Efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi segiempat.

(1)

ABSTRAK

Benedicta Yunita Kurnia Talan (111414104). Efektivitas Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Ditinjau dari Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada Materi Segiempat. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dan mengetahui efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi segiempat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen), yang dapat membandingkan motivasi dan hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran AIR. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data hasil belajar. Data hasil motivasi dan hasil belajar matematika siswa dianalisis dengan membandingkan rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran AIR.

Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut persentase keterlaksanaan model pembelajaran AIR yang diperoleh yakni 85,42% dan tergolong sangat tinggi. Pada hasil belajar, persentase siswa kelas eksperimen yang tuntas KKM adalah 86,21% dan lebih dari 75% sehingga dapat dikatakan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Namun secara inferensial, nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,146 > 0,1 dan tidak ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksprimen lebih rendah dari kelas kontrol. Nilai signifikan kuesioner motivasi siswa yang diperoleh adalah 0,973 > 0,1, dan tidak ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa motivasi siswa kelas eksperimen lebih rendah dibanding kelas kontrol, sedangkan nilai signifikan yang diperoleh dari data pengamatan motivasi oleh Observer adalah 0,096 < 0,1 dan disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol sesuai data pengamatan motivasi oleh Observer. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR tergolong sangat tinggi. (2) tidak ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa model pembelajaran AIR tidak efektif ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa.

Kata-kata kunci: Efektivitas, Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), Hasil Belajar, Motivasi Belajar, Segiempat.


(2)

ABSTRACT

Benedicta Yunita Kurnia Talan (111 414 104). Effectiveness of AIR Learning Model (Auditory, Intellectually, Repetition) Judging of Motivation and Learning Achievement Mathematics of Kanisius Gayam Yogyakarta Seventh Grade Students on Quadrilateral material. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2015.

The research is a aimed to know the enforceability of the learning process using the AIR learning model (Auditory, Intellectually, Repetition) and determine the effectiveness of the AIR learning model (Auditory, Intellectually, Repetition) in terms of motivation and learning achievement mathematics of Kanisius Gayam Yogyakarta Seventh Grade Students on Quadrilateral material.

This study is a quasi-experimental research (quasi), which compare the motivation and learning achievement of student in learning process using conventional learning model and AIR learning model. The data required in this research are learning motivation and learning achievement data. Data from motivation and mathematics student learning achievement were analyzed by comparing the average motivation and student learning achievement with conventional learning model and AIR learning model.

The results of this research are as follows percentage enforceability obtained AIR learning model is 85,42% and classified as very high. Results of learning achievement, the percentage of students who completed KKM experimental class was 86,21% and more than 75% so that can be said to increase student learning achievement. However inferentially, significant value obtained was 0,146 > 0,1, and there is no sufficient evidence to conclude that the experimental class learning achievement is lower than the control class. Student motivation questionnaire significant value obtained was 0,973 > 0,1, and there is no sufficient evidence to conclude that the experimental class student motivation is lower than the control class, where as the significance values obtained from the observation motivated data by the Observer is 0,096 < 0,1 and concluded that the experimental class students motivation was higher than the control class according to the data of observation motivated by the Observer. From the results, can be concluded that (1) enforceability learning process using AIR learning model is very high. (2) there isn’t insufficient evidence to conclude that the AIR learning model is not effective in terms of motivation and student learning achievement.

Key words: Effectiveness, AIR learning model (Auditory, Intellectually, Repetition), Learning achievement, Motivation, Quadrilateral.


(3)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KANISIUS

GAYAM YOGYAKARTA PADA MATERI SEGIEMPAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Benedicta Yunita Kurnia Talan NIM : 111414104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Carilah, maka kamu akan mendapatkan. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan

bagimu. (Matius, 7:7)

Kesuksesan bukan kunci kebahagian, tetapi kebahagian adalah kunci kesuksesan. Jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan,

maka kamu akan sukses.


(7)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Esa

Kedua orang tuaku tercinta, bapak Mikhael Talan dan alm. Mama Athanasia Maria Mardiyati, yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang, dukungan moral dan materi serta doa yang

tidak pernah habis untukku.

Kakakku tercinta Nia Talan, serta adik-adikku tercinta Buan Talan dan Anti Talan yang selalu memberi dukungan dan motivasi

kepada Ita setiap saat.

Keluarga besar Atmo Sudarman dan Paulinus Talan


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

Benedicta Yunita Kurnia Talan (111414104). Efektivitas Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Ditinjau dari Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada Materi Segiempat. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dan mengetahui efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi segiempat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen), yang dapat membandingkan motivasi dan hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran AIR. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data hasil belajar. Data hasil motivasi dan hasil belajar matematika siswa dianalisis dengan membandingkan rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran AIR.

Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut persentase keterlaksanaan model pembelajaran AIR yang diperoleh yakni 85,42% dan tergolong sangat tinggi. Pada hasil belajar, persentase siswa kelas eksperimen yang tuntas KKM adalah 86,21% dan lebih dari 75% sehingga dapat dikatakan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Namun secara inferensial, nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,146 > 0,1 dan tidak ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksprimen lebih rendah dari kelas kontrol. Nilai signifikan kuesioner motivasi siswa yang diperoleh adalah 0,973 > 0,1, dan tidak ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa motivasi siswa kelas eksperimen lebih rendah dibanding kelas kontrol, sedangkan nilai signifikan yang diperoleh dari data pengamatan motivasi oleh Observer adalah 0,096 < 0,1 dan disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol sesuai data pengamatan motivasi oleh Observer. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR tergolong sangat tinggi. (2) tidak ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa model pembelajaran AIR tidak efektif ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa.

Kata-kata kunci: Efektivitas, Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), Hasil Belajar, Motivasi Belajar, Segiempat.


(11)

ix

ABSTRACT

Benedicta Yunita Kurnia Talan (111 414 104). Effectiveness of AIR Learning Model (Auditory, Intellectually, Repetition) Judging of Motivation and Learning Achievement Mathematics of Kanisius Gayam Yogyakarta Seventh Grade Students on Quadrilateral material. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2015.

The research is a aimed to know the enforceability of the learning process using the AIR learning model (Auditory, Intellectually, Repetition) and determine the effectiveness of the AIR learning model (Auditory, Intellectually, Repetition) in terms of motivation and learning achievement mathematics of Kanisius Gayam Yogyakarta Seventh Grade Students on Quadrilateral material.

This study is a quasi-experimental research (quasi), which compare the motivation and learning achievement of student in learning process using conventional learning model and AIR learning model. The data required in this research are learning motivation and learning achievement data. Data from motivation and mathematics student learning achievement were analyzed by comparing the average motivation and student learning achievement with conventional learning model and AIR learning model.

The results of this research are as follows percentage enforceability obtained AIR learning model is 85,42% and classified as very high. Results of learning achievement, the percentage of students who completed KKM experimental class was 86,21% and more than 75% so that can be said to increase student learning achievement. However inferentially, significant value obtained was 0,146 > 0,1, and there is no sufficient evidence to conclude that the experimental class learning achievement is lower than the control class. Student motivation questionnaire significant value obtained was 0,973 > 0,1, and there is no sufficient evidence to conclude that the experimental class student motivation is lower than the control class, where as the significance values obtained from the observation motivated data by the Observer is 0,096 < 0,1 and concluded that the experimental class students motivation was higher than the control class according to the data of observation motivated by the Observer. From the results, can be concluded that (1) enforceability learning process using AIR learning model is very high. (2) there isn‟t insufficient evidence to conclude that the AIR learning model is not effective in terms of motivation and student learning achievement.

