Pembahasan HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Hasil Belajar Grafik 4.1 Hasil Belajar Siswa Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, dengan pertemuan pertama dan keempat adalah pemberian soal pre-test dan post-test. Pemberian soal pre-test dan post-test bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Setelah dilaksanakan pre-test dan post-test. Rata-rata pre-test siswa sebesar 73,32 berada dalam kategori tinggi dan rata-rata post-test siswa sebesar 96,65 berada dalam kategori sangat tinggi. Pada bagian A, kemampuan membaca dan menuliskan bilangan bulat, rata-rata yang di dapat sebesar 100. Pada bagian B, kemampuan menghitung bilangan bulat, rata-rata yang didapat saat pre-test sebesar 74,9, kemudian saat post-test terjadi peningkatan menjadi 92,8. Begitu juga pada bagian C, kemampuan menyelesaikan soal kontekstual juga mengalami peningkatan rata-rata, dari 25 menjadi 100. Dari hasil yang didapat dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata. Menurut Munadi 2008:2004 salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar ialah faktor fisiologis, dimana kondisi fisiologis seperti cacat jasmani dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran. Salah satu metode komunikasi anak tunarungu ialah dengan metode membaca, dimana ia dapat memanfaatkan penglihatannya untuk memahami pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimik si pembicara. Dengan menggunakan alat peraga ini, siswa tunarungu menjadi lebih tertarik untuk belajar karena mereka dapat mempraktekannya langsung sehingga mereka dapat lebih mengingat apa yang telah diajarkan oleh guru melalui alat peraga. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa, dimana setelah menggunakan alat peraga siswa lebih mengerti dan lebih mudah dalam mengerjakan soal. 2. Keterlibatan Siswa Grafik 4.2 Keterlibatan Siswa Untuk mengetahui besarnya tingkat keterlibatan siswa, selama pembelajaran berlangsung pada pertemuan pertama dan kedua peneliti melakukan observasi dengan mengisi lembar observasi keterlibatan siswa yang sudah dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya. Secara umum keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada pertemuan pertama sebesar 68,75 berada pada kategori tinggi dan pada pertemuan kedua rata-rata keterlibatan siswa sebesar 84,37 berada pada kategori sangat tinggi. Pembelajaran dengan alat peraga yang terpusat pada siswa ini menyebabkan siswa merasa memiliki kegiatan pembelajaran tersebut, karena siswa diikutsertakan secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga mendorong siswa untuk percaya diri. Dengan metode pembelajaran ini siswa juga menjadi lebih aktif dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya serta pemikirannya dalam kelompok maupun individu. Siswa melakukan persaingan atau kompetisi dengan siswa lain, mengetahui hasil kerjanya,mendapat pujian karena berhasil mendapat nilai baik. 3. Minat Siswa Grafik 4.3 Minat Siswa Pada penelitian ini, minat belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat baik. Hal ini terlihat dari hasil angket sebelum pembelajaran menggunakan alat peraga yang mengalami peningkatan bila dibandingkan hasil angket setelah menggunakan alat peraga. Rata-rata minat belajar siswa yang awalnya 36,36 berada pada kategori rendah, setelah menggunakan alat peraga menjadi 86,35 berada pada kategori sangat tinggi. Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa siswa mempunyai minat yang sangat tinggi selama pembelajaran, siswa mengungkapkan bahwa mereka senang saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil angket minat siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu hitung dapat meningkatkan ketertarikan, perhatian, dan rasa senang. Peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar matematika siswa mengalami peningkatan dibandingkan sebelum menggunakan alat peraga kartu hitung. Selain itu tujuan dari tindakan untuk meningkatkan minat belajar siswa juga tercapai.

D. Keterbatasan Penelitian