Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini bejudul PERANAN DOA MEDITASI BAGI

PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA

MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan peranan doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswi di Prodi IPPAK. IPPAK sebagai lembaga yang mendidik calon katekis dan guru agama sangat memperhatikan dan membina kehidupan rohani para mahasiswa. Maka, upaya yang dilakukan Prodi untuk mencapai hal tersebut ialah salah satunya dengan melatihkan doa meditasi. Namun, pada kenyataannya banyak dari para mahasiswa tidak menjalankan latihan doa meditasi di luar pembinaan spiritualitas. Mahasiswa cenderung sibuk dengan tugas-tugas dan tantangan untuk menyelesaikan masalah pribadi sehingga lupa untuk mengolah hidup rohaninya. Bertitik tolak pada kenyataan ini, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dan pendamping spiritualitas dalam proses meningkatkan penghayatan hidup rohani melalui doa meditasi.

Tujuan pokok dalam skripsi ini adalah mengetahui peranan doa meditasi yang telah mereka peroleh untuk menjadi bekal sebagai calon pewarta (katekis dan guru agama). Untuk mengkaji hal tersebut diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penulis mengumpulkan data dengan metode pendekatan deskriptif analitis didukung dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui pengalaman dan wawancara dengan 5 dosen pendamping spiritualitas dan 20 mahasiswa yang telah menjalani latihan doa meditasi pada mata kuliah spiritualitas.

Hasil akhir menunjukkan bahwa doa meditasi memiliki peranan untuk meningkatkan hidup rohani mahasiswa yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guna meningkatkan penghayatan hidup rohani mahasiswa maka penulis menawarkan panduan refleksi. Panduan refleksi diharapkan dapat membantu untuk membiasakan menemukan maksud Tuhan berupa buah-buah doa meditasi yang ditemukan setelah berdoa meditasi.


(2)

ABSTRACT

This small thesis entitles THE ROLE OF MEDITATION ON THE IMPROVEMENT OF SPIRITUAL LIFE OF STUDENTS OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA. This title has been chosen based on the curiosity of the role of meditation on the performance of spiritual life in IPPAK. Department of IPPAK as institution that educates prospective catechists and religion teachers is very attentive and nurtures the spiritual life of the students. Thus, the efforts made to achieve this department is to train prayer meditation. However, in reality many of the students do not practice meditation outside spirituality program. The students tend to be busy with the tasks and challenges to resolve personal problems so that they forget to cultivate spiritual life.

This paper is intended to help the students and spirituality lecturers in the process of increasing the spiritual life through meditation. The main objective of this small thesis was to determine the role of meditation that they have acquired to be equipped as a candidate of evangelizers (catechists and teachers of religion). To examine this it required accurate data. Therefore, the authors collected data with descriptive analytical approach supported by qualitative research. Data obtained through experience and interviews with lecturers of spirituality 5 and 20 students who have undergone training on the subject of meditation.

The final results showed that meditation has a role to improve the spiritual life of students who manifested in everyday life. In order to increase student of the spiritual life, the author offers a reflection guide. Reflection guide should help to familiarize discover God's purpose in the form of fruits found after meditation.


(3)

PERANAN DOA MEDITASI BAGI PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Fransisca Anida Dyan Kusuma NIM: 101124008

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

Skripsi ini saya persembahkan kepada yang tercinta: Agustinus Suyono & Canisia Martini,

Beatriks Christma Antari & Maria Graciela Wuri Nastiti, serta bagi semua pihak,

yang dengan caranya masing-masing

memotivasi dan mengarahkanku untuk terus berkembang menjadi pribadi yang lebih mencintai Tuhan melalui sesama.


(7)

v MOTTO


(8)

(9)

(10)

viii

Skripsi ini bejudul PERANAN DOA MEDITASI BAGI PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan peranan doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswi di Prodi IPPAK. IPPAK sebagai lembaga yang mendidik calon katekis dan guru agama sangat memperhatikan dan membina kehidupan rohani para mahasiswa. Maka, upaya yang dilakukan Prodi untuk mencapai hal tersebut ialah salah satunya dengan melatihkan doa meditasi. Namun, pada kenyataannya banyak dari para mahasiswa tidak menjalankan latihan doa meditasi di luar pembinaan spiritualitas. Mahasiswa cenderung sibuk dengan tugas-tugas dan tantangan untuk menyelesaikan masalah pribadi sehingga lupa untuk mengolah hidup rohaninya. Bertitik tolak pada kenyataan ini, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dan pendamping spiritualitas dalam proses meningkatkan penghayatan hidup rohani melalui doa meditasi.

Tujuan pokok dalam skripsi ini adalah mengetahui peranan doa meditasi yang telah mereka peroleh untuk menjadi bekal sebagai calon pewarta (katekis dan guru agama). Untuk mengkaji hal tersebut diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penulis mengumpulkan data dengan metode pendekatan deskriptif analitis didukung dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui pengalaman dan wawancara dengan 5 dosen pendamping spiritualitas dan 20 mahasiswa yang telah menjalani latihan doa meditasi pada mata kuliah spiritualitas.