Key words: Effectiveness, AIR learning model (Auditory, Intellectually, Repetition), Learning achievement, Motivation, Quadrilateral.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Efektivitas Model Pembelajaran Air (Auditory, Intellectually, Repetition) Ditinjau dari Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP

Kanisius Gayam Yogyakarta pada Materi Segiempat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan penuh kesabaran dan keiklasannya membimbing serta memberikan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak ibu Dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang

senantiasa membimbing dan memberi masukan kepada penulis sejak awal


(13)

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang ... 1

B Identifikasi Masalah ... 6

C Rumusan Masalah ... 6


(15)

xiii

E Batasan Masalah ... 7

F Batasan Istilah ... 8

G Manfaat Penelitian... 9

H Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A Hal-hal Teoritik ... 13

B Kerangka Berpikir ... 43

C Hipotesis ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 45

A Jenis Penelitian ... 45

B Populasi dan Sampel ... 45

C Variabel Penelitian ... 46

D Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

E Prosedur Penelitian ... 47

F Bentuk Data ... 51

G Metode Pengumpulan Data ... 52

H Instrumen ... 54

I Keabsahan Data ... 59

J Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA HASIL, ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ... 75


(16)

xiv

A Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 75

B Data Hasil Penelitan ... 99

C Analisis Hasil Penelitian... 129

D Pembahasan ... 168

E Keterbatasan Penelitian ... 174

BAB V PENUTUP ... 175

A Kesimpulan ... 175

B Saran ... 176

DAFTAR PUSTAKA ... 177


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 49

Tabel 3.2 Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran AIR ... 55

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test ... 57

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Matematika ... 58

Tabel 3.5 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 65

Tabel 3.6 Penskoran Jawaban Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 71

Tabel 3.8 Kriteria Motivasi Siswa Secara Keseluruhan ... 72

Tabel 4.1 Data Uji Coba Soal Post-test ... 76

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Post-test ... 78

Tabel 4.3 Pertemuan Kedua (Hasil Pengamatan Model Pembelajaran) .... 100

Tabel 4.4 Pertemuan Ketiga (Hasil Pengamatan Model Pembelajaran) .... 102

Tabel 4.5 Pertemuan Keempat (Hasil Pengamatan Model Pembelajaran) 103 Tabel 4.6 Data Pre-test Kelas Kontrol ... 105

Tabel 4.7 Data Pre-test Kelas Eksperimen ... 106

Tabel 4.8 Data Post-test Kelas Kontrol ... 107

Tabel 4.9 Data Post-test Kelas Eksperimen ... 108


(18)

xvi

Tabel 4.11 Data Kuesioner Sebelum Pembelajaran Kelas Eksperimen .... 112

Tabel 4.12 Data Kuesioner Setelah Pembelajaran Kelas Kontrol ... 114

Tabel 4.13 Data Kuesioner Setelah Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 116

Tabel 4.14 Pertemuan Kedua (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Kontrol) ... 119

Tabel 4.15 Pertemuan Kedua (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Eksperimen) ... 120

Tabel 4.16 Pertemuan Ketiga (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Kontrol) ... 122

Tabel 4.17 Pertemuan Ketiga (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Eksperimen) ... 124

Tabel 4.18 Pertemuan Keempat (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Kontrol) ... 125

Tabel 4.19 Pertemuan Keempat (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Eksperimen) ... 127

Tabel 4.20 Hasil Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran AIR ... 130

Tabel 4.21 Analisis Nilai Pre-test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen . 133

Tabel 4.22 Analisis Nilai Post-test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 135

Tabel 4.23 Persentase dan Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa Sebelum Pembelajaran ... 141

Tabel 4.24 Jumlah dan Persentase Motivasi Siswa Per Kriteria (Sebelum pembelajaran) ... 143


(19)

xvii

Tabel 4.25 Persentase dan Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa Setelah Pembelajaran ... 146

Tabel 4.26 Jumlah dan Persentase Motivasi Siswa Per Kriteria (Setelah pembelajaran) ... 147

Tabel 4.27 Pertemuan kedua (Persentase dan Kriteria Hasil Pengamatan Motivasi Hasil Belajar oleh Observer) ... 155

Tabel 4.28 Jumlah dan Persentase Data Pengamatan Motivasi Siswa Per Kriteria oleh Observer (Pertemuan kedua) ... 158

Tabel 4.29 Pertemuan ketiga (Persentase dan Kriteria Hasil Pengamatan Motivasi Hasil Belajar oleh Observer) ... 160

Tabel 4.30 Jumlah dan Persentase Data Pengamatan Motivasi Siswa Per Kriteria oleh Observer (Pertemuan ketiga) ... 162

Tabel 4.31 Pertemuan keempat (Persentase dan Kriteria Hasil Pengamatan Motivasi Hasil Belajar oleh Observer) ... 163

Tabel 4.32 Jumlah dan Persentase Data Pengamatan Motivasi Siswa Per Kriteria oleh Observer (Pertemuan keempat) ... 165


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.a Jajargenjang ABCD (Pembuktian teorema 1) ... 31

Gambar 2.b Jajargenjang ABCD (Pembuktian teorema 2) ... 32

Gambar 2.c Jajargenjang ... 34

Gambar 2.d.i Jajargenjang dengan alas a dan tinggi t ... 34

Gambar 2.d.ii Jajargenjang yang dipotong ... 34

Gambar 2.d.iii Rangkaian jajargenjang yang dipotong ... 34

Gambar 2.e Persegi panjang ABCD (Pembuktian teorema 6) ... 36

Gambar 2.f Persegi panjang ABCD ... 36

Gambar 2.g Persegi panjang ABCD (Pembuktian teorema 7) ... 38

Gambar 2.h Belah ketupat ABCD ... 38

Gambar 2.i.i Belah ketupat dengan panjang diagonal a dan b ... 39

Gambar 2.i.ii Persegi panjang dengan panjang sisi a dan b ... 39

Gambar 2.i.iii Persegi panjang dengan panjang sisi a dan 1 2 ... 39

Gambar 2.j Persegi ABCD ... 40

Gambar 2.k Trapesium ABCD ... 41

Gambar 2.l.i Trapesium dengan sisi-sisi sejajarnya a dan b serta tingginya t ... 41

Gambar 2.l.ii Trapesium yang dipotong menjadi dua bagian ... 41

Gambar 2.l.iii Jajargenjang dengan tinggi 1 2 ... 41


(21)

xix

Gambar 2.m Layang-layang ABCD ... 42

Gambar 4.1 Siswa Menyelesaikan Soal Pre-test dan Mengisi Kuesioner .. 81

Gambar 4.2 Siswa Kelompok Lain Membantu Menjelaskan ke

Kelompok Lain ... 86

Gambar 4.3 Perwakilan Siswa Menjelaskan Hasil

Diskusi Kelompoknya ... 87

Gambar 4.4 Siswa Mengangkat Tangan untuk Menyampaikan

Ide yang Dimiliki ... 90

Gambar 4.5 Kegiatan Siswa Saat Berdiskusi di Luar Ruang Kelas ... 91

Gambar 4.6 Nilai Kuis Tertinggi dan Terendah (Pertemuan ketiga) ... 93

Gambar 4.7 Perwakilan Kelompok Menuliskan Hasil

Diskusi Kelompok ... 95

Gambar 4.8 Nilai Kuis Tertinggi dan Terendah (Pertemuan keempat) ... 98

Gambar 4.9 Siswa Menyelesaikan Soal Post-test dan


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... L-1

Lampiran B Instrumen Penelitian

Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... L-2

Lampiran B.2 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... L-24

Lampiran B.3 Aspek Penilaian Pengamatan Motivasi

oleh Observer ... L-27

Lampiran B.4 Indikator Pengamatan Motivasi oleh Observer ... L-28

Lampiran B.5 Lembar Pengamatan Motivasi oleh Observer ... L-31

Lampiran B.6 Keterlaksanaan Model Pembelajaran AIR ... L-34

Lampiran B.7 Soal Pre-test ... L-40

Lampiran B.8 Soal Post-test ... L-42

Lampiran B.9 Jawaban dan Rubrik Penilaian Soal Pre-test ... L-44

Lampiran B.10 Jawaban dan Rubrik Penilaian Soal Post-test ... L-50

Lampiran C DataHasil Penelitian

Lampiran C.1 Keterlaksanaan Model Pembelajaran AIR ... L-56

Lampiran C.1.a Pertemuan Kedua ... L-56

Lampiran C.1.b Pertemuan Ketiga ... L-62

Lampiran C.1.c Pertemuan Keempat ... L-69


(23)

