Bentuk Data Teknik Analisis Data

51 4. Analisis Data Setelah mendapatkan data berupa lembar kuesioner motivasi belajar matematika, lembar pengamatan motivasi belajar siswa oleh Observer , dan hasil belajar matematika, maka peneliti mengevaluasi dan menganalisis data yang telah diperoleh tersebut. 5. Penarikan Kesimpulan Analisis yang telah dilakukan akan menunjukkan perbandingan motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam pada kelas kontrol VII A dan kelas eksperimen VII B. Dengan demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan, apakah model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition lebih efektif daripada model pembelajaran yang digunakan guru konvensional atau sebaliknya.

F. Bentuk Data

1. Keterlaksaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition Bentuk data keterlaksanaan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition berupa lembar keterlaksanaan. Lembar keterlaksanaan ini akan diisi oleh Observer melalui pengamatan selama proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas eksperimen VII B. 2. Motivasi Belajar Matematika Siswa 52 Data motivasi belajar siswa berupa kuesioner dan lembar pengamatan motivasi belajar siswa oleh Observer. Kuesioner ini berupa lembar instrumen yang berisikan daftar pernyataan tertutup yang terdapat pilihan. Dari pilihan-pilihan tersebut, siswa akan memilih pilihan yang paling menggambarkan motivasi belajar matematika. Kuesioner ini akan diberikan pada awal dan akhir pelajaran di setiap kelas kelas kontrol maupun kelas eksperimen untuk melihat motivasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajarn konvensional dan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition. Pada lembar pengamatan motivasi belajar siswa, terdapat beberapa pernyataan mengenai motivasi belajar siswa yang disusun berdasarkan indikator motivasi siswa. Lembar pengamatan ini akan diisi oleh Observer selama proses pembelajaran di setiap kelas. 3. Hasil Belajar Matematika Siswa Hasil belajar siswa berupa perbandingan jawaban yang diberikan siswa pada pre-test dan post-test dengan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition dan model pembelajaran yang digunakan guru konvensional.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ada tiga, yakni :

1. Pengamatan Observasi

53 Mengamati berarti menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena hasilnya harus sama meskipun dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda. Oleh karena itu, pengamat harus obyektif Suharsimi Arikunto, 2010 : 273. Dalam menggunakam metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen Suharsimi Arikunto, 2010 : 272. Dalam penelitian ini, Observer akan mengamati motivasi belajar setiap siswa, pada setiap pertemuan dan menilainya dengan mengisi lembar pengamatan lampiran B.5 selama proses pembelajaran matematika berlangsung, baik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

2. Pemberian Kuesioner Angket

Angket atau kuesioner merupakan serangkaian daftar pernyataan tertutup yang ditujukan kepada peserta didik mengenai masalah- masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapat tanggapan dari siswa responden. Dalam penelitian ini, metode kuesioner digunakan untuk mengambil data motivasi belajar matematika siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Peneliti memberikan kuesioner kepada siswa dan diminta untuk mengisi sejumlah pernyataan yang paling menggambarkan motivasi belajar matematika siswa dengan memberikan tanda check-list √ pada kolom yang telah disediakan. 54

3. Tes

Tes merupakan serentetan pernyataan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok Suharsimi Arikunto, 2010 : 193. Metode ini digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar matematika siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes yang akan diberikan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan awal pre- test dan tes kemampuan akhir post-test. Soal tes yang digunakan berbentuk uraian.