Hasil akhir menunjukkan bahwa doa meditasi memiliki peranan untuk meningkatkan hidup rohani mahasiswa yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guna meningkatkan penghayatan hidup rohani mahasiswa maka penulis menawarkan panduan refleksi. Panduan refleksi diharapkan dapat membantu untuk membiasakan menemukan maksud Tuhan berupa buah-buah doa meditasi yang ditemukan setelah berdoa meditasi.


(11)

ix ABSTRACT

This small thesis entitles THE ROLE OF MEDITATION ON THE IMPROVEMENT OF SPIRITUAL LIFE OF STUDENTS OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA. This title has been chosen based on the curiosity of the role of meditation on the performance of spiritual life in IPPAK. Department of IPPAK as institution that educates prospective catechists and religion teachers is very attentive and nurtures the spiritual life of the students. Thus, the efforts made to achieve this department is to train prayer meditation. However, in reality many of the students do not practice meditation outside spirituality program. The students tend to be busy with the tasks and challenges to resolve personal problems so that they forget to cultivate spiritual life.

This paper is intended to help the students and spirituality lecturers in the process of increasing the spiritual life through meditation. The main objective of this small thesis was to determine the role of meditation that they have acquired to be equipped as a candidate of evangelizers (catechists and teachers of religion). To examine this it required accurate data. Therefore, the authors collected data with descriptive analytical approach supported by qualitative research. Data obtained through experience and interviews with lecturers of spirituality 5 and 20 students who have undergone training on the subject of meditation.

The final results showed that meditation has a role to improve the spiritual life of students who manifested in everyday life. In order to increase student of the spiritual life, the author offers a reflection guide. Reflection guide should help to familiarize discover God's purpose in the form of fruits found after meditation.


(12)

x

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN DOA MEDITASI BAGI PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI BAGI PARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.

Skripsi ini disusun berdasarkan kesadaran bahwa ketika berdoa meditasi akan memberikan dampak positif bagi perkembangan hidup rohani. Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) sebagai lembaga yang memperkembangkan hidup rohani mahasiswa mengupayakannya dengan diadakannya pendampingan spiritualitas berupa latihan berdoa meditasi. Penulis selama menyusun skripsi ini juga memberikan sumbangan masukan untuk dapat membantu pendampingan spiritualitas yang menggunakan doa meditasi sehingga semakin meningkatkan penghayatan hidup rohani sebagai calon pewarta (Katekis dan Guru Agama).

Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada:

1. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang selalu memberikan perhatian sepenuhnya dalam mendampingi penulisan skripsi ini, dan dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis dalam penyelesaiaan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum., selaku dosen penguji kedua dan sekaligus dosen wali yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di lembaga ini hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.


(13)

(14)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... ... xii

DAFTAR SINGKATAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penulisan ... 6

D.Manfaat Penulisan ... 6

E.Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. DOA MEDITASI TERHADAP PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI ..………... 9

A.Doa Meditasi dalam Hidup Rohani... 9

1. Pengertian Doa secara Umum ... 9

2. Pengertian Meditasi ... 10

3. Sikap Badan Doa Meditasi ... 12

4. Pengertian Hidup Rohani ... 15


(15)

xiii

B.Unsur-unsur yang mengembangkan para Mahasiswa IPPAK dalam

Menyiapkan Panggilan sebagai Pewarta ... 23

1. Panggilan sebagai Pewarta Iman ... 23

2. Spiritualitas Pewarta Iman ... 25

3. Kepribadian Pewarta Iman ... 31

BAB III. GAMBARAN SITUASI PENDAMPINGAN DOA MEDITASI MAHASISWA DI PRODI IPPAK ... 34

A.Gambaran Umum Prodi IPPAK... 34

1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK ... 34

2. Visi Misi Prodi IPPAK ... 35

3. Pendampingan Spiritualitas Mahasiswa IPPAK ... 36

B.Penelitian tentang Doa Meditas bagi Peningkatan Penghayatan Hidup Rohani Mahasiswa di Prodi IPPAK ... 37

1. Permasalahan Penelitian ... 37

2. Tujuan Penelitian ... 38

3. Variabel Penelitian ... 38

4. Manfaat Penelitian ... 39

5. Pendekatan Penelitian ... 39

6. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

7. Responden Penelitian ... 40

8. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41

9. Teknik Analisis Data... 42

C.Hasil Penelitian tentang Doa Meditasi sebagai Peningkatan Hidup Rohani Mahasiswa di Prodi IPPPAK ... 43

1. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 44

2. Rangkuman Hasil Penelitian dan Permasalahan yang Ditemukan ... 64

BAB IV. USULAN KEGIATAN UNTUK MENINGKATKAN PROGRAM PEMBINAAN SPIRITUALITAS MAHASISWA PRODI IPPAK ... 67

A. Latar Belakang Pemilihan Program ... 67


(16)

xiv

D. Manfaat Panduan Refleksi bagi Peningkatan Penghayatan Hidup

Rohani Mahasiswa ... 73

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 76

A.Simpulan ... 76

B.Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 82

Lampiran 1: Panduan Pertanyaan Wawancara... (1)

Lampiran 2: Rangkuman Hasil Wawancara... (2)

Lampiran 3: Transkrip Hasil Wawancara... (9)

DAFTAR TABEL Panduan Refleksi... 71


(17)

xv

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2005.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

C.Singkatan Lain

AKKI : Akademia Kateketik Katolik Indonesia Art. : Artikel

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Kan : Kanon

KWI :Konferensi Waligereja Indonesia

LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LR : Latihan Rohani


(18)

xvi

PTIP : Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan PTS : Perguruan Tinggi Swasta

PUSKAT : Pusat Kateketik R : Responden SJ : Serikat Jesus

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik TV : Televisi


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini, akan penulis jelaskan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika dalam penulisan.

