7 1.
Bagi Lembaga IPPAK Mendorong kepada Kepala Prodi IPPAK untuk tetap mengadakan
pendampingan spiritualitas dengan menggunakan sarana doa meditasi bagi mahasiswa. Penulisan ini diharapkan mampu mendorong para sosen pendamping
spiritualitas untuk terus mengupayakan pelatihan doa meditasi bagi para mahasiswa IPPAK selama pendampingan spiritualitas, terkhusus pada semester lima.
2. Bagi Para mahasiswa IPPAK
Memberikan masukan bahwa pembisaan berdoa meditasi dapat membantu untuk meningkatkan hidup rohani sebagai pewarta. Dengan demikian penulisan ini
diharapkan mampu mendorong mahasiswa untuk tekun dan membagikan pengalaman berdoa meditasi bagi umat lainnya.
3. Bagi Penulis
Menambah pemahaman akan pentingnya berdoa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani sebagai pewarta. Melalui doa meditasi dan
pengalaman pembiasaan berdoa meditasi semakin memperkembangkan dan mendewasakan diri terlebih dari aspek emosional melalui buah-buah meditasi.
E. METODE PENULISAN
Penulisan menggunakan metode pendekatan deskriptif analitis didukung dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui pengalaman dan wawancara baik dengan
dosen maupun mahasiswa untuk mendapatkan gambaran yang konkret dari pengalaman yang terjadi di prodi IPPAK.
8
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam empat bab. Adapun perincian sebagai berikut:
BAB I : Bab ini berisi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini menguraikan doa meditasi dalam hidup rohani yang meliputi tiga hal
pokok: Doa Meditasi, Penghayatan Hidup Rohani, dan Hidup Rohani Para Mahasiswa IPPAK .
BAB III
: Bab ini akan berisi penelitian mengenai pengaruh doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani bagi mahasiswa di Prodi IPPAK yang terbagi
dalam dua pokok bahasan yaitu: gambaran umum Prodi IPPAK dan penelitian tentang metode doa meditasi di Prodi IPPAK, dan hasil penelitian tentang metode doa
meditasi bagi para mahasiswa di Prodi IPPAK.
BAB IV
: Bab ini berisi usulan kegiatan untuk meningkatkan program pembinaan spiritualitas mahasiswa IPPAK. Bab ini menguraikan latar belakang usulan kegiatan,
tujuan program, format lembar refleksi, dan manfaat panduan refleksi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani mahasiswa.
BAB V : Bab ini berisi penutup yang mencakup simpulan dan saran.
BAB II DOA MEDITASI TERHADAP PENINGKATAN
PENGHAYATAN HIDUP ROHANI
Bab II ini menguraikan doa meditasi dalam hidup rohani yang meliputi tiga hal pokok: Doa Meditasi, Penghayatan Hidup Rohani, dan Hidup Rohani Para
Mahasiswa Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik IPPAK. Uraian mengenai doa meditasi meliputi: pengertian secara umum, pengertian secara
khusus, tujuan dan sikap badan. Uraian mengenai Hidup Rohani meliputi: pengertian, tujuan, panggilan sebagai pewarta, spiritualitas pewarta, dan kepribadian pewarta.
Memanjatkan doa merupakan wujud kerinduan akan sapaan Allah. Selain berkomunikasi dengan-Nya ternyata berdoa juga memiliki dampak tersendiri.
Adapun cara untuk berdoa adalah : “...ada doa lisan, doa meditasi, dan doa kontemplatif” Youcat art. 500. Ketiga cara doa tersebut menyatukan kembali pikiran
dan hati setiap orang.” Pada bagian ini akan dijelaskan arti doa meditasi dan penghayatan hidup rohani.