xxi

Lampiran C.2.a Pre-test Kelas Kontrol ... L-75

Lampiran C.2.b Pre-test Kelas Eksperimen ... L-78

Lampiran C.2.c Post-test Kelas Kontrol ... L-82

Lampiran C.2.d Post-test Kelas Eksperimen ... L-86

Lampiran C.3 Kuesioner Motivasi Siswa ... L-91

Lampiran C.3.a Kuesioner Sebelum Pembelajaran

Kelas Kontrol ... L-91

Lampiran C.3.b Kuesioner Sebelum Pembelajaran

Kelas Eksperimen... L-95

Lampiran C.3.c Kuesioner Setelah Pembelajaran

Kelas Kontrol ... L-99

Lampiran C.3.d Kuesioner Setelah Pembelajaran

Kelas Eksperimen... L-103

Lampiran C.4 Pengamatan Motivasi oleh Observer ... L-107

Lampiran C.4.a Pertemuan Kedua Kelas Kontrol ... L-107

Lampiran C.4.b Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen ... L-110

Lampiran C.4.c Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol ... L-113

Lampiran C.4.d Pertemuan Ketiga Kelas Eksperimen ... L-116

Lampiran C.4.e Pertemuan Keempat Kelas Kontrol ... L-119


(24)

xxii

Lampiran D Hasil Analisis Data

Lampiran D.1 Lembar Analisis Uji Validitas Post-test ... L-125

Lampiran D.2 Lembar Analisis Uji Reliabilitas Post-test ... L-126

Lampiran D.3 Lembar Analisis Rata-rata Nilai Pre-test

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... L-127

Lampiran D.4 Lembar Analisis Rata-rata Nilai Post-test

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... L-128

Lampiran D.5 Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai Pre-test ... L-129

Lampiran D.6 Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai Pre-test ... L-129

Lampiran D.7 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan

Rata-rata Nilai Pre-test... L-130

Lampiran D.8 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan

Rata-rata Nilai Post-test ... L-130

Lampiran D.9 Lembar Analisis Uji Normalitas

Data Kuesioner Motivasi Sebelum Pembelajaran ... L-131

Lampiran D.10 Lembar Analisis Uji Normalitas

Data Kuesioner Motivasi Setelah Pembelajaran ... L-131

Lampiran D.11 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata

Data Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Pembelajaran ... L-132

Lampiran D.12 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata


(25)

xxiii

Lampiran D.13 Lembar Analisis Data Pengamatan Motivasi Belajar


(26)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan

yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan

daya pikir manusia. Matematika juga merupakan disiplin ilmu yang telah

dipelajari semenjak pandidikan dasar dan membantu perkembangan

disipin ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi, ekomomi dan lainya. Ilmu

matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Belajar

matematika dapat melatih siswa berpikir secara sistematis, logis, kreatif,

kritis dengan tujuan untuk memecahkan masalah secara rasional dan

tuntas.

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang memerlukan

pemahaman dan pengertian terhadap konsep-konsep matematika itu

sendiri. Hal ini lebih sering tampak dalam dunia pendidikan. Matematika

juga merupakan salah satu ilmu yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN).

Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap siswa diwajibkan

untuk mempelajari matematika. Sejauh ini, yang menjadi permasalahannya

adalah kurangnya pemahaman konsep matematika yang terjadi setiap

tahunnya. Hal ini menjadi suatu ketakutan pada siswa dalam mempelajari

matematika karena sudah tertanam dalam pikiran mereka bahwa

matematika merupakan materi yang abstrak, sehingga tidak mudah untuk


(27)

2

awal untuk belajar. Ketika menghadapi siswa yang memiliki motivasi

yang rendah dan ketakutan dalam mempelajari matematika, guru

hendaknya mencari cara yang tepat untuk menarik perhatian siswa dan

terpacu untuk belajar matematika.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan

kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannnya. Oleh sebab itu

guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dalam meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan belajar, motivasi

merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986 :

75), sedangkan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar, Sudjana (1989,22).

Berdasarkan kenyataannya kemampuan kognitif setiap siswa

berbeda-beda. Oleh karena itu sebagai guru tentunya harus memiliki

banyak strategi untuk mengajarkan suatu materi kepada beberapa siswa

dalam waktu yang bersamaan. Hal ini menjadikan guru harus merancang

model pembelajaran yang tepat untuk membelajarkan materi matematika

dengan sub materi tertentu. Model pembelajaran yang digunakan sesuai

dengan kondisi siswa akan memperlancar proses penyampaian dan


(28)

3

Model-model pembelajaran yang digunakan lebih dituntut usaha

untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pada kenyataannya,

masih banyak sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional,

yakni kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Guru aktif menjelaskan

materi, sedangkan siswa hanya menerima dan tidak turut aktif dalam

pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa lebih mudah lupa terhadap materi

yang diajarkan. Oleh karena itu, paradigma mengenai pembelajaran yang

berpusat pada guru harus dirubah. Guru seharusnya berperan sebagai

pembimbing, motivator, dan fasilitator, sehingga dalam pembelajaran

siswa yang dituntut aktif. Hal ini dapat mempertajam daya ingat siswa

terhadap materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang telah dipaparkan diatas,

maka peneliti melakukan wawancara dan diskusi bersama guru

matematika untuk mengetahui fakta-fakta mengenai proses pembelajaran

di kelas, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa di sekolah. Berdasarkan

hasil wawancara dan diskusi bersama ibu Lusiana Ika Fitriana, S.Pd yang

merupakan guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Kanisius

Gayam, didapatkan data bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru

masih konvensional yakni proses pembelajaran terpusat kepada guru,

masih rendahnya motivasi siswa dalam belajar matematika sehingga

mengakibatkan minimnya konsentrasi dalam mendengarkan materi

matematika. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Selain itu juga,


(29)

4

adanya pengulangan materi di rumah. Hal ini tampak dalam proses

mereview materi yang telah dipelajari melalui tanya jawab pada awal pertemuan pembelajaran. Sebagian besar siswa cenderung diam ketika

ditanya atau menjawab tetapi jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan

yang ditanyakan.

Melihat kondisi ini, maka diperlukan suatu model pembelajaran

yang dapat menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi dalam

mendengarkan materi, dan mempunyai motivasi untuk mengulang kembali

materi yang telah dipelajari, sehingga dapat mempertajam daya ingat.

Salah satu model pembelajaran yang cocok adalah model pembelajaran

AIR (Auditory Intellectually Repetition). Peneliti menggunakan model pembelajaran ini untuk melakukan eksperimen kepada siswa kelas VII

SMP Kanisius Gayam Yogyakarta, berdasarkan latar belakang siswa yang

telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu juga, model pembelajaran AIR

telah terbukti efektif digunakan untuk pembelajaran matematika di salah

satu SMP berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mustaqimah, yang

merupakan alumni mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 2012.

Model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) berasal dari tiga kata yakni Auditory, Intellectually, dan Repetition.

Auditory bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat


(30)

5

menggunakan kemampuan berfikir (mind-on), harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,

mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan

masalah dan menerapkan, sedangkan Repetition adalah pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih

melalui latihan soal, pemberian tugas atau kuis. Melalui model ini siswa

dilatih untuk memanfaatkan potensi yang telah dimilikinya dengan cara

siswa dilatih melalui pemberian latihan soal, tugas atau kuis sehingga

diharapkan siswa mampu mendalami dan mengingat materi yang

dipelajari.