A.LATAR BELAKANG

Doa pertama-tama dan terutama suatu pernyataan iman di hadapan Allah (KWI, 1996: 194), sama halnya seperti yang telah diingatkan St. Agustinus bahwa doa mempersiapkan kita untuk menerima karunia dari Tuhan yang ditawarkan kepada

kita: “...Allah Bapa kita tidak meminta kita untuk menunjukkan hasrat kita kepada

-Nya, karena kita pasti tidak akan menyadarinya. Akan tetapi Ia meminta, bahwa melalui doa, kemampuan kita untuk berhasrat kepada-Nya akan tumbuh.” (Letter to Probo, letter 130, 8, 15, CSEL 44,56-76). Demikian halnya melalui doa manusia menyatakan imannya kepada Allah menjadikan diri lebih siap dekat dengan-Nya.

Menjadi lebih dekat dengan-Nya di dunia ini menjadi suatu kerinduan tersendiri. Hal tersebut semakin terasa ketika seseorang mengalami permasalahan di dalam hidup, hal tersebut menjadi sebuah pemicu manusia mencari jawaban akan segala masalah tersebut. Tidak jarang berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan jawaban melalui Yang Kuasa. Ketika kedekatan itu sudah terasa maka tidak jarang segala permasalahan sedikit demi sedikit teratasi.


(20)

Lebih dekat dengan Allah sebagai seorang katekis oleh mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (prodi IPPAK) tentunya diperlukan. Kedekatan melalui doa tentunya akan membatu mengenal Allah dan mampu membantu umat lainnya mengenal Dia. Alangkah disayangkan ketika menjadi seorang katekis namun belum dekat dengan Allah sendiri. Karena pada dasarnya katekis adalah seorang Kristen dulu, baru ia menjadi katekis (Goopio, 1984: 07).

Sama seperti halnya lembaga pendidikan tersebut di atas yang menerapkan pengolahan hidup rohani para mahasiswa sebagai calon pewarta (katekis dan guru agama) melalui doa meditasi. Thomas Hidya Tjaya (2011: 65) menyatakan bahwa kebanyakan dari kita diperkenalkan kepada hidup rohani lewat agama kita masing-masing dengan cara berdoa dan kegiatan tertentu. Sekalipun memang menjadi tantangan banyak orang mengalami sulitnya untuk berdoa seperti halnya berdoa meditasi. Griffiths (2010: 18-19) menyatakan bahwa:

Bagi kebanyakan orang ketertarikan untuk menyelami kedalaman diri mereka hampir hilang. Ketertarikan untuk menyelami kedalaman diri sudah begitu kabur sehingga mereka tidak lagi menyadarinya. Secara khusus dalam dunia sekarang ini, dalam dunia yang mementingkan harta benda, orang telah kehilangan dimensi ini dalam kehidupan mereka. Mereka begitu sibuk dengan dunia di sekitar mereka dan begitu tenggelam ke dalam masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, kesenangan maupun penderitaan mereka, sehingga mereka tidak melampaui semua pengalaman duniawi. Mereka telah kehilangan keterbukaan terhadap Allah, terhadap yang transenden.

Menjalin hubungan dengan Allah sangatlah tidak mudah dengan segala tantangan yang ada saat ini. Faktor kesibukan dan sulitnya mengatasi permasalahan diri merupakan tantangan dalam permasalahan hidup yang perlu diatasi.


(21)

3 Doa merupakan tindakan positif serta baik dilakukan bagi orang beriman. Melalui doa seorang yang beriman dapat mengungkapkan harapan maupun kerinduannya pada Tuhan. Namun, tidak jarang ketika permohonan dalam doa nya tidak kunjung dikabulkan orang menjadi putus asa. Keputusasaan tersebut mengakibatkan dalam diri seseorang bersikap mengabaikan doa. Sehingga doa tidak menjadi prioritas dalam hidupnya.

Di lain pihak saat ini doa meditasi sudah mulai berkembang di berbagai kalangan. Banyak tempat-tempat dibangun sebagai sarana untuk meditasi seperti yoga. Meditasi merupakan bagian dari relaksasi, pengaturan napas yang berpengaruh pada pengendalian emosi (Budi Sardjono, 2012: 6). Sedangkan, Griffiths (2010: 25) menyatakan bahwa doa, meditasi, adalah cara untuk melampaui apa-apa yang tampak dan menyentuh kenyataan yang terdalam. Kenyataan itu adalah Allah sendiri yang selalu mewahyukan diri-Nya di balik apa yang tampak dan kelihatan. Melalui pengertian dari meditasi tersebut maka banyak kalangan menggunakan meditasi sebagai cara dalam membantu pengolahan diri terkhusus dalam hidup rohani manusia.

