efek hepatoprotektif. Selain itu, menurut Wijesekera 1991, etanol 50 sangat berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau polimer yang biasanya tidak mempunyai aktivitas berarti tetapi seringkali dapat menimbulkan masalah-masalah farmasetis seperti misalnya terjadi pengendapan yang sulit untuk dihilangkan

H. Landasan Teori

Sebagai salah satu organ terbesar pada tubuh manusia, hati memiliki peran penting dalam metabolisme Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2005. Hati memiliki kerja terberat karena berhubungan dengan zat berbahaya yang tidak diperlukan oleh tubuh, sehingga kemungkinan mengalami kerusakan sangat besar. Beberapa keruskaan hati akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan antara lain steatosis, nekrosis, kolestasis, dan sirosis Lu, 1995. Kerusakan hati dapat dideteksi dengan pengujian secara biokimiawi, yaitu dengan menguji aktivitas dari enzim aminotransferase ALT dan AST, dimana apabila terjadi kerusakan hati ditandai dengan peningkatan kadar dari enzim tersebut Geregus, 2008. Karbon tetraklorida CCl 4 dapat memberikan kerusakan sel hati berupa perlemakan hati. Sitokrom P-450 CYP2E1 memiliki fungsi sebagai agen pereduksi dan mengkatalisis adisi elektron yang mengakibatkan satu ion klorin yang hil ang sehingga membentuk suatu radikal bebas berupa triklorometil •CClз Geregus, 2008. •CClз dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal, serta akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan terbentuk radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reaktif dan terjadi peroksidasi lipid Timbrell, 2008. Kerusakan hati oleh karbon tetraklorida dapat dilihat dengan adanya kenaikan aktivitas serum ALT dan AST. Pada saat steatosis terjadi peningkatan aktivitas serum ALT sebesar 3x normal dan aktivitas serum AST sebesar 4x normal Zimmerman, 1999. Oleh karena itu diperlukan suatu senyawa untuk melindungi hati dari senyawa yang toksik. Salah satu senyawa yang dapat digunakan adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid hampir terdapat pada semua tanaman, salah satunya adalah tanaman jarong Stachytarpheta indica L. Vahl. Chowdhury, 2003. Sebuah penelitian dari Joshi et al. 2010, menjelaskan bahwa ekstrak etanol daun jarong dengan metode ekstraksi sokhletasi memiliki aktivitas hepatoprotektif yang ditunjukkan dengan tikus yang telah diinduksi hepatotoksik CCl4 mengalami penurunan nilai Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGOT, Serum Glutamic Piruvic Transaminase SGPT, Serum Alkaline Phosphatase SALP dan serum bilirubin. Adanya senyawa flavonoid dari tanaman diketahui menjadi salah satu komponen yang dapat melindung hati. Flavonoid merupakan golongan fenolik yang memiliki sifat polar. Flavonoid dapat mudah tersari oleh pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama, yaitu etanol. Salah satu tingkatan konsentrasi etanol yang dapat digunakan dalam proses pilot scale di pabrik-pabrik adalah konsentrasi 50, yang mana dengan konsentrasi 50 diharapkan flavonoid dapat tersari dengan baik dan spesifik.

I. Hipotesis

Ekstrak etanol 50 daun Jarong Stachytarpheta indica L. Vahl. memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. 18

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50 daun jarong Stachytarpheta indica L. Vahl. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantang galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Variabel bebas penelitian ini adalah variasi dosis dalam pemberian ekstrak etanol 50 daun Jarong. b. Variabel tergantung. Variabel tergantung penelitian ini adalahnilai aktivitas ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian ekstrak etanol 50 daun Jarong.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Hewan uji yang digunakan, yaitu tikus jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 g, cara pemberian ekstrak secara per oral, frekuensi waktu pemberian ekstrak, dan tempat tumbuh daun jarong. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar.

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 49

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 54

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 90% daun jarong (Stacytarpheta indica vahl.) terhadap kadar alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 133

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 70% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap kadar alann aminotransferase dan aspartat aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 82

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 30% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap kadar alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 127

Efek hepatoprotektif jangka panjang infusa daun tempuyung (sonchus arvensis l.) terhadap aktivitas alanin aminotransferase dan aspartate transaminase pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 3 130

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Efek Hepatoprotektif infusa daun ceplikan [Reullia tuberosa L.] pada mencit jantan terinduksi karbon tetraklorida [CCL] : kajian terhadap aktivitas serum alanin aminotransferase - USD Repository

0 0 100

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 106

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun swietenia mahagoni (l.) jacq. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 112