Model Pembelajaran Model Pembelajaran AIR Auditory Intellectually Repetition

15 merupakan proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar merupakan aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap Winkel, 1999:53 dalam Purwanto, 39. Menurut Depdiknas 2003 dalam situs http:mathedu- unila.blogspot.com201010pengertian-belajar.html yang diakses pada tanggal 10 Maret 2015, belajar sebagai proses membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau pengalaman. Belajar juga di ungkapkan oleh Gage 1984 dalam Martinis Yamin 2006, 98 sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri setiap orang yang tampak dalam tingkah laku, pemahaman, pola pikir dan kebiasaan- kebiasaan lain melalui pengalaman.

3. Model Pembelajaran

Dalam Rusman 2013, 133 Joyce dan Weil mengatakan bahwa model pembelajaran suatu rencana atau pola yang dapat digunakan 16 untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran yang efektif dapat dipilih oleh guru sesuai dengan kondisi siswa atau materi pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menurut Agus Suprijono 2010:46, model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap- tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang digunakan oleh perancang pembelajaran atau guru untuk merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. 17

4. Model Pembelajaran AIR Auditory Intellectually Repetition

Model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually , and Repetition. a. Auditory Dave Meiler 2000 dalam Mistaful Huda 2013,289 menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditoris, bahkan tanpa kita sadari. Selanjutnya, Wenger dalam Rode dan Nicholl, 1997 menegaskan : “kunci belajar terletak pada artikulasi rinci. Tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi kita akan mempertajam persepsi dan memori kita tentangnya. Ketika kita membaca sesuatu ynag baru kita harus menutup mata dan kemudian mendeskripsikan dan mengucap apa yang telah dibaca tadi”. Model belajar auditorial merupakan model belajar yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun diingat. Kebanyakan siswa yang auditorisnya lebih muda dengan cara berdiskusi dengan orang teman lain, maka sebaiknya guru melakukan hal-hal berikut : melaksanakan diskusi kelas atau debat; meminta siswa untuk presentasi; meminta siswa untuk membaca teks dengan keras; meminta siswa untuk mendiskusikam 18 ide mereka secara verbal; melaksanakan belajar kelompok. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen. Dalam buku Collaborative Learning Techninques Elizabert, K. Patrisia, Claire Howell 2012,151 Davis mencatat, sebuah diskusi give-and-take memberi dan menerima yang baik dapat menghasilkan pengalaman pembelajaran yang tiada tara ketika para siswa mengartikulasikan ide-ide mereka, merespon pikiran teman sekelas mereka dan membangun keterampilan dalam mengevaluasi sendiri bukti dan posisi orang lain” 1993, 63. Metode diskusi sebagai perangkat pengajaran yang efektif karena dapat membantu siswa merumuskan ide-ide mereka dan belajar mengkomunikasikannya. Diskusi dapat mengajari siswa untuk menjadi pendengar yang baik, saling menghargai, belajar lebih dalam dan mengingat lebih lama dengan cara menghubungkan pengetahuan yang telah mereka miliki dengan apa yang didengar. Dalam buku Metodologi Pembelajaran Kontemporer, Moh. Sholeh 2014, 152 mengemukakan beberapa kelebihan metode diskusi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain : 1. Menumbuhkan sikap ilmiah dan jiwa demokratis, karena ; 19 a. Mendorong siswa untuk berpartisipasi serta memiliki rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapat. b. Membiasakan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat serta mendapat dukungan dan sanggahan atas pendapatnya. 2. Tergalinya gagasan-gagasan baru yang memperkaya dan memperluas pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas. 3. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap masalah. 