Dalam tradisi Kristiani diperkenalkan kembali oleh Pater John Main yang mengungkapkan bahwa doa meditasi adalah cara berdoa dari Yohanes Kasianus dan para petapa padang gurun dari abad keempat (Griffiths, 2010: 27). Pada masa itu para rahib mencari Allah di tengah kondisi berkecamuk di padang gurun dalam keheningan. Melalui keheningan Allah kembali dihadirkan dalam doa yang disebutkan doa meditasi.


(22)

Mahasiswa di prodi IPPAK juga mengalami berbagai kesibukan dengan berbagai tugas yang ada. Selama di kampus mereka tentu tidak hanya mempelajari hal-hal teori saja namun praktek pun dilakukan untuk menunjang teori. Melihat berbagai kesibukan di luar tugas kampus, masalah pribadi yang sering muncul serta dengan kegiatan lainnya menjadikan permasalah hidup semakin kompleks. Maka tidak heran jika para mahasiswa mengalami kejenuhan. Sebagai calon pewarta profesional mereka perlu menyikapi segala persoalan dengan sikap positif.

Bagi para mahasiswa di prodi IPPAK untuk menjadi seorang pewarta profesional diperlukan bimbingan untuk lebih dekat dengan Allah. Dalam Tradisi Kristiani, hal doa diberikan waktu tersendiri. Seperti halnya para mahasiswa di Program studi (prodi) IPPAK yang juga memberikan waktu dalam hal berdoa. Melalui mata kuliah Spiritualitas pada semester lima, bimbingan akan pengolahan hidup rohanipun diolah. Salah satu cara pengolahan hidup rohani oleh mahasiswa ialah dengan doa meditasi.

Para mahasiswa di Prodi IPPAK sangatlah beruntung dalam hal untuk menyikapi segala kejenuhan dan kepenatan yang mereka hadapi. Pada program mata kuliah Pembinaan Spiritualitas diberikan waktu untuk lebih mengalami kehadiran Allah agar lebih mampu memperkuat hidup rohani para mahasiswa. Salah satu materi yang dilatihkan dalam pembinaan Spritualitas adalah doa meditasi.

Menjadi sebuah permasalahan ketika doa meditasi dilakukan saat pembinaan Spiritualitas berlangsung dan ketika pembinaan Spiritualitas itu berakhir maka doa


(23)

5 meditasi pun tidak lagi dilakukan dalam kesehariannya. Mahasiswa dalam kesehariannya kembali disibukkan dengan tugas-tugas yang lain, sehinga mereka kurang menyadari menyapa Tuhan. Hal tersebut menjadikan para mahasiswa lebih cenderung tenggelam dalam kesibukan menyelesaikan tugas kuliah daripada hal lainnya seperti pengolahan hidup rohani melalui doa meditasi. Alangkah baiknya di luar pembinaan oleh pihak kampus, mahasiswa mau melaksanakan doa meditasi dan merasakan dampak dan manfaatnya bagi hidup mereka. Sehingga memampukan para mahasiswa semakin lebih mengalamai Allah sendiri di dalam dirinya.

Disamping untuk lebih menghadirkan Allah dan mengenal-Nya untuk kepentingan mewartakan Kerajaan Allah, doa meditasi dapat dilakukan agar membantu dalam penghayatan hidup rohani. Penghayatan rohani secara lebih khusus diperlukan oleh para mahasiswa di prodi IPPAK sebagai para calon guru agama Katolik dan katekis. Maka untuk dapat melihat kenyataan bagaimana peranan doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa di prodi IPPAK, penulis pun ingin mengambil judul: PERANAN DOA MEDITASI BAGI PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA MAHASISWA DI PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYKARATA.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:


(24)

2. Apa peranan doa meditasi terhadap penghayatan hidup rohani bagi para mahasiswa IPPAK?

3. Bagaimana penghayatan hidup rohani bagi para mahasiswa IPPAK sebagai calon guru agama dan katekis?

4. Bagaimana para mahasiswa menyikapi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam doa meditasi sebagai peningkatan penghayatan hidup rohaninya?

5. Apa usaha para mahasiswa IPPAK untuk meningkatkan penghayatan hidup rohani?

C.TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian doa meditasi dan penghayatan hidup rohani.

2. Mengetahui peranan doa meditasi terhadap penghayatan hidup rohani para mahasiswa IPPAK.

3. Mengetahui penghayatan hidup rohani para mahasiswa IPPAK sebagai calon guru agama dan katekis.

4. Membantu para mahasiswa IPPAK dalam menyikapi hambatan-hambatan dalam doa meditasi sebagai peningkatan penghayatan hidup rohani.

5. Mengetahui usaha para mahasiswa di Prodi IPPAK dalam meningkatkan hidup rohani.

D.MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulis mengenai peranan doa meditasi bagi penghayatan hidup rohani para mahasiswa IPPAK adalah sebagai berikut:


(25)

7 1. Bagi Lembaga IPPAK

Mendorong kepada Kepala Prodi IPPAK untuk tetap mengadakan pendampingan spiritualitas dengan menggunakan sarana doa meditasi bagi mahasiswa. Penulisan ini diharapkan mampu mendorong para sosen pendamping spiritualitas untuk terus mengupayakan pelatihan doa meditasi bagi para mahasiswa IPPAK selama pendampingan spiritualitas, terkhusus pada semester lima.