Melihat model pembelajaran AIR, maka peneliti tertarik untuk

mengambil sub pokok bahasan “menghitung keliling dan luas bangun segiempat”. Peneliti tertarik mengambil sub pokok bahasan tersebut karena untuk memahami sub pokok bahasan ini membutuhkan ketiga hal

yang gunakan pada model pembelajaran AIR yakni Auditory, Intellectally, dan Repetition. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran AIR, siswa SMP Kanisius Gayam diharapkan dapat memahami kompetensi dasar

yang harus dicapai. Dengan demikian penelitian akan melakukan

penelitian tentang “Efektivitas Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Ditinjau dari Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada Materi Segiempat”.


(31)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika, sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa.

2. Kecenderungan siswa mudah lupa terhadap materi yang telah

dipelajari, karena tidak adanya pengulangan materi setelah kegiatan

pembelajaran.

3. Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional, dimana

seluruh proses pembelajaran terpusat kepada guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah-masalah yang

akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berkut :

1. Bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) pada siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?

2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada


(32)

7

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) pada siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta

2. Mengetahui efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada

materi segiempat

E. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, akan dibatasi ruang lingkup permasalahan

sehingga menjadi jelas, terarah, dan menghindari berbagai penyimpangan

masalah yang terlalu jauh. Oleh karena itu, permasalahan pada penelitian

ini akan dibatasi pada “Efektivitas Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Ditinjau dari Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Kanisius Gayam pada Materi

Segiempat”. Penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) di lakukan pada tahun ajaran 2014/2015. Motivasi belajar yang dimaksud adalah motivasi siswa saat mengikuti pelajaran matematika dan

dapat dilihat dari skor kuesioner dan data pengamatan oleh observer. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa sebelum dan sesudah


(33)

8

kelas kontrol dan kelas eksperimen, serta perbandingan hasil post-test

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol yang dimaksud adalah

kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model konvensional

sedangkan kelas eksperimen merupakan kelas yang model

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran AIR. Soal pre-test

dan post-test yang diberikan berdasarkan salah satu kompetensi dasar dari pokok bahasan segiempat yakni menghitung keliling dan luas segiempat.

F. Batasan Istilah

1. Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kuantitas, kualitas) dicapai. Semakin besar presentasi target

yang dicapai semakin tinggi efektivitasnya. Efektivitas dalam

penelitian ini dilihat dari perbandingan motivasi dan hasil belajar

matematika pada dua kelas yakni kelas yang satu menggunakan model

pembelajaran konvensional (kelas kontrol) sedangkan kelas lainnya

menggunakan model pembelajaran AIR (kelas eksperimen).

2. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

Model pembelajaran AIR menekankan pada ketiga aspek yakni

Auditory, Intellectually, dan Repetition. Auditory (belajar dengan mendengar) yaitu melalui presentasi kelas, siswa mengajukan dan

menjawab pertanyaan. Intellectually (belajar dengan berpikir) siswa berdiskusi dengan teman dalam mengerjakan soal latihan dalam


(34)

9

diskusi kelompok, sedangkan Repetition dengan pemberian pengulangan berupa latihan soal, tugas, atau kuis.

3. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri

(intrinsik) siwa maupun yang berasal dari luar (ekstrinsik) yang

memberikan arah pada pada kegiatan tujuan yang dikehendaki oleh

siswa dapat tercapai.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh

dari hasil tes sebelum dan setelah diberikan treatment. 5. Segiempat

Materi segiempat yang digunakan dalam penelitian ini dikhususkan

pada luas dan keliling segiempat. Jenis-jenis segiempat yang akan

dibahas adalah jajargenjang, persegi panjang, persegi, belah ketupat,

layang-layang, dan trapesium.

G. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

bagi:

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa


(35)

10

selain itu juga, dapat memperkuat daya ingat siswa melalui latihan

soal, pemberian tugas, dan kuis yang diberikan.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru matematika SMP

dalam menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga mampu

menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan dapat

meningkatkan motivasi serta hasil belajar matematika siswa.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

meningkatkan kualitas mutu output sekolah.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). 5. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi pengetahuan

dalam memberikan pembelajaran matematika kepada siswa.

H. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan terdiri dari lima bab :

BAB I Berisi tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian dan pembatasan masalah yang

diteliti. Latar belakang yang dikemukakan berisi tentang


(36)

11

di SMP Kanisius Gayam yang berakibat pada hasil belajar

siswa. Selain itu juga metode pembelajaran yang digunakan

guru juga masih konvensional. Dengan demikian, peneliti

menggunakan salah satu model pembelajaran yakni model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repitition) dalam membelajarkan matematika ke siswa kelas VII.

Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan yang

menjadi indikator untuk diteliti. Tujuan penelitian berisi

mengenai sasaran pencapaian indikator yang diteliti.

Manfaat penelitian berisi kegunaan hasil penelitian ini bagi

semua kalangan, sedangkan batasan masalah berisi tentang

batasan-batasan istilah yang digunakan dalam penelitian

ini, sehingga menjadi jelas dan terarah.

BAB II Berisi tentang landasan-landasan teori yang digunakan oleh

peneliti untuk melakukan penelitian dengan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

pada proses pembelajaran matematika di SMP Kanisius

Gayam.

BAB III Berisi tentang jenis penelitian, metode dan instrumen

pengumpulan data, serta metode atau teknik analisis data

BAB IV Berisi tentang pelaksanaan penelitian, analisis data dan


(37)

12

BAB V Berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang


(38)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Hal-Hal Teoritik

1. Efektivitas Pembelajaran

a. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi

efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang

ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan

dari suatu usaha atau tindakan.

Hidayat (1986) menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu

ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas

dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target

yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Sedangkan menurut

Prasetyo Budi Saksono (1984), efektivitas merupakan seberapa

besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output ynag diharapkan dari sejumlah input.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu)

yang telah dicapai dari suatu usaha atau tindakan, yang mana target

tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.


(39)

14

Ciri-ciri keefektifan pembelajaran menurut Harry Firman

(dalam Kentjil, Wiwi Irjanty: 2010: 9) adalah sebagai berikut :

1. berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan

instruksional yang telah ditetapkan;

2. memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan

siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan

instruksional;

3. memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar

mengajar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang baik adalah bagimana guru berhasil

menghantarkan anak didiknya untuk mendapatkan pengetahuan

dan memberikan pengalaman belajar yang atraktif.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian

manusia yang tampak dalam tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan

dan daya pikir. Dalam Wina Sanjaya (2010, 228) Hilgard

mengungkapkan bahwa “Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural inviroment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Bagi Hilgard, belajar


(40)

15

merupakan proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan

baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel,

1999:53 dalam Purwanto, 39).

Menurut Depdiknas (2003) dalam situs http://mathedu-unila.blogspot.com/2010/10/pengertian-belajar.html yang diakses pada tanggal 10 Maret 2015, belajar sebagai proses membangun

makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Belajar

juga di ungkapkan oleh Gage (1984) dalam Martinis Yamin (2006, 98)

sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya

diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan

bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan

meniru.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri setiap orang yang

tampak dalam tingkah laku, pemahaman, pola pikir dan

kebiasaan-kebiasaan lain melalui pengalaman.