A. Doa Meditasi dalam Hidup Rohani
1. Pengertian Doa secara Umum
Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Doa adalah cara kata
cinta seorang anak kepada Bapanya KWI, 1996:194. Namun, pengungkapan doa
10 tersebut tidak perlu dengan menggunakan banyak kata Mat 6:7 meskipun kata-kata
diperlukan sebagai pendukung dalam berdoa. Darminta 1982: 42 juga mengungkapkan doa sebagai ungkapan normal dari
cinta manusia kepada Allah. Melalui doa manusia mengungkapkan kerinduannya untuk hidup dalam hadirat Allah. Kerinduan itu tidak cukup hanya dengan berfikir
terus tentang Allah. Te tapi yang lebih penting ialah “melaksanakan dengan penuh
cinta kehendak Allah. Mengenal, mencintai dan melaksanakan kehendak Allah merupakan pokok hidup iman, harapan dan cinta”.
Seperti halnya Sr. Theresia Lisiux dalam Youcat 2012: 264 yang menyatakan
bahwa “Doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah percobaan maupun kegembiraan.” Doa
menjadi suatu ungkapan dari dalam hati yang sederhana sebagai bentuk syukur atas hidup yang masih didapat. Dari beberapa pengertian di atas dapat diperoleh
pemahaman bahwa doa merupakan ungkapan secara natural yang menggambarkan kerinduan untuk menyapa Allah dan terbuka atas sapaan Allah.
2. Pengertian Meditasi
Kata meditasi berasal dari bahasa Latin. Kata kerjanya adalah meditari. Meditari
berarti merenungkan secara mendalam, mempersiapkan, mempelajari, dan melatih diri. Kata benda meditatio menunjukkan proses usaha permenungan,
persiapan, latihan dan mempertimbangkan segala sisi dengan cermat Darmawijaya, 1999: 24. Griffiths 2011:7-8 mengartikan meditasi sebuah jalan yang dimaksudkan
11 untuk “melampaui” dunia yang kelihatan ini untuk masuk ke dalam diri kita ke dasar
diri kita yang kita sebut Allah. Seperti halnya dalam tradisi Kristiani bahwa memang meditasi dimaksudkan
berdoa dengan berpikir, membandingkan serta membangkitkan rasa-perasaan tentang kebenaran iman Heuken, 2005: 119. Dilihat dari pengertian di atas, kata meditasi
merupakan doa yang berusaha dengan pemusatan diri untuk bertemu dengan Allah sendiri.
Bermeditasi bukan saja merupakan kegiatan yang tidak sekedar demi kesehatan seperti halnya dengan latihan pernafasan. Dalam tradisi Kristiani dikenal
adanya doa batin. Dalam doa batin dilakukan dengan kegiatan merenungkan dan
memusatkan pikiran budi yang disebut meditasi KWI, 1996: 198. Dalam hal doa meditasi Youcat art. 504 mengatakan bahwa:
Dalam Meditasi, seorang Kristen mencari keheningan sedemikian rupa untuk mengalami keakraban dengan Allah dan untuk menemukan kedamaian dalam
hadirat-Nya. Ia mengharapkan pengalaman yang menyentuh dari kehadiran Allah, yang merupakan rahmat dari hasil teknik tanpa syarat. Rahmat itu tidak
muncul dari hasil teknik meditasi, namun sungguh dari kemurahan kasih Allah.
Berdasarkan uraian tentang meditasi di atas dapat dimengerti bahwa meditasi adalah merenungkan, memusatkan diri untuk melatih diri secara rileks dan menenangkan
pikiran sehingga dibiarkan untuk tenang dan terpusat. Dengan pengaturan nafas dapat dimaksudkan untuk “melampaui” dunia yang tidak kelihatan untuk masuk dalam diri
kita sehingga dapat mengalami kebersamaan dan perjumpaan dengan Allah.
12 3.
Sikap Badan Doa Meditasi
Kerinduaan akan kebersamaan dengan Tuhan tidak terbatas dalam jiwa tetapi juga dirasakan oleh tubuh ragawi. Hal ini terungkap dalam Kitab Mazmur yang
berbunyi: ”Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-
sorai kepada Allah yang hidup” Mzm 84: 3. Dalam hal ini tubuh fisik manusia ikut menentukan pengalaman akan perjumpaan dengan Tuhan melalui
doanya. Dalam hal sikap berdoa Mangunhardjana 1979: 7 menguraikan:
Kesatuan jiwa dan tubuh harus dicapai pada waktu kita berdoa. Sikap tubuh menyiapkan jiwa untuk berdoa. Sikap tubuh menyiapkan jiwa untuk
berdoa. Sikap jiwa tampak dalam sikap tubuh. Demikian dalam doa sendiri, jiwa dan tubuh bersatu dan saling mendukung.