2. Bagi Para mahasiswa IPPAK

Memberikan masukan bahwa pembisaan berdoa meditasi dapat membantu untuk meningkatkan hidup rohani sebagai pewarta. Dengan demikian penulisan ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa untuk tekun dan membagikan pengalaman berdoa meditasi bagi umat lainnya.

3. Bagi Penulis

Menambah pemahaman akan pentingnya berdoa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani sebagai pewarta. Melalui doa meditasi dan pengalaman pembiasaan berdoa meditasi semakin memperkembangkan dan mendewasakan diri terlebih dari aspek emosional melalui buah-buah meditasi.

E.METODE PENULISAN

Penulisan menggunakan metode pendekatan deskriptif analitis didukung dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui pengalaman dan wawancara baik dengan dosen maupun mahasiswa untuk mendapatkan gambaran yang konkret dari pengalaman yang terjadi di prodi IPPAK.


(26)

F.SISTEMATIKA PENULISAN

Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam empat bab. Adapun perincian sebagai berikut:

BAB I: Bab ini berisi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: Bab ini menguraikan doa meditasi dalam hidup rohani yang meliputi tiga hal pokok: Doa Meditasi, Penghayatan Hidup Rohani, dan Hidup Rohani Para Mahasiswa IPPAK .

BAB III: Bab ini akan berisi penelitian mengenai pengaruh doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani bagi mahasiswa di Prodi IPPAK yang terbagi dalam dua pokok bahasan yaitu: gambaran umum Prodi IPPAK dan penelitian tentang metode doa meditasi di Prodi IPPAK, dan hasil penelitian tentang metode doa meditasi bagi para mahasiswa di Prodi IPPAK.

BAB IV: Bab ini berisi usulan kegiatan untuk meningkatkan program pembinaan spiritualitas mahasiswa IPPAK. Bab ini menguraikan latar belakang usulan kegiatan, tujuan program, format lembar refleksi, dan manfaat panduan refleksi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani mahasiswa.


(27)

BAB II

DOA MEDITASI TERHADAP PENINGKATAN

PENGHAYATAN HIDUP ROHANI

Bab II ini menguraikan doa meditasi dalam hidup rohani yang meliputi tiga hal pokok: Doa Meditasi, Penghayatan Hidup Rohani, dan Hidup Rohani Para Mahasiswa Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK). Uraian mengenai doa meditasi meliputi: pengertian secara umum, pengertian secara khusus, tujuan dan sikap badan. Uraian mengenai Hidup Rohani meliputi: pengertian, tujuan, panggilan sebagai pewarta, spiritualitas pewarta, dan kepribadian pewarta.

Memanjatkan doa merupakan wujud kerinduan akan sapaan Allah. Selain berkomunikasi dengan-Nya ternyata berdoa juga memiliki dampak tersendiri. Adapun cara untuk berdoa adalah : “...ada doa lisan, doa meditasi, dan doa

kontemplatif” (Youcat art. 500). Ketiga cara doa tersebut menyatukan kembali pikiran

dan hati setiap orang.” Pada bagian ini akan dijelaskan arti doa meditasi dan penghayatan hidup rohani.

A. Doa Meditasi dalam Hidup Rohani 1. Pengertian Doa secara Umum

Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Doa adalah cara kata cinta seorang anak kepada Bapanya (KWI, 1996:194). Namun, pengungkapan doa


(28)

tersebut tidak perlu dengan menggunakan banyak kata (Mat 6:7) meskipun kata-kata diperlukan sebagai pendukung dalam berdoa.

Darminta (1982: 42) juga mengungkapkan doa sebagai ungkapan normal dari cinta manusia kepada Allah. Melalui doa manusia mengungkapkan kerinduannya untuk hidup dalam hadirat Allah. Kerinduan itu tidak cukup hanya dengan berfikir terus tentang Allah. Tetapi yang lebih penting ialah “melaksanakan dengan penuh cinta kehendak Allah. Mengenal, mencintai dan melaksanakan kehendak Allah merupakan pokok hidup iman, harapan dan cinta”.

Seperti halnya Sr. Theresia Lisiux dalam Youcat (2012: 264) yang menyatakan bahwa “Doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah percobaan maupun kegembiraan.” Doa menjadi suatu ungkapan dari dalam hati yang sederhana sebagai bentuk syukur atas hidup yang masih didapat. Dari beberapa pengertian di atas dapat diperoleh pemahaman bahwa doa merupakan ungkapan secara natural yang menggambarkan kerinduan untuk menyapa Allah dan terbuka atas sapaan Allah.

2. Pengertian Meditasi

Kata meditasi berasal dari bahasa Latin. Kata kerjanya adalah meditari. Meditari berarti merenungkan secara mendalam, mempersiapkan, mempelajari, dan melatih diri. Kata benda meditatio menunjukkan proses usaha permenungan, persiapan, latihan dan mempertimbangkan segala sisi dengan cermat (Darmawijaya, 1999: 24). Griffiths (2011:7-8) mengartikan meditasi sebuah jalan yang dimaksudkan


(29)

11 untuk “melampaui” dunia yang kelihatan ini untuk masuk ke dalam diri kita ke dasar diri kita yang kita sebut Allah.