3. Model Pembelajaran

Dalam Rusman (2013, 133) Joyce dan Weil mengatakan bahwa


(41)

16

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

di kelas atau yang lain. Model pembelajaran yang efektif dapat dipilih

oleh guru sesuai dengan kondisi siswa atau materi pembelajaran

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Menurut Agus Suprijono (2010:46), model pembelajaran

merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut

Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan

digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,

tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu

peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir,

dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran dapat digunakan

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran merupakan pola yang digunakan oleh perancang

pembelajaran atau guru untuk merencanakan kegiatan pembelajaran


(42)

17

4. Model Pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition)

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu

pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory,

Intellectually, and Repetition. a. Auditory

Dave Meiler (2000) dalam Mistaful Huda (2013,289)

menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat daripada yang kita

sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan

informasi auditoris, bahkan tanpa kita sadari. Selanjutnya, Wenger

(dalam Rode dan Nicholl, 1997) menegaskan : “kunci belajar

terletak pada artikulasi rinci. Tindakan mendeskripsikan sesuatu

yang baru bagi kita akan mempertajam persepsi dan memori kita

tentangnya. Ketika kita membaca sesuatu ynag baru kita harus

menutup mata dan kemudian mendeskripsikan dan mengucap apa

yang telah dibaca tadi”.

Model belajar auditorial merupakan model belajar yang

mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan

maupun diingat. Kebanyakan siswa yang auditorisnya lebih muda

dengan cara berdiskusi dengan orang teman lain, maka sebaiknya

guru melakukan hal-hal berikut : melaksanakan diskusi kelas atau

debat; meminta siswa untuk presentasi; meminta siswa untuk


(43)

18

ide mereka secara verbal; melaksanakan belajar kelompok. Oleh

karena itu, pada penelitian ini peneliti menggunakan metode

diskusi dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen.

Dalam buku Collaborative Learning Techninques Elizabert, K. Patrisia, Claire Howell (2012,151) Davis mencatat, sebuah diskusi

give-and-take (memberi dan menerima) yang baik dapat menghasilkan pengalaman pembelajaran yang tiada tara ketika para

siswa mengartikulasikan ide-ide mereka, merespon pikiran teman

sekelas mereka dan membangun keterampilan dalam mengevaluasi

sendiri bukti dan posisi orang lain” (1993, 63). Metode diskusi

sebagai perangkat pengajaran yang efektif karena dapat membantu

siswa merumuskan ide-ide mereka dan belajar

mengkomunikasikannya. Diskusi dapat mengajari siswa untuk

menjadi pendengar yang baik, saling menghargai, belajar lebih

dalam dan mengingat lebih lama dengan cara menghubungkan

pengetahuan yang telah mereka miliki dengan apa yang didengar.

Dalam buku Metodologi Pembelajaran Kontemporer, Moh.

Sholeh (2014, 152) mengemukakan beberapa kelebihan metode

diskusi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, antara

lain :


(44)

19

a. Mendorong siswa untuk berpartisipasi serta memiliki rasa

percaya diri untuk mengemukakan pendapat.

b. Membiasakan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat

serta mendapat dukungan dan sanggahan atas pendapatnya.

2. Tergalinya gagasan-gagasan baru yang memperkaya dan

memperluas pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas.

3. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran

dalam mengatasi setiap masalah.

4. Membina perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat,

kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.

Dengan demikian dalam proses pelaksanaan diskusi, dalam

buku Metodologi Pembelajaran Kontemporer, Moh. Soleh (2014,

145), Bridges (1979) dalam buku Strategi Pembelajaran Wina

Sanjaya mengemukakan bahwa, seorang guru harus dapat

mengatur kondisi agar setiap siswa : dapat bicara dan

mengeluarkan gagasan dan pendapatnya; harus saling mendengar

pendapat orang lain; harus saling memberikan respon; harus dapat

mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting;

melalui diskusi setiap siswa harus mengembangkan

pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan.

b. Intellectually

Menurut Meier (2000) dalam Miftahul Huda (2013, 290),


(45)

20

akademis, dan terkotak-kotak. Kata „intelektual‟ menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal

ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu

pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan

dinilai dari pengalaman tersebut”. Dengan demikian intektualitas

dapat diartikan sebagai sarana yang digunakan manusia untuk

berpikir jernih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan

masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan.

Melihat hal ini, maka Meier (2000) mengatakan bahwa

seorang guru haruslah berusaha mengajak siswa terlibat dalam

aktivitas-aktivitas intelektual, seperti : memecahkan masalah;

menganalisis pengalaman; mengerjakan perencanaan strategis;

melahirkan gagasan kreatif; mencari dan menyaring informasi;

merumuskan pertanyaan; menciptakan model mental; menerapkan

gagasan baru dalam pekerjaan; menciptakan makna pribadi;

meramalkan implikasi suatu gagasan.

c. Repetition

Repitisi bermakna pengulangan. Dalam Purwanto (2009,

41) pengulangan dapat menimbulkan tingkah laku dengan

mengubah respon bersyarat menjadi respon tanpa syarat (Bower

dan Hilgard. 1981, 49). Pengulangan diperlukan dalam

pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas.


(46)

21

mengantisipasi kebiasaan siswa yang mudah lupa, karena ingatan

siswa tidak selalu stabil. Hal ini juga diungkapkan oleh Slamet

(2013, 37) dalam Miftahul Huda (2013, 292) pelajaran yang

diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah

dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah memecahkan

masalah. Ulangan semacam ini diberikan secara teratur, pada

waktu-waktu tertentu, atau tiap unit diberikan, maupun secara

insidental jika dianggap perlu.

Proses pengulangan dapat dilakukan kepada siswa melalui

latihan soal, pemberian tugas atau kuis.

1. Latihan soal

Latihan soal diberikan kepada siswa untuk mengasah

kemampuan yang dimilikinya melalui proses berpikir dengan

mengerjakan soal-soal setelah mendengar penjelasan dari guru

maupun penjelasan dari teman sebaya.

2. Pemberian tugas

Pemberian tugas diberikan dengan maksud untuk melatih

siswa agar bertanggung jawab atas kewajibannya. Melalui

tugas-tugas yang diberikan guru, siswa dapat belajar

manajemen waktu untuk belajar atau bermain. Selain itu juga,

pemberian tugas dapat meningkatkan motivasi siswa untuk


(47)

22

mandiri yakni dengan menggunakan pemikirannya dapat

memecahkan sendiri masalah yang diberikan .

3. Kuis

Kuis merupakan ulangan singkat karena hanya

membutuhkan waktu 5-10 menit. Kuis yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah soal-soal dari materi yang telah diajarkan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) merupakan model pembelajaran yang berpedoman pada tiga kata yakni Auditory, Intellectually, Repetition. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk saling mendengarkan, percaya diri dan berani mengungkapkan

pendapat, berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan terus

memperdalam serta memperluas pengetahuan melalui latihan soal,

mengerjakan tugas, dan mengerjakan soal kuis yang diberikan.

5. Motivasi Belajar Siswa

Dalam proses pembelajaran keberhasilan belajar dapat ditentukan

oleh motivasi belajar yang dimiliki siswa tersebut. Motivasi belajar

yang tinggi cenderung meningkatkan prestasi siswa, begitupun

sebaliknya siswa yang mempunyai motivasi belajar yang rendah maka

prestasinya cenderung rendah. Melihat hal ini bisa dikatakan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi.

Dalam Wina Sanjaya (2008, 250), Woodwort (1955) mengatakan


(48)

23

for seeking certain goals”. Suatu motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk

mencapai tujuan. Demikian motivasi adalah dorongan yang dapat

menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian tujuan

tertentu. Perilaku atau tindakan yang ditunjukan seseorang dalam

upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimiliki. Hal ini seperti diungkapakan Arden (1957) “motives as

internal condition arouse sustain, direct and determain the instensity of learning effort, and also define the set satisfying or unsatisfyng consequences of goal”.

Motive dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang dapat

dilihat dari perilaku yang ditunjukan seseorang. Hilgard (dalam Wina

Sanjaya 2008, 250) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan

yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang

melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman 2008, 73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Pengetian yang dikemukaan Mc.Donald menganding tiga

elemen penting :

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada


(49)

24

membawa beberapa perubahan energi di dalam system

“neurophysiologgikal” yang ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu

muncul dari dalam diri manusia penampakkannya akan

menyangkut kegiatan fisik.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan

kejiwaan , afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkahlaku

manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi

merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi yang

muncul dari dalam diri manusia dirangsang /didorong oleh adanya

unsur lain, dalam hal ini tujuan yang merupakan kebutuhan.