Manusia memang terdiri dari jiwa dan tubuh. Maka kegiatan manusia juga berwajah dua: jiwa dan tubuh, bersifat badaniah dan rohaniah. Tetapi kalau
kita berdoa, kita dalam kesatuan diri kita. Diri kita yang utuh itulah yang kita hadapkan kepada Tuhan dalam doa.
Dalam hal mempersiapkan diri dalam berdoa sikap badan dianggap penting. Seperti halnya akan berdoa dalam meditasi, diperlukan sikap yang mendukung pemusatan
pada Allah sendiri. Keterbukaan hati, tanda kesungguhan, hormat dan berkonsentrasi saat berdoa
meditasi dapat nampak dalam sikap badan. Adapun sikap badan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sikap Padma
Pada sikap padma ini kita dapat duduk pada suatu bantal, kaki kanan terlipat pada paha kiri dan kaki kiri terlipat pada paha kanan. Kedua lutut menyentuh lantai;
dada dan kepala tegak. Sikap padma yang lengkap mungkin untuk beberapa orang
13 terlalu sukar; mereka dapat melakukan dengan cara duduk setengah padma; misalnya
pada kaki kiri saja yang dilipatkan atau diletakkan pada paha kanan. Terlebih untuk orang yang agak tua sikap ini tidak mungkin. Mereka dapat duduk bersila saja De
Rooy, 1980: 10.
b. Duduk Tumit
Duduk tumit ini dapat disebut juga duduk intan. Kita berlutut pada lantai atau bantal, lalu pantat diturunkan sampai duduk pada tumit, badan dan kepala tegak lurus.
Bagi orang tertentu yang tidak dapat duduk bertumit lebih baik menggunakan alat bantu bangku dingklik yang dapat dipakai sebagai bantal. Di negara-negara barat
para biarawan-biarawati biasanya dalam hal berdoa memakai alat duduk bangku sebagai alasnya De Rooy, 1980: 10.
c. Duduk Padma dengan Dingklik
Bagi mereka yang tidak dapat duduk seperti sikap padma maupun duduk di atas tumit, dapat dilakukan dengan bantuan alas dingklik atau kursi kecil biasa. Duduk
dengan cara demikian itu sama bergunanya dan lebih mudah untuk orang yang baru mulai atau bagi mereka yang sudah agak tua. Yang perlu diperhatikan ialah: kedua
lutut menyentuh permukaan lantai De Rooy, 1980: 10.
d. Berlutut
Setiap orang sudah mengenal sikap berlutut seperti biasanya dalam tatacara berliturgi. Dalam hal berlutut perlu memperhitungkan keseimbangan tubuh agar
terasa nyaman. Kita dapat berlutut langsung di lantai tanpa alas, dengan alas bantal atau pada bangku yang terdapat alas untuk berlutut, sementara tangan terlipat dan
diletakkan pada meja atau sandaran lain De Rooy, 1980: 11.
14
e. Berlutut dengan Kepala Tertunduk Lantai
Di dalam Kitab Suci juga dikenal cara berlutut lain: seperti berlutut pada lantai dengan dahi tertunduk hingga mengenai lantai. Seringkali kita baca dalam Kitab Suci
bahwa Musa atau orang lain merebahkan diri ketika berdoa. Sikap itu memang sukar dipakai untuk bermeditasi yang agak lama. Tetapi sikap itu membuktikan rasa
hormat yang besar dan kerendahan hati De Rooy, 1980: 11.
