1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan
daya pikir manusia. Matematika juga merupakan disiplin ilmu yang telah dipelajari semenjak pandidikan dasar dan membantu perkembangan
disipin ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi, ekomomi dan lainya. Ilmu matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
matematika dapat melatih siswa berpikir secara sistematis, logis, kreatif, kritis dengan tujuan untuk memecahkan masalah secara rasional dan
tuntas. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang memerlukan
pemahaman dan pengertian terhadap konsep-konsep matematika itu sendiri. Hal ini lebih sering tampak dalam dunia pendidikan. Matematika
juga merupakan salah satu ilmu yang diujikan dalam Ujian Nasional UN. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap siswa diwajibkan
untuk mempelajari matematika. Sejauh ini, yang menjadi permasalahannya adalah kurangnya pemahaman konsep matematika yang terjadi setiap
tahunnya. Hal ini menjadi suatu ketakutan pada siswa dalam mempelajari matematika karena sudah tertanam dalam pikiran mereka bahwa
matematika merupakan materi yang abstrak, sehingga tidak mudah untuk dipahami. Hal ini juga mengurangi motivasi siswa yang merupakan modal
2
awal untuk belajar. Ketika menghadapi siswa yang memiliki motivasi yang rendah dan ketakutan dalam mempelajari matematika, guru
hendaknya mencari cara yang tepat untuk menarik perhatian siswa dan terpacu untuk belajar matematika.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannnya. Oleh sebab itu
guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan belajar, motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai Sardiman, 1986 :
75, sedangkan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar, Sudjana 1989,22.
Berdasarkan kenyataannya kemampuan kognitif setiap siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sebagai guru tentunya harus memiliki
banyak strategi untuk mengajarkan suatu materi kepada beberapa siswa dalam waktu yang bersamaan. Hal ini menjadikan guru harus merancang
model pembelajaran yang tepat untuk membelajarkan materi matematika dengan sub materi tertentu. Model pembelajaran yang digunakan sesuai
dengan kondisi siswa akan memperlancar proses penyampaian dan pemahaman materi.
3
Model-model pembelajaran yang digunakan lebih dituntut usaha untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pada kenyataannya,
masih banyak sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional, yakni kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Guru aktif menjelaskan
materi, sedangkan siswa hanya menerima dan tidak turut aktif dalam pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa lebih mudah lupa terhadap materi
yang diajarkan. Oleh karena itu, paradigma mengenai pembelajaran yang berpusat pada guru harus dirubah. Guru seharusnya berperan sebagai
pembimbing, motivator, dan fasilitator, sehingga dalam pembelajaran siswa yang dituntut aktif. Hal ini dapat mempertajam daya ingat siswa
terhadap materi yang telah dipelajari. Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang telah dipaparkan diatas,
maka peneliti melakukan wawancara dan diskusi bersama guru matematika untuk mengetahui fakta-fakta mengenai proses pembelajaran
di kelas, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi bersama ibu Lusiana Ika Fitriana, S.Pd yang
merupakan guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Kanisius Gayam, didapatkan data bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru
masih konvensional yakni proses pembelajaran terpusat kepada guru, masih rendahnya motivasi siswa dalam belajar matematika sehingga
mengakibatkan minimnya konsentrasi dalam mendengarkan materi matematika. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Selain itu juga,
rata-rata siswa mudah lupa terhadap materi yang diberikan karena kurang
4
adanya pengulangan materi di rumah. Hal ini tampak dalam proses mereview materi yang telah dipelajari melalui tanya jawab pada awal
pertemuan pembelajaran. Sebagian besar siswa cenderung diam ketika ditanya atau menjawab tetapi jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan
yang ditanyakan. Melihat kondisi ini, maka diperlukan suatu model pembelajaran
yang dapat menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi dalam mendengarkan materi, dan mempunyai motivasi untuk mengulang kembali
materi yang telah dipelajari, sehingga dapat mempertajam daya ingat. Salah satu model pembelajaran yang cocok adalah model pembelajaran
AIR Auditory Intellectually Repetition. Peneliti menggunakan model pembelajaran ini untuk melakukan eksperimen kepada siswa kelas VII
SMP Kanisius Gayam Yogyakarta, berdasarkan latar belakang siswa yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu juga, model pembelajaran AIR
telah terbukti efektif digunakan untuk pembelajaran matematika di salah satu SMP berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mustaqimah, yang
merupakan alumni mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 2012.
Model pembelajaran AIR Auditory Intellectually Repetition berasal dari tiga kata yakni Auditory, Intellectually, dan Repetition.
Auditory bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan,
menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually bermakna bahwa belajar haruslah
5
menggunakan kemampuan berfikir mind-on, harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan, sedangkan Repetition adalah pengulangan yang
bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui latihan soal, pemberian tugas atau kuis. Melalui model ini siswa
dilatih untuk memanfaatkan potensi yang telah dimilikinya dengan cara siswa dilatih melalui pemberian latihan soal, tugas atau kuis sehingga
diharapkan siswa mampu mendalami dan mengingat materi yang dipelajari.
Melihat model pembelajaran AIR, maka peneliti tertarik untuk mengambil sub pokok bahasan “menghitung keliling dan luas bangun
segiempat”. Peneliti tertarik mengambil sub pokok bahasan tersebut karena untuk memahami sub pokok bahasan ini membutuhkan ketiga hal
yang gunakan pada model pembelajaran AIR yakni Auditory, Intellectally, dan Repetition. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran AIR, siswa
SMP Kanisius Gayam diharapkan dapat memahami kompetensi dasar yang harus dicapai. Dengan demikian penelitian akan melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Model Pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition Ditinjau dari Motivasi dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada Materi Segiempat”.
6
B. Identifikasi Masalah