Motivasi adakah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa

bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu dan menjaga

mereka agar terus bergerak (Jeanne Ellis, 2008).

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan

gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang

mimiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk


(50)

25

Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan

bahwa motivasi merupakan penggerak/dorongan yang berasal dari

dalam diri untuk melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan

tertentu.

Beberapa fungsi motivasi dalam proses pembelajaran dalam Wina

Sanjaya (2008, 251) yakni :

a. Mendorong siswa untuk beraktivitas

Perilaku setiap orang (siswa) disebabkan karena motivasi.

Motivasi yang dimiliki menjadikan siswa termotivasi untuk

melakukan aktivitas guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya semangat seseorang

untuk bekerja atau beraktivitas sangat ditentukan oleh besar

kecilnya motivasi orang yang bersangkutan.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah

Tingkah laku yang ditunjukan setiap individu pada dasarnya

diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Anak-anak akan merasa tidak

senang saat aktivitasnya terganggu, karena dia merasa hal itu

dapat menghambat pencapaian tujuan. Dengan demikian,

motivasi tidak hanya dapat menggerakkan seseorang untuk

beraktivitas, tetapi melalui motivasi juga orang tersebut akan

mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh-sungguh untuk


(51)

26

Martinis Yamin (2006, 85-86) membedakan motivasi belajar

menjadi dua yakni :

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan dorongan belajar yang tumbuh

dari dalam subyek belajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu

yang dapat dilalui dengan belajar.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang

tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara

mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri atau

dorongan kegiatan belajar yang berasal dari luar individu.

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel

(1989, 94) diantaranya : belajar demi memenuhi kebutuhan;

belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; belajar

demi memperoleh hadiah material yang disajikan; belajar demi

meningkatkan gengsi; belajar demi memperoleh pujian dari

orang yang penting seperti orang tua dan guru; belajar demi

tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi

persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.

Ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar di sekolah (Sardiman, 1986, 92-95) yakni sebagai


(52)

27

a. Memberi angka

Angka yang dimaksud merupakan simbol dari nilai

kegiatan belajar siswa. Namun, ada kemungkinan bahwa siswa

belajar hanya untuk mengejar nilai. Oleh karena itu, langkah

yang harus dilakukan guru adalah bagaimana memberikan

angka-angka yang dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada

para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga

keterampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

c. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik

persaingan individual maupun persainga kelompokdapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego –involvement

Salah satu bentuk motivasi yang cukup penting yakni

menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertarukan harga diri.

e. Memberi ulangan

Ulangan yang diberikan guru akan menjadikan siswa giat


(53)

28

Namun, sebagai guru hendaklah tidak terus-menerus

memberikan ulangan karena akan membosankan bagi siswa.

f. Mengetahui hasil

Setelah mengetahui hasil pekerjaan siswa, maka akan

menimbulkan semangat belajar terlebih jika terjadi kemajuan.

Semakin mengetahui hasil belajar meningkat, maka ada

motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu

harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Pujian yang tepat dan diberikan kepada siswa yang tepat

maka akan memberikan motivasi tersendiri bagi siswa sehingga

dapat menimbulkan semangat belajar.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada motivasi untuk belajar dari

dalam diri anak didik itu memang, sehingga hasilnya akan lebih

baik.

j. Minat

Minat merupakan alat motivasi pokok karena muncul

dengan alasan adanya kebutuhan. Proses belajar pun akan


(54)

29

k. Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Hal ini

disebabkan oleh pemahaman mengenai tujuan yang harus

dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan,

maka akan timbul gairah untuk belajar.

6. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil

belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik tergantung tujuan pengajaranya. Menurut Sudjana

(1989, 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, Sudjana (1989, 22)

menjelaskan lagi bahwa dalam sistem pendidikan nasional,

rumusan-rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruktur

sekolah, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni :

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi.


(55)

30

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak.

Ketiga ranah yang telah dijelaskan diatas merupakan obyek

penilaian terhadap hasil belajar. Ranah kognitif merupakan ranah yang

paling banyak digunakan oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan. penilaian

pada ranah kognitif dilihat dari penilaian siswa dalam mengerjakan

soal yang diberikan guru dan diwujudkan dalam bentuk angka, huruf

atau kata-kata yang menggambarkan bukti keberhasilan seseorang

dalam menerima suatu pembelajaran. Hasil belajar dapat diketahui dari

hasil evaluasi guru.

7. Materi Keliling dan Luas Segiempat.

Segiempat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/dibatasi oleh

empat garis lurus sebagai sisinya. Keliling bidang datar merupakan

jumlah panjang semua sisi yang membatasi bidang datar tersebut,

sedangkan luas bidang datar merupakan besar ukuran daerah tertutup

suatu permukaan bangun datar. Jenis-jenis segiempat antara lain

jajargenjang, persegi panjang, belah ketupat , persegi, trapesium dan


(56)

31

a. Jajargenjang

Jajargenjang merupakan segiempat dengan kekhususan yaitu sisi

yang berhadapan sejajar.

Dalam Geometry; 1974 : 296-297, Jacobs, Harold mengemukakan teorema-teorema mengenai sifat-sifat jajargenjang yakni

Teorema 1

The opposite sides of a parallelogram are aqual (sisi-sisi yang berhadapan pada sebuah jajargenjang sama panjang)

Bukti :

Diketahui : jajargenjang ABCD, buktikan AB = DC dan AD = BC !

No Pernyataan Alasan

1 Jajargenjang ABCD Diketahui

2 AB ‖ DC definisi jajargenjang 3 BD transversal Dikondisikan

4 <ABD = <CDB sudut dalam berseberangan 5 AD ‖ BC definisi jajargenjang 6 <ADB = <CBD sudut dalam berseberangan 7 BD = BD Berimpit

8 ∆ABD ≡ ∆CDB sudut, sisi, sudut (4, 7, 6) 9 AB = DC; AD = BC 8

C

Gambar 2.a D

B A


(57)

32

Teorema 2

The consecutive angles of a parallelogram are supplementary

(sudut-sudut yang berdekatan pada suatu jajargenjang merupakan

sudut pelurus, sehingga mengakibatkan sudut yang berhadapan

pada sebuah jajargenjang sama besar)

Bukti :

Diketahui : jajargenjang ABCD,

buktikan <DAB + <CBA = 1800 ; <ADC + <BCD = 1800 ; <BAD

+ <CDA = 1800; <ABC + <DCB = 1800 !

No Pernyataan Alasan

1 Jajargenjang ABCD Diketahui 2 AB ‖ DC

definisi jajargenjang 3 AD ‖ BC

4 Perpanjang garis AB dan DC

Dikondisikan 5 Buat garis EF ‖ BC

6 AB dan DC transversal AD dan BC Dikondisikan

7 <DAB = <CBE sudut sehadap (4,5,6) 8 <CBA + <CBE = 1800 sudut berpelurus 9 <ADC = <BCF sudut sehadap (4,5,6) 10 <BCD + <BCF = 1800 sudut berpelurus 11 Perpanjang garis AD dan BC Dikondisikan 12 Buat garis GH ‖ CD Dikondisikan

C

Gambar 2.b D

B

A E

F


(58)

33

No Pernyataan Alasan

13 AD dan BC transversal AB dan DC Dikondisikan

14 <BAD = <EDH sudut sehadap (11,12,13) 15 <CDA + <EDH = 1800 sudut berpelurus

16 <ABC = <DCG sudut sehadap (11,12,13) 17 <DCB + <DCG = 1800 sudut berpelurus

18 <DAB + <CBA = 1800 7,8 19 <ADC + <BCD = 1800 9,10 20 <BAD + <CDA = 1800 14,15 21 <ABC + <DCB = 1800 16,17 22 <A = <C; <B = <D 18,19,20,21

Teorema 3

The diagonal of a parallelogram bisect each other (diagonal-diagonal dari jajargenjang saling berpotongan ditengah)

Bukti :

Diketahui jajargenjang ABCD (perhatikan gambar 2.a!), buktikan AO

= OC dan BO = OD !