Seperti halnya dalam tradisi Kristiani bahwa memang meditasi dimaksudkan berdoa dengan berpikir, membandingkan serta membangkitkan rasa-perasaan tentang kebenaran iman (Heuken, 2005: 119). Dilihat dari pengertian di atas, kata meditasi merupakan doa yang berusaha dengan pemusatan diri untuk bertemu dengan Allah sendiri.

Bermeditasi bukan saja merupakan kegiatan yang tidak sekedar demi kesehatan seperti halnya dengan latihan pernafasan. Dalam tradisi Kristiani dikenal adanya doa batin. Dalam doa batin dilakukan dengan kegiatan merenungkan dan memusatkan pikiran budi yang disebut meditasi (KWI, 1996: 198).

Dalam hal doa meditasi Youcat (art. 504) mengatakan bahwa:

Dalam Meditasi, seorang Kristen mencari keheningan sedemikian rupa untuk mengalami keakraban dengan Allah dan untuk menemukan kedamaian dalam hadirat-Nya. Ia mengharapkan pengalaman yang menyentuh dari kehadiran Allah, yang merupakan rahmat dari hasil teknik tanpa syarat. Rahmat itu tidak muncul dari hasil teknik meditasi, namun sungguh dari kemurahan kasih Allah.

Berdasarkan uraian tentang meditasi di atas dapat dimengerti bahwa meditasi adalah merenungkan, memusatkan diri untuk melatih diri secara rileks dan menenangkan pikiran sehingga dibiarkan untuk tenang dan terpusat. Dengan pengaturan nafas dapat dimaksudkan untuk “melampaui” dunia yang tidak kelihatan untuk masuk dalam diri kita sehingga dapat mengalami kebersamaan dan perjumpaan dengan Allah.


(30)

3. Sikap Badan Doa Meditasi

Kerinduaan akan kebersamaan dengan Tuhan tidak terbatas dalam jiwa tetapi juga dirasakan oleh tubuh ragawi. Hal ini terungkap dalam Kitab Mazmur yang

berbunyi: ”Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan

dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup” (Mzm 84: 3). Dalam hal ini tubuh fisik manusia ikut menentukan pengalaman akan perjumpaan dengan Tuhan melalui doanya.

Dalam hal sikap berdoa Mangunhardjana (1979: 7) menguraikan:

Kesatuan jiwa dan tubuh harus dicapai pada waktu kita berdoa. Sikap tubuh menyiapkan jiwa untuk berdoa. Sikap tubuh menyiapkan jiwa untuk berdoa. Sikap jiwa tampak dalam sikap tubuh. Demikian dalam doa sendiri, jiwa dan tubuh bersatu dan saling mendukung.

Manusia memang terdiri dari jiwa dan tubuh. Maka kegiatan manusia juga berwajah dua: jiwa dan tubuh, bersifat badaniah dan rohaniah. Tetapi kalau kita berdoa, kita dalam kesatuan diri kita. Diri kita yang utuh itulah yang kita hadapkan kepada Tuhan dalam doa.

Dalam hal mempersiapkan diri dalam berdoa sikap badan dianggap penting. Seperti halnya akan berdoa dalam meditasi, diperlukan sikap yang mendukung pemusatan pada Allah sendiri.

Keterbukaan hati, tanda kesungguhan, hormat dan berkonsentrasi saat berdoa meditasi dapat nampak dalam sikap badan. Adapun sikap badan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Sikap Padma

Pada sikap padma ini kita dapat duduk pada suatu bantal, kaki kanan terlipat pada paha kiri dan kaki kiri terlipat pada paha kanan. Kedua lutut menyentuh lantai; dada dan kepala tegak. Sikap padma yang lengkap mungkin untuk beberapa orang


(31)

13 terlalu sukar; mereka dapat melakukan dengan cara duduk setengah padma; misalnya pada kaki kiri saja yang dilipatkan atau diletakkan pada paha kanan. Terlebih untuk orang yang agak tua sikap ini tidak mungkin. Mereka dapat duduk bersila saja (De Rooy, 1980: 10).

b. Duduk Tumit

Duduk tumit ini dapat disebut juga duduk intan. Kita berlutut pada lantai atau bantal, lalu pantat diturunkan sampai duduk pada tumit, badan dan kepala tegak lurus. Bagi orang tertentu yang tidak dapat duduk bertumit lebih baik menggunakan alat bantu bangku (dingklik) yang dapat dipakai sebagai bantal. Di negara-negara barat para biarawan-biarawati biasanya dalam hal berdoa memakai alat duduk bangku sebagai alasnya (De Rooy, 1980: 10).

c. Duduk Padma dengan Dingklik

Bagi mereka yang tidak dapat duduk seperti sikap padma maupun duduk di atas tumit, dapat dilakukan dengan bantuan alas dingklik atau kursi kecil biasa. Duduk dengan cara demikian itu sama bergunanya dan lebih mudah untuk orang yang baru mulai atau bagi mereka yang sudah agak tua. Yang perlu diperhatikan ialah: kedua lutut menyentuh permukaan lantai (De Rooy, 1980: 10).

d. Berlutut

Setiap orang sudah mengenal sikap berlutut seperti biasanya dalam tatacara berliturgi. Dalam hal berlutut perlu memperhitungkan keseimbangan tubuh agar terasa nyaman. Kita dapat berlutut langsung di lantai tanpa alas, dengan alas bantal atau pada bangku yang terdapat alas untuk berlutut, sementara tangan terlipat dan diletakkan pada meja atau sandaran lain (De Rooy, 1980: 11).