H. Instrumen

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang dibuat berdasarkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition seperti yang telah dijelaskan pada kajian pustaka di BAB II Lampiran B.1.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitan dengan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition ini dirancang berdasarkan kajian pustaka yang telah dijelaskan di BAB II. a. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran 55 Instrumen keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition berupa lembar keterlaksanaan yang akan diisi oleh Observer selama proses pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen. Berikut tabel kisi-kisi lembar keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition : Tabel 3.2 Kisi-kisi Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran AIR No Aspek Penilaian Indikator 1 Keterlaksanaan Guru melaksanakan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition 2 Auditory Guru mengajak siswa untuk belajar melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, persentase, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi 3 Intellectually Guru mengajak siswa untuk belajar menggunakan kemampuan berfikir mind-on, harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan 4 Repetition Guru melatih siswa untuk mendalami dan memperluas pengetahuan dengan memberikan latihan soal, tugas, dan kuis 56 b. Soal Pre-test dan Post-test Soal pre-test dan post-test diberikan kepada siswa untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan. Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran pre-test dan akhir pembelajaran post-test. Perbandingan hasil dari kedua tes ini pada setiap kelaslah yang akan dilihat. Tes yang diberikan merupakan kumpulan soal luas dan keliling segiempat sesuai Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD mata pelajaran matematika kelas VII semester II. Selain tes, diberikan juga latihan soal, tugas, dan kuis untuk membantu memperdalam pemahaman materi. Berikut ini akan dibuat kisi-kisi pre-test dan post-test Standar kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segiempat dan segitiga, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Sub Pokok Bahasan dalam penelitian ini adalah keliling dan luas bangun segiempat. 57 Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test Materi Indikator Nomor Soal Jumlah soal setiap test Pre- test Post- test Keliling dan luas segiempat jajargenjan g, persegi panjang, belah ketupat, persegi, trapesium, layang- layang  Menghitung luas dan keliling jajargenjang  Menghitung tinggi jajargenjang jika diketahui luas dan alasnya  Menghitung keliling dan lebar persegi panjang jika diketahui unsur lainnya  Menghitung lebar persegi panjang jika diketahui unsur lainnya 10 3 1 7 7 8 2 1 1 1 1 1  Menghitung keliling persegi jika diketahui luas persegi  Menghitung keliling belah ketupat 2 8 3 4 1 1  Menghitung tinggi trapesium jika diketahui luas dan unsur trapesium lainnya.  Menghitung luas dan keliling trapesium  Menghitung luas dan keliling layang-layang 3 10 6 dan 8 6 5 9 dan 10 1 1 2 c. Kuesioner Pada penelitian ini, digunakan kuesioner untuk melihat motivasi belajar matematika siswa sebelum dan setelah melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectually, Repetition. 58 Kuesioner ini diberikan bersamaan dengan pre-test dan post-test. Kuesioner yang digunakan dalam penelitan ini menggunakan skala Likert, yang disajikan dalam empat alternatif jawaban yang diberi tanda cek √ pada lembar jawaban yang telah disediakan yakni SS = Sangat Sesuai S = Sesuai TS = Tidak Sesuai STS = Sangat Tidak Sesuai Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, dan 1 sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 1, 2, 3, dan 4. Agar tes tidak menyimpang dari materi maka dibuat kisi-kisi sebagai berikut : Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Matematika No Aspek yang diukur Indikator Nomor Butir Jumlah Positif Negatif 1 Tekun mengerjakan tugas  Tekun mengerjakan latihan dari guru matematika  Tekun mengerjakan PR dari guru matematika 2 7 9 8 2 2 2 Menunjukkan minat dan perhatian dalam belajar  Menunjukkan minat mengerjakan soal matematika  Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran  Semangat dalam mengikuti KBM  Mempelajari materi sebelum mengikuti pelajaran 1 14 3 11 6, 13, dan 17 5 1 4 2 1 3 Kemandirian Senang bekerja mandiri ketika 4 1 59 No Aspek yang diukur Indikator Nomor Butir Jumlah Positif Negatif diberi masalah matematika 4 Pantang Menyerah  Pantang menyerah jika mengalami kegagalan  Sikap terhadap kesulitan  Usaha menghadapi kesulitan 16 18 15, 19, dan 20 3 1 1 5 Bertanggungja wab  Mempertanggungjawab kan pendapat 12 10 2