f. Berdiri
Bediri adalah sikap doa yang telah dipakai oleh segala jenis agama. Kita dapat menemukannya dalam Kitab Suci dan dalam liturgi. Sikap berdiri tegak itu dapat
dialami sebagai rasa ketetapan, keseimbangan dan rasa rileks. Sikap badan dalam hal berdoa dapat dengan cara kaki bertumpu pada lantai, betis dan paha rileks tanpa
ketegangan. Dalam sikap doa meditasi dengan berdiri dapat dilakukan dengan cara badan berdiri tegak, pinggang belakang tegap, bahunya tanpa ketegangan dan kepala
tegak. Sementara kedua tangan dapat diletakkan pada sisi kanan dan kiri badan, atau dilipat di depan dada, atau dilipat menyerupai salib di muka dada De Rooy, 1980:
11.
g. Duduk
Sikap duduk dapat dilakukan seperti cara orang Mesir yakni duduk dengan tegak lurus maupun duduk dengan rileks, terutama waktu meditasi dimana disekitar
kita ada meja. Dalam berdoa meditasi dapat didukung dengan alat-alat bantu seperti buku atau patung, bunga atau lilin yang diletakkan di atas meja De Rooy, 1980: 11.
15
h. Prosternasi
Sikap rebah prosternasi dapat mendukung untuk membantu mengarahkan seseorang dalam berdoa meditasi agar mengungkapkan sikap rendah hati di hadapan
Allah. Sikap rebah seperti selebran pada pembukaan upacara Jum’at Suci, atau pada upacara pentahbisan imam dan uskup, sedangkan kedua tangan terlipat di depan dada
De Rooy, 1980: 12.
i. Bergerak berjalan
Berjalan-jalan dengan tenang di alam terbuka atau di kebun dapat merupakan sikap yang baik untuk mencapai ketenangan hati De Rooy, 1980: 12.
4. Pengertian Hidup Rohani
Pertanyaan akan kehidupan sungguh banyak diantaranya mengenai kehidupan rohani. Dalam jurnal yang berjudul Hidup Rohani Kristiani: Buah Pergaulan dengan
Yesus Kristus Sad Budianto, 2010: 72 diungkapkan bahwa:
Hidup rohani adalah hidup konkrit yang didasarkan atas ajaran Gereja maupun Kitab Suci. Inti hidup rohani ialah bahwa seseorang menghayati apa yang
dipahaminya tentang iman Kristiani .... bahwa suatu hidup rohani adalah pengalaman pribadi bersama Yesus Kristus sendiri.
Uraian tersebut menegaskan bahwa hidup spiritual seseorang memanglah sebuah pengalaman bertemu dengan Allah sendiri. Allah adalah sumber hidup yang dicari
oleh manusia dalam hidup ini. Pengalaman hidup memiliki banyak aspek, salah satunya adalah pengalaman
untuk bertemu dengan Allah. Pencarian untuk bertemu dengan Allah akan menjadi
16 pencarian yang berat jika belum dapat tercapai. Apalagi bagi para mahasiswa-
mahasiswi Program studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang juga mempelajari lebih dalam akan Allah,
namun belum memiliki pengalaman bertemu dengan Allah. Padahal pengalaman bertemu dengan Allah diperlukan dan diprasyaratkan bagi para calon katekis sebagai
pewarta yang mewartakan kabar suka cita dari Allah sendiri. Sebagai pewarta dalam pencariannya untuk bertemu dengan Allah tentu akan
menghadapi banyak tantangan dalam dimensi kehidupan sehari-hari. Dinamika kehidupan ini yang diwarnai perkembangan arus globalisasi akan mendatangkan
banyak tantangan yang dapat mengalihkan pencarian akan Allah. Perkembangan dinamika kehidupan bahkan dapat menjadi ancaman bagi manusia dalam pencarian
akan Allah. Mengenai dampak modernisasi dan globalisasi menurut Magnis-Suseno
2012: 49 dikatakan sebagai berikut: Dampak modernisasi dan globalisasi dirasakan berbeda oleh masyarakat
sederhana dan masyarakat kelas menengah ke atas. Masyarakat sederhana kelas menengah ke bawah pada dasarnya terancam olehnya... Kehidupan
orang kecil di kota besar dikuasai oleh persaingan brutal demi survival of the fittest.
Akibatnya masyarakat cenderung cepat bertindak dengan memakai kekerasan.