(32)

e. Berlutut dengan Kepala Tertunduk Lantai

Di dalam Kitab Suci juga dikenal cara berlutut lain: seperti berlutut pada lantai dengan dahi tertunduk hingga mengenai lantai. Seringkali kita baca dalam Kitab Suci bahwa Musa (atau orang lain) merebahkan diri ketika berdoa. Sikap itu memang sukar dipakai untuk bermeditasi yang agak lama. Tetapi sikap itu membuktikan rasa hormat yang besar dan kerendahan hati (De Rooy, 1980: 11).

f. Berdiri

Bediri adalah sikap doa yang telah dipakai oleh segala jenis agama. Kita dapat menemukannya dalam Kitab Suci dan dalam liturgi. Sikap berdiri tegak itu dapat dialami sebagai rasa ketetapan, keseimbangan dan rasa rileks. Sikap badan dalam hal berdoa dapat dengan cara kaki bertumpu pada lantai, betis dan paha rileks tanpa ketegangan. Dalam sikap doa meditasi dengan berdiri dapat dilakukan dengan cara badan berdiri tegak, pinggang belakang tegap, bahunya tanpa ketegangan dan kepala tegak. Sementara kedua tangan dapat diletakkan pada sisi kanan dan kiri badan, atau dilipat di depan dada, atau dilipat menyerupai salib di muka dada (De Rooy, 1980: 11).

g. Duduk

Sikap duduk dapat dilakukan seperti cara orang Mesir yakni duduk dengan tegak lurus maupun duduk dengan rileks, terutama waktu meditasi dimana disekitar kita ada meja. Dalam berdoa meditasi dapat didukung dengan alat-alat bantu seperti buku atau patung, bunga atau lilin yang diletakkan di atas meja (De Rooy, 1980: 11).


(33)

15 h. Prosternasi

Sikap rebah (prosternasi) dapat mendukung untuk membantu mengarahkan seseorang dalam berdoa meditasi agar mengungkapkan sikap rendah hati di hadapan Allah. Sikap rebah seperti selebran pada pembukaan upacara Jum’at Suci, atau pada upacara pentahbisan imam dan uskup, sedangkan kedua tangan terlipat di depan dada (De Rooy, 1980: 12).

i. Bergerak (berjalan)

Berjalan-jalan dengan tenang di alam terbuka atau di kebun dapat merupakan sikap yang baik untuk mencapai ketenangan hati (De Rooy, 1980: 12).

4. Pengertian Hidup Rohani

Pertanyaan akan kehidupan sungguh banyak diantaranya mengenai kehidupan rohani. Dalam jurnal yang berjudul Hidup Rohani Kristiani: Buah Pergaulan dengan Yesus Kristus (Sad Budianto, 2010: 72) diungkapkan bahwa:

Hidup rohani adalah hidup konkrit yang didasarkan atas ajaran Gereja maupun Kitab Suci. Inti hidup rohani ialah bahwa seseorang menghayati apa yang dipahaminya tentang iman Kristiani .... bahwa suatu hidup rohani adalah pengalaman pribadi bersama Yesus Kristus sendiri.

Uraian tersebut menegaskan bahwa hidup spiritual seseorang memanglah sebuah pengalaman bertemu dengan Allah sendiri. Allah adalah sumber hidup yang dicari oleh manusia dalam hidup ini.

Pengalaman hidup memiliki banyak aspek, salah satunya adalah pengalaman untuk bertemu dengan Allah. Pencarian untuk bertemu dengan Allah akan menjadi


(34)

pencarian yang berat jika belum dapat tercapai. Apalagi bagi para mahasiswa-mahasiswi Program studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik ( prodi IPPAK) Universitas Sanata Dharma yang juga mempelajari lebih dalam akan Allah, namun belum memiliki pengalaman bertemu dengan Allah. Padahal pengalaman bertemu dengan Allah diperlukan dan diprasyaratkan bagi para calon katekis sebagai pewarta yang mewartakan kabar suka cita dari Allah sendiri.

Sebagai pewarta dalam pencariannya untuk bertemu dengan Allah tentu akan menghadapi banyak tantangan dalam dimensi kehidupan sehari-hari. Dinamika kehidupan ini yang diwarnai perkembangan arus globalisasi akan mendatangkan banyak tantangan yang dapat mengalihkan pencarian akan Allah. Perkembangan dinamika kehidupan bahkan dapat menjadi ancaman bagi manusia dalam pencarian akan Allah.

Mengenai dampak modernisasi dan globalisasi menurut Magnis-Suseno (2012: 49) dikatakan sebagai berikut:

Dampak modernisasi dan globalisasi dirasakan berbeda oleh masyarakat sederhana dan masyarakat kelas menengah ke atas. Masyarakat sederhana (kelas menengah ke bawah) pada dasarnya terancam olehnya... Kehidupan orang kecil di kota besar dikuasai oleh persaingan brutal demi survival of the fittest. Akibatnya masyarakat cenderung cepat bertindak dengan memakai kekerasan.