I. Keabsahan data

Data yang telah peneliti buat dalam instrumen baik instrumen pembelajaran maupun instrumen penelitian dikonsultasikan kepada pakar. Dalam penelitian ini, pakar yang dimaksud adalah dosen pembimbing dan guru matematika SMP Kanisius Gayam. Konsultasi yang dilakukan ini akan memberi perbaikan-perbaikan agar mendapatkan hasil data yang diinginkan. Setelah itu, peneliti mengujikan instrumen soal post-test pada kelas VIII B SMP Kanisius Gayam sebagai kelas uji coba, karena telah memperoleh materi luas dan keliling segiempat. Data hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis validitas dan reliabilitas. Instrumen yang baik akan memenuhi dua syarat penting yakni validitas dan reliabilitas Suharsimi Arikunto 1991, 135. 1. Validitas Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instruman Suharsimi Arikunto, 1999, 144. Dalam menentukan validitas suatu instrumen, misalnya tes hasil belajar matematika bentuk uraian digunakan rumus Product Moment yaitu : 60 = − 2 − 2 2 − 2 Keterangan : = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y N = banyaknya peserta tes siswa x = nilai hasil uji coba y = nilai rata-rata harian Ruseffendi, 1991 Selanjutnya ℎ � dibandingkan dengan product moment dengan α = 5, jika ℎ � maka alat ukur dinyatakan valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat Suharsimi Arikunto 1991, 136. Berikut merupakan interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi digunakan kriteria Nugraha Ruseffendi, 1994 : 144 dalam Jihad, Asep dan Abdul Haris,2013 : 180 : 0,80 ≤ 1,00 : Sangat Tinggi 0,60 ≤ 0,80 : Tinggi 0,40 ≤ 0,60 : Cukup 0,20 ≤ 0,40 : Rendah ≤ 0,20 : Sangat rendah 61 2. Reliabilitas instrumen Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajekan atau kekonsistenan suatu soal tes. Untuk memperoleh realibiltas soal prestasi belajar digunakan rumus Alpha Cronbach Jihad, Asep dan Abdul Haris 2013 : 180-181 : 11 = − 1 1 − � 2 � 2 Dimana � 2 = � 2 − � 2 Keterangan : 11 = koefisien relibilitas instrumen n = jumlah soal � 2 = jumlah varians skor tiap item � 2 = variansi skor total � 2 = jumlah kuadrat nilaiskor yang diperoleh setiap siswa untuk masing-masing butir soal � 2 = kuadrat jumlah nilaiskor yang diperoleh setiap siswa untuk masing-masing butir soal Nilar r yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus Alpha Cronbach diatas, kemudian akan dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan α = 0,05 dan dk = N-2 N = banyaknya siswa. Bila ℎ � 62 maka instrumen dinyatakan reliabel. Langkah selanjutnya adalah menafsirkan angket koefisien reliabilitas.Interpretasi nilai 11 mengacu pada pendapat Guilford Ruseffendi, 1991b:191 dalam Jihad, Asep; Abdul Haris : 2013 :181 : 0,90 11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,70 11 ≤ 0,90 reliabilitas tinggi 0,40 11 ≤ 0,70 reliabilitas sedang 0,20 11 ≤ 0,40 reliabilitas rendah 11 ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah

J. Teknik Analisis Data

1. Kriteria Efektivitas Model Pembelajaran Menurut Nuraeni, Neneng, dkk 2010 efektivitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria efektivitas dalam penelitian ini mengacu pada: a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 70 dalam peningkatan hasil belajar. b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan 63 perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen. c. Model dikatakan efektif jika dapat mengungkapkan motivasi apabila motivasi bilajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. 2. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran AIR a. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran AIR pada Setiap Pertemuan Dalam proses analis keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition AIR, maka akan diberikan skor 1 untuk pernyataan yang diberikan tanda cek √ pada kolom “ya” dan skor 0 pada kolom “tidak”. Setelah itu, dihitung jumlah skor keterlaksanaan model pembelajaran sehingga dapat dihitung persentasenya. Cara memperoleh persentase keterlaksanaan model pembelajaran AIR pada setiap pertemuan adalah jumlah skor keterlaksanan model pembelajaran AIR dari ketiga Observer, dibagi skor maksimum jawaban per pernyataan sesuai indikator dikali 3 karena terdiri dari 3 Observer, kemudian dikalikan dengan 100 atau dapat ditulis sebagai berikut : = � × 3 × 100 Keterangan : 64 P = persentase keterlaksanaan model pembelajaran AIR S = jumlah skor keterlaksanan model pembelajaran AIR dari ketiga Observer M = skor maksimum jawaban per pernyataan sesuai indikator 1 × 16 pernyataan = 16 b. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran AIR secara Keseluruhan Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR secara Keseluruhan dapat diperoleh dari rerata persentase keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR ketiga pertemuan atau dapat ditulis sebagai berikut : Keterlaksanaan keseluruhan = � �� + � ��� + � �� Setelah memperoleh hasil persentase keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR, baik pada setiap pertemuan maupun secara keseluruhan, maka akan dibandingkan dengan kriteria keterlaksanaan model pembelajaran seperti tabel berikut : 65 Tabel 3.5 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Interval Kriteria 81 – 100 Sangat Tinggi 61 – 80 Tinggi 41 – 60 Sedang 21 – 40 Rendah – 20 Sangat Rendah dimodifikasi dari Suharsimi Arikunto, 2009 : 245 3. Hasil Belajar Siswa Nilai pre-test dan post-tes akan menunjukkan hasil belajar siswa sebelum dilakukan pembelajaran dengan model AIR dan setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran AIR. Nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan skor jawaban setiap siswa. Skor tersebut dikonversikan dalam satu nilai dengan rentang 0-100. Rumusan untuk menentukan nilai post-test akhir tiap siswa adalah sebai berikut : = � × 100 Sedangkan untuk menentukan nilai rata-rata post-test semua siswa adalah sebagai berikut : = Keterangan : NAi = nilai akhir individu JSi = jumlah skor individu JM = jumlah skor maksimum 66 NAs = jumlah rata-rata untuk semua siswa ns = banyaknya siswa selanjutnya, nilai hasil belajar siswa dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM kemudian dihitung persentase skor yang diperoleh setiap siswa. Setelah itu dihitung rata-rata perbandingan nilai kelas kontrol dan kelas ekperimen. Selain menganalisis dengan membandingkan hasil belajar siswa dengan nilai KKM, data hasil belajar ini akan dianalisis dengan Uji Rata-rata uji T.

a. Uji Normalitas

Uji distribusi normal atau uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik statistik inferensial. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji sampel tunggal Kormogorov- Smirnov untuk mengetahui data berdistribusi normal. Peneliti menggunakan SPSS Statiscs 17.0 untuk membantu dalam perhitungan uji hipotesis. Langkah-langkah uji sampel tunggal Kolmogorov-Smirnov , yakni : 1 Merumuskan H dan H 1 H : Data berdistribusi normal H 1 : Data berdistribusi tidak normal 2 Menentukan taraf signifikan Taraf signifikasi yang digun akan adalah α = 5 67 3 Menentukan daerah kritis Sig 2- tailed α = 5 4 Membuat kesimpulan Jika sig 2- tailed α maka H gagal ditolak. Artinya data tersebut berdistribusi normal

b. Uji variansi

1 Merumuskan H dan H 1 H : tidak ada perbedaan variansi H 1 : ada perbedaan variansi 2 Menentukan taraf signifikan Taraf signifikasi yang digunakan adalah α = 5 3 Menentukan daerah kritis Sig 2- tailed α = 5 4 Membuat kesimpulan Jika sig 2- tailed α maka H gagal ditolak. Artinya tidak ada perbedaan variansi dari data tersebut.

c. Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Uji-T Data Pre-test

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji-T untuk melihat apakah ada perbedaan nilai rata-rata pre-test kelas kontrol dan kelas ekperimen. Perhitungannya menggunakan SPSS Statisc 17.0. Langkah-langkah melakukan uji-T, yakni : 1 Merumuskan H dan H 1 68 H : tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen µ = µ 1 H 1 : ada perbedaan rata-rata nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen µ ≠ µ 1 2 Menentukan taraf signifikan Taraf signifikasi yang digunakan adalah α = 5 3 Menentukan daerah kritis Sig 2- tailed α = 5 4 Membuat kesimpulan Jika sig 2- tailed α maka H gagal ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai pre-test kelas kontrol.dan kelas eksperimen

d. Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Uji-T Data Post-test

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji-T untuk melihat apakah nilai rata-rata kelas ekperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Perhitungannya menggunakan SPSS Statisc 17.0. Langkah-langkah melakukan uji-T, yakni : 1 Merumuskan H dan H 1 H : rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelas eksperimen µ 1 ≤ µ H 1 : rata-rata nilai post-test dari kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol µ 1 µ 2 Menentukan taraf signifikan 69 Taraf signifikasi yang digunakan adalah α = 5 3 Menentukan daerah kritis Sig 2- tailed 2 α = 10 4 Membuat kesimpulan Jika sig 2- tailed 2 α maka H gagal ditolak, atau tidak ada cukup bukti untuk menolak H . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelas kontrol. 4. Motivasi Belajar Matematika Siswa a. Kuesioner Motivasi 1. Motivasi Belajar Matematika Setiap Siswa Pada kuesioner motivasi belajar matematika siswa, terdapat 20 pernyataan. Nilai tertinggi dari kuesioner adalah 80 sedangkan nilai terendah yang dapat diperoleh adalah 20. Pembagian skor jawaban kuesioner siswa adalah sebagai berikut : 70 Tabel 3.6 Penskoran Jawaban Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Jenis Pernyataan Skor Jawaban SS S TS STS Pernyataan Positif 4 3 2 1 Penyataan Negatif 1 2 3 4 Setelah siswa mengisi kuesioner motivasi belajar matematika, peneliti menghitung persentase motivasi belajar setiap siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut : = � × 100 Keterangan : P = persentasi motivasi belajar siswa S = skor total yang diperoleh masing-masing siswa M = skor maksimum jawaban per soal pernyataan 4 × 20 pernyataan = 80 Hasil persentase yang telah diperoleh setiap siswa dibandingkan dengan tabel kriteria motivasi belajar siswa sebagai tolak ukur sebagai berikut : 71 Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Balajar Siswa Interval Kriteria Motivasi 81-100 Sangat Tinggi ST 61-80 Tinggi T 41-60 CukupSedang C 21-40 Rendah R ≤ 20 Sangat Rendah SR Sumber : Kartika Budi, 2001 : 55 Setelah membandingkan persentase siswa dengan tabel kriteria motivasi belajar, maka dihitung persentasi motivasi siswa per kriteria. Persentase motivasi siswa per kriteria dapat di tentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : = � × 100 Keterangan : P = persentasi motivasi belajar siswa per kriteria S = jumlah siswa yang tergolong per kriteria M = jumlah semua siswa pada suatu kelas 2. Motivasi Belajar Siwa Secara keseluruhan Motivasi belajar matematika keseluruhan dapat dilihat melalui hasil persentase motivasi belajar setiap siswa di kedua kelas tersebut. Kriteria motivasi belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut : 72 Tabel 3.8 Kriteria Motivasi Siswa Secara Keseluruhan ST ST + T ST+ T + C ST + T + C + R ST + T + C + R + SR Kriteria ≥ 75 Sangat Tinggi 75 ≥ 75 Tinggi 75 ≥ 65 Cukup 65 ≥ 65 Rendah 65 Sangat Rendah Sumber : Kartika Budi, 2001 : 55 Dari tabel kriteria motivasi belajar siswa secara keseluruhan, dapat diartikan sebagai berikut : a. Jika persentase siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi lebih dari atau sama dengan 75 ST 75, maka motivasi belajar siswa secara keseluruhan sangat tinggi. b. Jika persentase siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi kurang dari 75 ST 75 dan jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi ditambah dengan jumlah siswa yang memiliki kriteria tinggi mencapai lebih dari atau sama dengan 75 ST+T ≥ 75, maka motivasi belajar siswa secara keseluruhan tinggi. c. Jika persentase siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi ditambah dengan kriteria tinggi kurang dari 75 ST+T 73 75 dan jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi ditambah dengan jumlah siswa yang memiliki kriteria tinggi dan kriteria cukup mencapai lebih dari atau sama dengan 65 ST+T+C ≥ 65, maka motivasi belajar siswa secara keseluruhan cukup. d. Jika persentase siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi ditambah dengan jumlah siswa dengan kriteria tinggi dan kriteria cukup kurang dari 65 ST+T+C 65 dan jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi ditambah dengan jumlah siswa yang memiliki kriteria tinggi, kriteria cukup, dan kriteria rendah mencapai lebih dari atau sama dengan 65ST+T+C+R ≥ 65, maka motivasi secara keseluruhan rendah. e. Jika persentase siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi ditambah dengan jumlah siswa dengan kriteria tinggi, kriteria cukup, dan kriteria rendah kurang dari 65 ST+T+C+R 65, maka motivasi belajar siswa secara keseluruhan sangat rendah. 3. Uji Inferensial Motivasi Belajar Matematika Siswa Setelah data kuesioner di analisis secara deskriptif dengan memperhatikan kriteria-kriteria motivasi maka data motivasi belajar dianalisis secara inferensial dengan menggunakan uji rata-rata uji T. Langkah-langkah melakukan uji T pada data 74 motivasi belajar sama dengan langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. b. Lembar Pengamatan Motivasi Belajar Siswa oleh Observer Data motivasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan oleh Observer berbentuk ordinal, sehingga dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa dan secara inferensial menggunakan uji Mann-Whitney. Uji ini dilakukan menggunakan SPSS Statisc 17.0. Langkah-langkah melakukan uji- Mann-Whitney yakni : 1 Merumuskan H dan H 1 H : data pengamatan motivasi belajar oleh Observer kelas eksperimen rendah atau sama dengan kelas kontrol µ 1 ≤ µ H 1 : H1 : data pengamatan motivasi belajar oleh Observer kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol µ 1 µ 2 Menentukan taraf signifikan Taraf signifikasi yang digunakan adalah α = 5 3 Menentukan daerah kritis Sig 2- tailed 2 α = 10 4 Membuat kesimpulan Jika sig 2- tailed 2 α maka H gagal ditolak, atau data pengamatan motivasi belajar oleh Observer kelas eksperimen rendah atau sama dengan kelas kontrol. 75