4. Membina perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil. Dengan demikian dalam proses pelaksanaan diskusi, dalam buku Metodologi Pembelajaran Kontemporer, Moh. Soleh 2014, 145, Bridges 1979 dalam buku Strategi Pembelajaran Wina Sanjaya mengemukakan bahwa, seorang guru harus dapat mengatur kondisi agar setiap siswa : dapat bicara dan mengeluarkan gagasan dan pendapatnya; harus saling mendengar pendapat orang lain; harus saling memberikan respon; harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting; melalui diskusi setiap siswa harus mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan. b. Intellectually Menurut Meier 2000 dalam Miftahul Huda 2013, 290, intellectual bukanlah “pendekatan tanpa emosi, rasionalistik, 20 akademis, dan terkotak- kotak. Kata „intelektual‟ menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan dinilai dari pengalaman tersebut”. Dengan demikian intektualitas dapat diartikan sebagai sarana yang digunakan manusia untuk berpikir jernih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Melihat hal ini, maka Meier 2000 mengatakan bahwa seorang guru haruslah berusaha mengajak siswa terlibat dalam aktivitas-aktivitas intelektual, seperti : memecahkan masalah; menganalisis pengalaman; mengerjakan perencanaan strategis; melahirkan gagasan kreatif; mencari dan menyaring informasi; merumuskan pertanyaan; menciptakan model mental; menerapkan gagasan baru dalam pekerjaan; menciptakan makna pribadi; meramalkan implikasi suatu gagasan. c. Repetition Repitisi bermakna pengulangan. Dalam Purwanto 2009, 41 pengulangan dapat menimbulkan tingkah laku dengan mengubah respon bersyarat menjadi respon tanpa syarat Bower dan Hilgard. 1981, 49. Pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas. Tidak hanya demikian, pengulangan juga dilakukan untuk 21 mengantisipasi kebiasaan siswa yang mudah lupa, karena ingatan siswa tidak selalu stabil. Hal ini juga diungkapkan oleh Slamet 2013, 37 dalam Miftahul Huda 2013, 292 pelajaran yang diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah memecahkan masalah. Ulangan semacam ini diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau tiap unit diberikan, maupun secara insidental jika dianggap perlu. Proses pengulangan dapat dilakukan kepada siswa melalui latihan soal, pemberian tugas atau kuis. 1. Latihan soal Latihan soal diberikan kepada siswa untuk mengasah kemampuan yang dimilikinya melalui proses berpikir dengan mengerjakan soal-soal setelah mendengar penjelasan dari guru maupun penjelasan dari teman sebaya. 2. Pemberian tugas Pemberian tugas diberikan dengan maksud untuk melatih siswa agar bertanggung jawab atas kewajibannya. Melalui tugas-tugas yang diberikan guru, siswa dapat belajar manajemen waktu untuk belajar atau bermain. Selain itu juga, pemberian tugas dapat meningkatkan motivasi siswa untuk bekerja keras mencari tahu dan dapat menjadikan siswa hidup 22 mandiri yakni dengan menggunakan pemikirannya dapat memecahkan sendiri masalah yang diberikan . 3. Kuis Kuis merupakan ulangan singkat karena hanya membutuhkan waktu 5-10 menit. Kuis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah soal-soal dari materi yang telah diajarkan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition merupakan model pembelajaran yang berpedoman pada tiga kata yakni Auditory, Intellectually, Repetition . Model pembelajaran ini membantu siswa untuk saling mendengarkan, percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat, berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan terus memperdalam serta memperluas pengetahuan melalui latihan soal, mengerjakan tugas, dan mengerjakan soal kuis yang diberikan.

5. Motivasi Belajar Siswa

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII

0 16 263

HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL AUDITORY Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Model Auditory Intellectually Repetition (Air) Dan Direct Instruction (Di) Ditinjau Dari Self-Efficacy Matematis Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 2015/

0 3 11

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Model Auditory Intellectually Repetition (Air) Dan Direct Instruction (Di) Ditinjau Dari Self-Efficacy Matematis Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 201

0 2 18

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUAL REPETITION DALAM PEMBELAJARAN Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intelectual Repetition Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (Pada Kelas VII Semester II MTs NEGERI 2 SIMO Tahun Ajaran 2009/ 2010).

0 0 10

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dan Reciprocal Teaching pada Materi Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri se-Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 0 19

PROFIL KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA.

4 12 95

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 AJIBARANG KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 16