No Pernyataan Alasan

1 Jajargenjang ABCD Diketahui 2 AB ‖ DC

Definisi jajargenjang 3 AD ‖ BD

4 BD transversal AB dan DC

Dikondisikan 5 AC transversal AD dan BC

6 <ABD = <CDB

sudut dalam berseberangan 7 <BAC = <DCA

8 AB = DC Teorema 1

9 ∆ABO ≡ ∆CDO sudut, sisi, sudut (6,8,7) 10 AO = OC; BO = OD 9


(59)

34

1. Keliling jajargenjang

Perhatikan gambar 2.c !

Menentukan keliling jajargenjang dapat dilakukan dengan cara

menjumlahkan semua panjang sisinya. Sisi-sisi pada jajargenjang yang

sejajar adalah sama panjang. Apabila panjang dua sisi yang tidak sejajar

adalah m dan n, maka keliling jajargenjang dapat ditentukan oleh :

K = m + n + m + n = 2(m + n)

2. Luas jajargenjang

Gambar 2.d.i merupakan jajargenjang dengan alas a dan tinggi

t, kemudian dipotong seperti gambar 2.d.ii dan selanjutnya dirangkai

seperti gambar 2.d.iii. Luas gambar 2.b.i sama dengan luas gambar

2.d.iii, sehingga luas bangun jajargenjang 2.d.i adalah L = a . t

Rumus luas setiap jajargenjang dengan alas a, tinggi t, dan luas L, maka berlaku : L = a . t

m

Gambar 2.c m

n n

Gambar 2.d.ii

t

Gambar 2.d

Gambar 2.d.iii

t

a t

a


(60)

35

b. Persegi panjang

Persegi panjang adalah jajargenjang dengan sebuah sudut siku-siku.

Dalam Geometry; 1974 : 311, Jacobs, Harold mengemukakan teorema-teorema mengenai sifat-sifat persegi panjang yakni

Teorema 4

All four angles of a rectangle are right angles (keempat sudut sebuah persegi panjang merupakan sudut tegak lurus (900)

Bukti :

Diketahui persegi panjang ABCD, buktikan <A, <B, <C, <D = 900!

No Pernyataan Alasan

1 Persegi panjang ABCD Diketahui

2 <A = 900 definisi persegi panjang

3 <A + <B + <C + <D = 1800 Definisi jumlah besar sudut dari sebuah bangun datar

4 <A = <B = <C = <D = 900 2,3

Teorema 5

All rectangles are parallelogram (semua persegi panjang adalah jajargenjang)

Teorema ini terbukti berdasarkan definisi persegi panjang yang telah


(61)

36

Teorema 6

The diagonals of rectangle are aqual (diagonal-diagonal dari persegi panjang adalah sama)

Bukti :

Diketahui persegi panjang ABCD, buktikan AC = BD!

No Pernyataan Alasan

1 Persegi panjang ABCD Diketahui

2 AD = BC definisi persegi panjang 3 AB = AB Identitas

4 <A = <B definisi persegi panjang 5 ∆DAB ≡ ∆CBA sisi,sudut,sisi (2,4,3)

6 AC = BD 5

1. Keliling persegi panjang

Keliling persegi panjang merupakan jumlah seluruh panjang

sisinya. Perhatikan gambar 2.f !

D C

B A

l l

p p

Gambar 2.f

D C

B A


(62)

37

Keliling persegi panjang ABCD = AB + BC + CD + DA

Karena AB = CD dan BC = AD, maka :

Keliling persegi panjang ABCD = 2. AB + 2. BC

Jika AB disebut panjang (p satuan panjang), BC disebut lebar (l

satuan panjang), dan keliling persegi panjang ABCD (K satuan panjang), maka :

Rumus keliling persegi panjang adalah :

K = 2p + 2l atau K = 2(p + l)

2. Luas persegi panjang

Luas persegi panjang merupakan hasil kali panjang dan

lebarnya. Berdasarkan gambar 2.a, maka luas ABCD = panjang ×

lebar dan dapat ditulis sebagai :

L = p × l

c. Belah ketupat

Belah ketupat adalah sebuah jajargenjang dengan dua sisi berdekatan yang

sama panjang.

Dalam Geometry; 1974 : 307, Jacobs, Harold mengemukakan teorema-teorema mengenai sifat-sifat persegi panjang yakni


(63)

38

Teorema 7

The diagonals of a rhombus are perpendicular to each other

(diagonal-diagonal sebuah belah ketupat berpotongan tegak lurus)

Bukti :

Diketahui belah ketupat ABCD, buktikan AC ┴ BD !

No Pernyataan Alasan

1 Belah ketupat ABCD Diketahui

2 AB = BC definisi belah ketupat 3 AD = DC definisi belah ketupat

4 AC ┴ BD jika dua buah titik berjarak sama terhadap ujung-ujung suatu garis yang diberikan, garis yang menghubungkan kedua titik itu membagi dua tegak lurus garis yang diberikan

1. Keliling belah ketupat

Perhatikan gambar belah ketupat ABCD berikut !

O

s s

s s

D

C B

A

Gambar 2.h D

C B

A


(64)

39

Dengan panjang sisi sama dengan s dan titik potong antar diagonalnya di O maka keliling ABCD = AB + BC + CD + DA

= s + s + s + s = 4s , sehingga Rumus keliling setiap belah ketupat = 4 × s

2. Luas belah ketupat

Luas belah ketupat dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus jajargenjang yaitu alas × tinggi, karena belah ketupat

merupakan bentuk khusus dari jajar genjang. Rumus belah ketupat

dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Bila a dan b adalah panjang diagonal-diagonal sebuah belah

ketupat maka belah ketupat (gambar 2.i.i) dapat diubah menjadi persegi

panjang (gambar 2.i.ii) dengan panjang sisi 1

2a dan b atau persegi panjang

dengan sisi a dan 1

2b.

Luas belah ketupat = (a × b) atau Luas belah ketupat =

S R Q P P S Q R a b 1 2a b a S

P Q R 1

2b

Gambar 2.i.i Gambar 2.i.ii

Gambar 2.i.iii


(65)

40

d. Persegi

Persegi merupakan sebuah persegi panjang dengan dua sisi yang

berdekatan sama panjang.

1. Keliling persegi

Keliling persegi merupakan panjang seluruh sisi-sisinya.

Perhatikan gambar 2.j !

Keliling persegi ABCD = AB + BC + CD + DA

Karena AB = BC = CD = DA, maka :

Keliling persegi ABCD = 4. AB

Jika AB = s satuan panjang dan keliling persegi ABCD = K satuan panjang, maka :

Rumus keliling setiap persegi adalah :

K = 4s

2. Luas persegi

Pada gambar 2.f, daerah yang diarsir menunjukkan luas

persegi ABCD yang memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama

dan disebut sisi. Oleh karena itu luas persegi ABCD sama dengan

kuadrat panjang sisinya atau dapat ditulis :

s

s s

s

D C

A B


(66)

41

Rumus luas setiap persegi adalah :

L = s . s atau s2

e. Trapesium

Trapesium merupakan sebuah segiempat yang memiliki tepat dua

sisi yang saling sejajar.

1. Keliling trapesium

Perhatikan gambar berikut !

