9. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Penetapan dosis hepatotoksin dilakukan melalui studi literatur yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie 2002 yang menyebutkan bahwa dosis
hepatotoksin karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hati tikus jantan galur Wistar adalah 2 mLkgBB dimana volume CCl
4
sama dengan volume olive oil 1:1. Pemilihan dosis hepatoksin ini karena pada dosis
tersebut telah menyebabkan kerusakan sel-sel hati dari tikus jantan galur Wistar yang terdeksi dengan kenaikan serum ALT dan AST, namun tidak sampai
menyebabkan kematian pada tikus jantan sebagai subjek penelitian tersebut Janakat, Al-Merie, 2002.
10. Penetapan dosis ekstrak etanol 50 daun jarong
Penetapan dosis ekstrak etanol 50 daun jarong dihitung berdasarkan berat badan tertinggi tikus yaitu 250 g dan ½ volume maksimal secara per oral
pada tikus yaitu 2,5 ml. Penetapan dosis tertinggi dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
D x BB = C x V D x BB tertinggi tikus kgBB = C ekstrak mgmL x ½ Vmax 2,5 ml
D = x mgkg BB Dua peringkat dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 2 kalinya dari
dosis tertinggi.
11. Penetapan waktu pencuplikan darah
Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi pada tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke-0, 24, 48. Setiap kelompok
perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata sebanyak 1 cc. Kemudian nilai aktivitas ALT-AST
diukur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie 2002 peningkatan kadar maksimal terjadi pada jam ke-18 dan jam ke-24 setelah
pemberian karbon tetraklorida secara injeksi dan kemudian berangsur menurun pada jam ke-48 dan terjadi perbaikan sel hati setelah 3 hari pemberian
hepatotoksin.
12. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Tikus jantan galur Wistar yang diperlukan sebagai hewan uji adalah sebanyak 30 ekor yang kemudian akan dibagi kedalam 6 kelompok secara acak
sama banyak. Kelompok I kontrol negatif diberi olive oil dosis 2 mLkgBB secara intraperitoneal, kemudian setelah 24 jam dilakukan pengambilan darah.
Kelompok II kontrol hepatotoksin diberi larutan karbon tetraklorida dalam minyak zaitun 1:1 dengan dosis 2 mLkgBB secara intraperitoneal, kemudian
setelah 24 jam dilakukan pengambilan darah. Kelompok III kontrol ekstrak etanol diberi ekstrak etanol 50 daun jarong dengan dosis tertinggi yaitu 400
mgkgB secara peroral, kemudian setelah enam jam dilakukan pengambilan darah. Kelompok IV, V, dan VI kelompok perlakuan uji diberi ekstrak etanol 50
dengan dosis bertingkat yaitu 100; 200; dan 400 mgkgBB. Kemudian enam jam setelah pemberian ekstrak etanol 50 dilakukan induksi karbon tetraklorida
dengan dosis 2 mLkgBB secara intraperitoneal Janakat dan Al-Merie, 2002. Setelah 24 jam dari pemejanan dilakukan pengambilan darah pada daerah sinus
orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST. Pada penelitian ini pemberian ekstrak dilakukan sebagai praperlakuan
dengan mengacu pada model penelitian yang dilakukan oleh Eviani 2015 yaitu ekstrak diberikan dalam jangka waktu enam jam.
13. Pembuatan serum