Pengamatan Parameter Klinik Evaluasi Uji Toksisitas

b. Uji Biokimia Darah Laju distribusi ke setiap organ tubuh berhubungan dengan aliran darah. Volume aliran darah di hati dan ginjal paling tinggi, sehingga organ tersebut paling banyak terpapar senyawa toksikan. Selain itu, fungsi metabolisme dan eksresi pada organ tersebut besar, sehingga keduanya lebih peka terhadap toksikan. Dengan mengetahui biokimia darah maka dapat diketahui keadaan organ tubuh terutama fungsi hati dan ginjal. Pada penelitian ini uji biokimia darah yang dilakukan adalah penentuan kadar glukosa, kreatinin, BUN, SGOT, SGPT, LDL, trigliserida, HDL, protein total, albumin, dan kolesterol. c. Urinalisis Urin merupakan jalur utama eksresi sebagian besar senyawa toksikan, sehingga ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasi toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus. Karena itu ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik. Pemeriksaan urin selain dapat memberikan data mengenai ginjal dan saluran urin, juga mengenai fungsi berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal dan lain- lain. Perlu diperhatikan waktu pengumpulan sampel urin. Urin kumpulan sepanjang 24 jam mempunyai susunan yang tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Tetapi sampel urin yang diambil pada saat tertentu di waktu siang atau malam, dapat memberikan susunan urin yang berbeda. Analisis urin meliputi warna, berat jenis, pH, dan suhu.

2.3.3 Pemeriksaan Setelah Kematian

Pada akhir pengujian semua hewan uji dikorbankan dan diperiksa patologinya secara makroskopis, jika keadaan jaringan memungkinkan, dilakukan pula pemeriksaan histologi. Selain itu, berat beberapa organ, baik dalam nilai absolut maupun relatif terhadap berat badan harus diukur, karena ini merupakan indikator yang berguna bagi toksisitas. Pemeriksaan ini akan menghasilkan informasi toksisitas senyawa uji dalam kaitannya dengan efek pada organ sasaran. Informasi tersebut dapat memberikan petunjuk tentang jenis penelitian khusus lainnya yang perlu dilakukan. a. Organ Sasaran Toksikan tidak mempengaruhi semua organ secara merata, karena dipengaruhi oleh kepekaan suatu organ, juga tingginya kadar senyawa atau metabolitnya di organ sasaran. Kadar ini selain bergantung pada dosis yang diberikan juga pada derajat absorbsi, distribusi, pengikatan, dan eksresi. Senyawa uji yang diberikan secara oral, absorbsi terjadi di saluran cerna. Lambung merupakan tempat penyerapan yang penting, terutama untuk senyawa yang bersifat asam lemah. Dalam usus, senyawa yang bersifat basa lemah akan mudah diserap. Setelah senyawa tersebut diserap dan memasuki darah, maka akan didistribusikan dengan cepat ke seluruh tubuh. Kadarnya dalam organ tergantung mudah atau tidaknya senyawa melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas komponen organ terhadap senyawa tersebut. Pengikatan suatu senyawa dalam jaringan dapat menyebabkan kadarnya menjadi tinggi. Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat senyawa asing. Hal ini berhubungan dengan fungsi metabolik dan eksretorik. b. Histologi Organ Pada pemeriksaan setelah kematian hewan uji perlu dilakukan pemeriksaan histologi organ untuk mengetahui hubungan antara gejala yang terjadi dengan struktur organ yang mengalami paparan senyawa uji. Pada penelitian ini organ yang ditimbang dan diperiksa secara histologis yaitu hati, ginjal, anak ginjal, jantung, limpa, pankreas, paru-paru, otak, testes dan vesika seminalis jantan, uterus dan ovarium betina. Lambung diperiksa secara makroskopis. Hati adalah organ terbesar dan memberikan proses metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Pada pemeriksaan patologi makroskopik hati, warna dan penampilan sering dapat menunjukkan sifat toksisitas, seperti perlemakan hati atau sirosis. Berat organ merupakan petunjuk yang sangat peka dari pengaruh zat uji pada hati. Pada pemeriksaan mikroskopik hati, dapat dideteksi berbagai kelainan histologi seperti perlemakan, nekrosis, sirosis, nodul hiperplastik dan neoplasia, selain juga dapat mendeteksi perubahan dalam berbagai struktur subsel. Data tersebut digabungkan dengan data uji biokimia sehingga dapat menggambarkan cara kerja toksikan. Ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik selain hati. Ginjal mempunyai kemampuan kompensasi yang luar biasa. Uji fungsi ginjal selain dilakukan analisis urin dan darah, juga pemeriksaan secara morfologis dan histologis. Pada pemeriksaan makroskopis ditentukan berat ginjal. Perubahan berat organ, bila dibandingkan dengan hewan pembanding, dapat menunjukkan lesi ginjal. Pemeriksaan histopatologi dapat mengungkapkan tempat, luas, dan sifat morfologik lesi ginjal. Sebagai suatu bagian vital dalam tubuh, susunan saraf dilindungi dari toksikan dalam darah oleh suatu mekanisme protektif sawar darah otak. Meskipun demikian, susunan saraf rentan dari berbagai jenis toksikan. Susunan saraf terdiri atas dua bagian utama yaitu susunan saraf perifer dan susunan saraf pusat SSP yang mencakup otak dan sum-sum tulang belakang. Pada uji toksisitas perlu juga dilakukan pemeriksaan histologi otak. Jantung adalah suatu organ yang vital dalam tubuh, meskipun bukan sasaran utama, organ ini dapat dirusak oleh berbagai senyawa, juga sistem reproduksi, testis dan vesika seminalis atau ovarium dan uterus, serta pankreas yang merupakan bagian sistem endokrin. Oleh karena itu perlu dilakukan pula pemeriksaan histologi pada organ-organ tersebut. II METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan pengujian toksisitas subkronis ekstrak etanol buah mengkudu dan rimpang jahe gajah tunggal serta kombinasinya. Pada tahap penelitian dilakukan penyiapan ekstrak tumbuhan obat dimulai dengan pengumpulan bahan segar berupa buah mengkudu yang cukup matang dan rimpang jahe gajah, kemudian di determinasi. Buah mengkudu dan rimpang jahe gajah dicuci dan diiris kemudian dijemur di bawah sinar matahari langsung sampai kering. Simplisia yang telah kering dihaluskan dan diayak. Setelah itu diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96 kemudian diuapkan sampai kental. Dilakukan penetapan karakteristik ekstrak. Sediaan obat dibuat dengan melarutkan ekstrak dalam air menggunakan tragakan 1.

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var. amarum) dengan GC-MS dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

32 249 106

Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Dengan Monosodium Glutamat (MSG)

12 118 94

Efek Penyembuhan Luka bakar dari Ekstrak Buah Mengkudu (morinda citrifolia l.) Dalam Sediaan Gel pada Kelinci

12 88 89

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

Pengaruh Ekstrak Buah Morinda Citrifolia Linn Terhadap Kualitas, Kuantitas Sperma Dan Kadar Malondialdehyde Testis Tikus Wistar Diabetes Mellitus

4 79 95

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officunale Rosc.) Dan Uji Aktivitas Antibakteri

15 125 67

Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan

17 119 74

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) terhadap Enterococcus faecalis.

0 1 17