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA HASIL, ANALISIS HASIL

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 1. Sebelum Pembelajaran a. Penyusunan Instrumen Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, peneliti mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang akan dipergunakan dalam pembelajaran yakni menyusun instrumen pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang digunakan peneliti meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition, lembar kuesioner motivasi belajar siswa, lembar observasi motivasi belajar siswa oleh Observer, serta lembar soal pre-test dan post-test. Dalam menyusun instrumen tersebut peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan guru SMP Kanisius Gayam. b. Uji Coba Instrumen Setelah menyusun instrumen penelitian, maka peneliti melakukan uji coba instrumen. Instrumen yang diujicobakan adalah soal post-test, sedangkan soal pre-test tidak diujicobakan karena indikator dari soal pre-test dan post-test adalah sama. Uji coba ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 selama 90 menit, dimulai dari pukul 09.30 WIB sampai pukul 11.00 WIB.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII

0 16 263

HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL AUDITORY Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Model Auditory Intellectually Repetition (Air) Dan Direct Instruction (Di) Ditinjau Dari Self-Efficacy Matematis Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 2015/

0 3 11

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Model Auditory Intellectually Repetition (Air) Dan Direct Instruction (Di) Ditinjau Dari Self-Efficacy Matematis Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 201

0 2 18

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUAL REPETITION DALAM PEMBELAJARAN Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intelectual Repetition Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (Pada Kelas VII Semester II MTs NEGERI 2 SIMO Tahun Ajaran 2009/ 2010).

0 0 10

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dan Reciprocal Teaching pada Materi Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri se-Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 0 19

PROFIL KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA.

4 12 95

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 AJIBARANG KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 16