Ditegaskan bahwa dampak perkembangan tersebut bukan saja dirasakan oleh pihak penguasa namun pihak bawah juga terkena dampaknya. Dalam menghadapi dampak
modernisasi dan globalisasi tidak jarang masyarakat bertindak dengan kekerasan untuk mempertahankan hidupnya.
17 Mengenai tantangan hidup beragama Iswarahadi 2013:53 mengatakan:
Tantangan hidup beragama, atau tepatnya hidup beriman di zaman ini sangat besar. Diantaranya ialah pluralisme, sekularisme, ateisme, dan invidualisme.
Sungguhpun demikian, kita tidak perlu takut. Roh Kudus akan mengajari bagaimana kita berbicara dan bersaksi. Sejalan dengan ajaran Yohanes Paulus
II, dan selalu bersikap waspada terhadap efek samping dari media, kita akan memanfaatkan media sebagai anugerah Tuhan.
Ungkapkan tersebut memberikan gambaran akan kekuatan karya Tuhan melalui Roh Kudus dalam mengahadapi berbagai tantangan kehidupan beragama saat ini.
Berkat limpahan Roh Kuduslah maka akan menjadi sebuah kekuatan hidup rohani bagi manusia. Hidup rohani adalah buah dari Roh Kudus yang telah
dicurahkan Kristus ke dalam hati kita Sad Budianto, 2010: 72. Kekuatan Roh Kudus yang merupakan rahmat kemurahan Allah tersebut perlu ditanggapi secara aktif dan
terbuka oleh manusia agar berdampak bagi kehidupannya.
5. Doa Meditasi dalam Penghayatan Hidup Rohani
a. Tujuan Doa Meditasi
Meditasi tentu memiliki tujuan tersendiri seperti yang diungkapkan oleh Widagdo 2003:22 bahwa: “...tujuan meditasi cara Buddha adalah kedamaian dan
kegembiraan, hidup dalam kedalaman diri.” Sedangkan dalam doa meditasi juga memiliki tujuan khusus yang tentu berbeda dengan meditasi secara umumnya. Dalam
tradisi Kristiani doa meditasi memiliki pengertian yang lain. Seperti yang dinyatakan oleh Griffiths 2010: 89 bahwasanya “tujuan meditasi Kristiani adalah untuk
18 bertemu dengan Kristus di kedalaman diri, tanpa perantaraan kata-kata atau pikiran,
tetapi melalui kehadiran Allah dalam Roh.”
Sikap mencari Allah dalam doa meditasi menjadi sikap aktif manusia untuk menyapa dan bertemu dengan Dia. Meditasi yang didasari oleh iman tentunya juga
memiliki tujuan bagi perkembangan iman. Meditasi iman-kepercayaan adalah usaha untuk mencapai kontak dengan Allah, sekaligus mencapai hubungan yang lebih erat
serta mendalam dengan sesama De Rooy, 1980: 6. Sama halnya dalam meditasi, doa juga bermaksud berkomunikasi dengan
Allah sendiri. Dalam doa, pengaturan nafas menjadi suatu bentuk persiapan yang akan mengantar menuju inti doa. Doa menjadi pertemuan dan pengalaman akan Allah
dalam hidup, yang aneka ragam suasananya dan sifatnya, seperti suasana gembira, takut, gentar, kagum dan cinta, hormat, percaya dan penyerahan.
Sering kali aktivitas doa hanya menjadi tindakan formalitas seseorang untuk memulai dan mengakhiri sesuatu kegiatan. Doa sesungguhnya bukan hanya sebagai
tindakan formalitas melainkan merupakan ungkapan kerinduan akan kekuatan Allah dalam hidup manusia. Dalam Youcat art. 470 diungkapkan bahwa:
Kita berdoa karena kita sangat rindu kepada Allah, dan Allah menciptakan kita untuk Diri-
Nya: “Hati kami gelisah sebelum beristirahat di dalam Engkau”: Santo Agustinus. Kita berdoa karena kita membutuhkan. Ibu
Teresa berkata: “Karena saya tidak dapat bersandar pada diri saya sendiri, saya bersandar pada Allah dua puluh empat jam sehari.