Keliling trapesium ABCD di tentukan oleh rumus berikut :

Keliling = alas + atap + kaki + kaki atau Keliling = p + q + r + s

2. Luas trapesium

b t a Gambar 2.l.i 1 2 b a Gambar 2.l.iii Gambar 2.l Gambar 2.l.ii a 1 2 1 2 b B t

D C

A t s r q p Gambar 2.k


(67)

42

Bila a dan b merupakan sisi-sisi sejajar dan t merupakan tinggi

trapesium 2.l.i, maka dapat dipotong menjadi dua seperti 2.l.ii,

kemudian dibuat sebuah jajargenjang 2.l.iii, sehingga

diperoleh :

Luas trapesium = + .

3. Layang-layang

Layang-layang merupakan segiempat yang dibentuk oleh dua

segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpit.

a. Keliling layang-layang

Perhatikan gambar layang ABCD di atas. Jika

layang-layang ABCD mempunyai panjang sisi yang terpanjang = x

dan panjang sisi yang terpendek = y maka :

Keliling layang-layang = 2 (x + y)

b. Luas layang-layang

Perhatikan gambar layang-layang ABCD (gambar 2.m).

Diagonal AC dan BD berpotongan tegak lurus, sehingga : D

C

B A

y y

x x

O


(68)

43

Luas layang-layang ABCD = luas ∆ABC + luas ∆ACD = 1

2 . +

1

2 .

= 1

2 . ( + )

= 1

2 .

Karena AC dan BD merupakan diagonal, maka:

Luas layang-layang = × ( � )

B. Kerangka Berpikir

Saat berhadapan dengan siswa yang kurang tertarik belajar

matematika, maka akan sangat mempengaruhi motivasinya untuk belajar.

Hal ini juga akan mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu , jika ada

motivasi ekstrinsik maka akan membantu siswa kembali termotivasi untuk

belajar. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran

yang tidak sering digunakan guru. Model pembelajaran tersebut adalah

model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). Model pembelajaran AIR merupakan model pembelajaran yang menganggap

bahwa suatu pembelajaan akan efektif jika memperhatikan tiga aspek

yakni Auditory, Intellectually, Repetition. Aspek Auditory berkaitan dengan telinga siswa, dimana siswa belajar dengan mendengar, berdiskusi,

dan presentasi. Aspek Intellectually bekaitan dengan kemampuan belajar siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah. Repetition berarti siswa diberi kegiatan pengulangan untuk memperluas dan memperdalam


(69)

44

pengetahuan melalui pemberian latihan soal, tugas, maupun kuis. Ketiga

aspek ini akan memberikan dampak yang besar terhadap motivasi dan

hasil belajar matematika siswa karena siswa dilatih untuk mendengar,

berdiskusi, memecahkan masalah, dan selalu latihan soal dan diberi kuis.

Melalui kegiatan ini, maka siswa akan termotivasi untuk belajar setelah

melihat hasil kuis yang telah diadakan. Selain itu juga akan mempertajam

daya ingat siswa, sehingga dapat membantu siswa pada saat ulangan

maupun ujian.

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis

penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII

SMP Kanisius Gayam pada materi keliling dan luas segiempat dengan

model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) lebih baik daripada motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP


(70)

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian

eksperimen semu (kuasi eksperimen). Kuasi eksperimen didefinisikan

sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit

eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk

menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang

disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979).

Pada penelitian ini, Peneliti membandingkan motivasi dan hasil

belajar matematika pada model pembelajaran yang digunakan guru

(konvensional) dengan motivasi dan hasil belajar matematika dengan

menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) pada materi luas dan keliling segiempat.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2010 :

173). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP

Kanisuis Gayam. Jumlah populasi dalam penelitian ini ada 2 kelas

dengan jumlah siswa masing-masing kelas 29 dan 32 orang. Jadi total


(71)

46

2. Sampel

Menurut Arikunto (2010, 174) sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Penelitian ini dinamakan penelitian sampel

apabila peneliti bermaksud untuk mengangkat kesimpulan penelitian

sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel adalah siswa kelas VII

A dan VII B. Siswa kelas VII A sebagai kelas kontrol, yang mana

akan diterapkan model pembelajaran konvensional pada proses

pembelajarannnya, sedangkan siswa kelas VII B sebagai kelas

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dalam proses pembelajaran.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Model Pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectually, Repetition)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah :

a. Motivasi belajar matematika dengan model pembelajaran AIR

Motivasi belajar siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam dalam

penelitian ini adalah motivasi dalam diri siswa terhadap materi luas

dan keliling segiempat, motivasi siswa terhadap pelajaran


(72)

47

motivasi belajar pada pembelajaran konvensional dan motivasi

siswa pada pembelajaran AIR.

b. Hasil belajar matematika dengan model pembelajaran AIR

Hasil belajar matematika kelas VII SMP Kanisius Gayam dalam

penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh dari tes akhir

masing-masing model pembelajaran, kemudian dibandingkan

dengan tes awal masing model pembelajaran yakni hasil belajar

Pembelajaran AIR dan hasil belajar pembelajaran konvensional

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada 28 April 2015 – 22 Mei 2015. 2. Tempat

Penelitian ini di laksanakan di kelas VII A dan kelas VII B SMP

Kanisius Gayam tahun ajaran 2014/2015

E. Prosedur Penelitian

1. Penyusunan proposal

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan proposal yang

berisi BAB I, BAB II, dan BAB III. Penelitian yang dilakukan atas

persetujuan dosen pembimbing. Oleh karena itu, secara berkala

peneliti melakukan konsultasi terhadap proposal yang peneliti

kerjakan, sampai dosen pembimbing menyetujui bahwa proposal yang

peneliti kerjakan dapat menjawab pertanyaan dari permasalahan yang


(1)

Lampiran D.4

Lembar Analisis Rata-rata Nilai

Post-test

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Nomor Absen Siswa Nilai Nomor Absen Siswa Nilai

1 85 1 90

2 67 2 71

3 53 3 67

4 92 4 73

5 70 5 71

6 74 6 72

7 66 7 69

8 86 8 71

9 54 9 79

10 70 10 60

11 63 11 89

12 95 12 79

13 48 13 79

14 97 14 50

15 61 15 76

16 87 16 70

17 75 17 81

18 38 18 87

19 62 19 97

20 76 20 74

21 79 21 75

22 81 22 97

23 70 23 75

24 60 24 70

25 77 25 88

26 51 26 70

27 80 27 72

28 66 28 72

29 72 29 84

30 59

31 76

32 94

Total 2284 2208


(2)

Lampiran D.5

Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai

Pre-test

Lampiran D.6

Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai

Pre-test


(3)

Lampiran D.7

Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-test

Lampiran D.8


(4)

Lampiran D.9

Lembar Analisis Uji Normalitas Data Kuesioner Motivasi Sebelum Pembelajaran

Lampiran D.10

Lembar Analisis Uji Normalitas Data Kuesioner Motivasi Setelah Pembelajaran


(5)

Lampiran D.11 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata

Data Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Pembelajaran

Lampiran D.12 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata

Data Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Pembelajaran


(6)

Lampiran D.13

Lembar Analisis Data Pengamatan Motivasi Belajar Oleh Observer


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII

0 16 263

HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL AUDITORY Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Model Auditory Intellectually Repetition (Air) Dan Direct Instruction (Di) Ditinjau Dari Self-Efficacy Matematis Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 2015/

0 3 11

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Model Auditory Intellectually Repetition (Air) Dan Direct Instruction (Di) Ditinjau Dari Self-Efficacy Matematis Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 201

0 2 18

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUAL REPETITION DALAM PEMBELAJARAN Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intelectual Repetition Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (Pada Kelas VII Semester II MTs NEGERI 2 SIMO Tahun Ajaran 2009/ 2010).

0 0 10

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dan Reciprocal Teaching pada Materi Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri se-Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 0 19

PROFIL KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA.

4 12 95

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 AJIBARANG KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 16