Santo Agustinus menegaskan bahwa ketika seseorang berdoa, ia mengungkapkan kerinduan untuk bertemu dengan Allah. Allah sendiri pada dasarnya selalu ada dan
19 menyertai kehidupan manusia. Namun, kerap kali manusia lari dari pada-Nya dan
bersembunyi, kadang juga mengingkari-Nya, sedangkan pada dasarnya Dia selalu ada untuk kita. Kehadiran-Nya tampak saat Dia mencari kita sebelum kita mencari-
Nya, Diapun merindukan kita dan tidak jarang memanggil kita kembali kejalan-Nya. Seperti halnya Soren dalam Youcat
2012: 265 mengatakan bahwa “Berdoa bukan berarti mendengarkan apa yang engkau ucapkan sendiri; berdoa berarti
mengheningkan diri dan menunggu sampai engkau mendengar Allah berbicara.” Sehingga dalam doa tentu kita perlu memberi waktu juga untuk mendengar apa yang
dimaui-Nya. Pada dasarnya doa meditasi merupakan doa yang diarahkan untuk mendengarkan kehendak Tuhan.
Dalam doa meditasi bukan banyaknya kata-kata yang terucap dalam doa tetapi bagaimana kita memberikan ruang untuk Allah juga berbicara. Georges Bernanos
dalam Youcat 2012: 265 mengatakan bahwa: “Tiba-tiba aku mengalami
keheningan. Pada inti keheningan, ada Dia yang Diri-Nya sendiri adalah keheningan, damai, dan ketenangan.” Keheningan saat berdoa sangat memungkinkan pengalaman
akan kehadiran Allah yang menyapa. Dalam sebuah penelitian ditemukan juga bahwa doa dapat memberikan
dampak positif dalam kesehatan diri. Penelitian yang dilakukan Miller TheHealthSite.com., profesor sekaligus direktur Clinical Psychology dan direktur
Spirituality Mind Body Institute di Teachers College, Columbia University mendapatkan bahwa:
Saat memetakan aktivitas dan struktur otak mereka menggunakan MRI, Lisa menemukan bahwa orang-orang yang menjunjung tinggi agama mereka dan
berdoa secara teratur memiliki korteks lebih tebal dibandingkan mereka yang tidak. Penipisan korteks, khususnya di bagian tertentu di otak merupakan
indikator semakin memburuknya kesehatan, terutama karena depresi. Korteks
20 lebih tebal mengindikasikan bahwa peluang orang tersebut menderita depresi
lebih kecil, sehingga menunjukkan bahwa doa dan kerohanian benar-benar menghasilkan beberapa manfaat luar biasa bagi otak manusia.
Penemuan tersebut tentunya menjadi masukan bagi tubuh untuk lebih menjadikan diri lebih baik. Doa tidak hanya berdampak bagi kesehatan jasmani akan tetapi juga
kesehatan rohani. Mendapatkan kesehatan rohani tentunya menjadi dambaan setiap manusia
dalam kehidupannya. Dalam hal kesehatan rohani, menjalani hidup rohanipun juga perlu diperhatikan seperti halnya Thomas Hidya Tjaya 2011:158 yang menyatakan
bahwa “..hidup rohani dapat dan semestinya menjadi landasan kehidupan kita.” Jika dianalogikan dalam sebuah bangunan rumah, hidup rohani merupakan fondasinya,
sementara aspek lainnya dibangun atas fondasi tersebut. Namun apabila kita meninggal, tiang atap roboh, tembok runtuh, tetapi fondasinya tetap kokoh, demikian
halnya menjadikan suatu penyadaran hidup dengan memiliki tujuan yang jelas, mampu membedakan yang sifatnya sementara dan mana yang abadi, mana yang
harus lebih diprioritaskan dan mana yang perlu direfleksikan, dan sebagainya. Melalui doa meditasi yang dilakukan dengan mendalami diri dan membuka
diri membatu mempermudah menemukan Allah dan membiarkan yang Ilahi menyatakan Diri-Nya Griffiths, 2010: 100. Kehadiran Allah menjadi suatu sarana
bagi kita menemukan suatu kegembiraan baru, bahkan dalam masa-masa sulit atau percobaan dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup kehidupan.
Tantangan dalam hidup sekarang sudah sangatlah kompleks. Dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup tentu tidaklah mudah untuk mengatasinya. Berdoa
merupakan jembatan untuk mereda masalah yang ada. Khususnya dalam berdoa
21 meditasi, menurut Freeman 2004: 50 bahwa cara berdoa ini dapat membantu orang-
orang modern untuk memperdalam hidup rohaninya. Terutama bagi orang-orang modern yang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya.
Dewasa ini, tantangan dalam diri seseorang timbul tidak hanya dari dalam diri tetapi juga dari luar diri. Tantangan dari luar tentunya perlu diatasi dari dalam diri
dengan memiliki hidup rohani yang kuat. Maka perlu disadarilah bahwa untuk lebih memperdalam hidup rohani seseorang, dibutuhkan peningkatan penghayatan hidup
rohaninya. Sebagai cara peningkatan penghayatan hidup rohani diperlukan jalan yang salah satunya dengan berdoa. Secara teristimewa ketika seseorang telah berdoa
meditasi tentunya akan mengenal buah-buah dari meditasi. Sehingga buah-buah dari doa meditasi dapat membantu peningkatan penghayatan hidup rohaninya dan
nantinya dapat dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya. Mengenai buah-buah dalam doa meditasi telah disampaikan oleh St. Paulus dengan nama ‘buah Roh’ yang
adalah: Kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri Gal 5:22.
Kasih merupakan buah keutamaan dari buah-buah Roh dan kasihlah yang memampukan seseorang menemukan kegembiraan dalam hidup untuk menghadapi
tantangan hidupnya. Buah-buah kegembiraan dalam doa meditasi yang didapat menurut Freeman 2004: 35-36 diuraikan sebagai berikut:
1. Sukacita mempunyai arti lebih dalam daripada hanya kesenangan dan
kebahagiaan. Ia ditemukan dalam pengalaman baru tentang hal-hal sederhana dan biasa dalam hidup.
22 2.
Kedamaian adalah karunia yang Yesus berikan kepada kita dalam Roh-Nya. Kedamaian tersebut adalah pancaran dari keharmonisan hubungan-Nya dengan
Bapa dan dengan seluruh ciptaan-Nya. 3.
Kesabaran adalah penyembuhan terhadap letupan-letupan rasa dongkol, kemarahan atau ketidaksabaran kita, dan segala cara yang kita lakukan untuk
menguasai dan memiliki orang lain. 4.
Keramahan adalah karunia untuk memperlakukan orang lain seperti diri kita sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain.
5. Kebaikan bukan ‘milik kita’, karena kita pada hakikatnya adalah baik, dan kodrat
manusiawi kita adalah ilahi, karena kita telah diciptakan oleh Allah dan karena Allah hidup di dalam kita.
6. Kesetiaan adalah karunia yang telah kita terima melalui disiplin bermeditasi setiap
hari. Agar setiap relasi kita menjadi hidup dan saling mencinta, penting bahwa kita memperdalam relasi kita dengan kesetiaan.
7. Kelemahlembutan adalah sikap tanpa kekerasan, terhadap orang lain dan juga
terhadap diri kita sendiri. 8.
Penguasaan diri adalah perlu kalau kita mau menikmati hidup dalam kebebasan. Inilah buah dari meditasi yang membuat perjalanan hidup kita seimbang di tengah-
tengah semua yang berlebihan. Buah-buah kegembiraan tersebut merupakan hasil yang diperoleh setelah berdoa
meditasi. Dari buah-buah tersebut diharapkan dapat menjadikan seseorang mampu
23 menjalani kehidupan di jaman modern saat ini. Sehingga pencarian akan Allah dapat
terbantu dengan pengamalan buah-buah meditasi terhadap sesama.
B. Unsur-unsur yang Mengembangkan para Mahasiswa dalam Menyiapkan