Ditegaskan bahwa dampak perkembangan tersebut bukan saja dirasakan oleh pihak penguasa namun pihak bawah juga terkena dampaknya. Dalam menghadapi dampak modernisasi dan globalisasi tidak jarang masyarakat bertindak dengan kekerasan untuk mempertahankan hidupnya.


(35)

17 Mengenai tantangan hidup beragama Iswarahadi (2013:53) mengatakan:

Tantangan hidup beragama, atau tepatnya hidup beriman di zaman ini sangat besar. Diantaranya ialah pluralisme, sekularisme, ateisme, dan invidualisme. Sungguhpun demikian, kita tidak perlu takut. Roh Kudus akan mengajari bagaimana kita berbicara dan bersaksi. Sejalan dengan ajaran Yohanes Paulus II, dan selalu bersikap waspada terhadap efek samping dari media, kita akan memanfaatkan media sebagai anugerah Tuhan.

Ungkapkan tersebut memberikan gambaran akan kekuatan karya Tuhan melalui Roh Kudus dalam mengahadapi berbagai tantangan kehidupan beragama saat ini.

Berkat limpahan Roh Kuduslah maka akan menjadi sebuah kekuatan hidup rohani bagi manusia. Hidup rohani adalah buah dari Roh Kudus yang telah dicurahkan Kristus ke dalam hati kita (Sad Budianto, 2010: 72). Kekuatan Roh Kudus yang merupakan rahmat kemurahan Allah tersebut perlu ditanggapi secara aktif dan terbuka oleh manusia agar berdampak bagi kehidupannya.

5. Doa Meditasi dalam Penghayatan Hidup Rohani a. Tujuan Doa Meditasi

Meditasi tentu memiliki tujuan tersendiri seperti yang diungkapkan oleh

Widagdo (2003:22) bahwa: “...tujuan meditasi cara Buddha adalah kedamaian dan

kegembiraan, hidup dalam kedalaman diri.” Sedangkan dalam doa meditasi juga memiliki tujuan khusus yang tentu berbeda dengan meditasi secara umumnya. Dalam tradisi Kristiani doa meditasi memiliki pengertian yang lain. Seperti yang dinyatakan oleh Griffiths (2010: 89) bahwasanya “tujuan meditasi Kristiani adalah untuk


(36)

bertemu dengan Kristus di kedalaman diri, tanpa perantaraan kata-kata atau pikiran, tetapi melalui kehadiran Allah dalam Roh.”

Sikap mencari Allah dalam doa meditasi menjadi sikap aktif manusia untuk menyapa dan bertemu dengan Dia. Meditasi yang didasari oleh iman tentunya juga memiliki tujuan bagi perkembangan iman. Meditasi iman-kepercayaan adalah usaha untuk mencapai kontak dengan Allah, sekaligus mencapai hubungan yang lebih erat serta mendalam dengan sesama (De Rooy, 1980: 6).

Sama halnya dalam meditasi, doa juga bermaksud berkomunikasi dengan Allah sendiri. Dalam doa, pengaturan nafas menjadi suatu bentuk persiapan yang akan mengantar menuju inti doa. Doa menjadi pertemuan dan pengalaman akan Allah dalam hidup, yang aneka ragam suasananya dan sifatnya, seperti suasana gembira, takut, gentar, kagum dan cinta, hormat, percaya dan penyerahan.

Sering kali aktivitas doa hanya menjadi tindakan formalitas seseorang untuk memulai dan mengakhiri sesuatu kegiatan. Doa sesungguhnya bukan hanya sebagai tindakan formalitas melainkan merupakan ungkapan kerinduan akan kekuatan Allah dalam hidup manusia. Dalam Youcat (art. 470) diungkapkan bahwa:

Kita berdoa karena kita sangat rindu kepada Allah, dan Allah menciptakan kita untuk Diri-Nya: “Hati kami gelisah sebelum beristirahat di dalam Engkau”: (Santo Agustinus). Kita berdoa karena kita membutuhkan. Ibu Teresa berkata: “Karena saya tidak dapat bersandar pada diri saya sendiri, saya bersandar pada Allah dua puluh empat jam sehari.

Santo Agustinus menegaskan bahwa ketika seseorang berdoa, ia mengungkapkan kerinduan untuk bertemu dengan Allah. Allah sendiri pada dasarnya selalu ada dan


(37)

19 menyertai kehidupan manusia. Namun, kerap kali manusia lari dari pada-Nya dan bersembunyi, kadang juga mengingkari-Nya, sedangkan pada dasarnya Dia selalu ada untuk kita. Kehadiran-Nya tampak saat Dia mencari kita sebelum kita mencari-Nya, Diapun merindukan kita dan tidak jarang memanggil kita kembali kejalan-Nya. Seperti halnya Soren dalam Youcat (2012: 265) mengatakan bahwa “Berdoa bukan berarti mendengarkan apa yang engkau ucapkan sendiri; berdoa berarti mengheningkan diri dan menunggu sampai engkau mendengar Allah berbicara.” Sehingga dalam doa tentu kita perlu memberi waktu juga untuk mendengar apa yang dimaui-Nya. Pada dasarnya doa meditasi merupakan doa yang diarahkan untuk mendengarkan kehendak Tuhan.

Dalam doa meditasi bukan banyaknya kata-kata yang terucap dalam doa tetapi bagaimana kita memberikan ruang untuk Allah juga berbicara. Georges Bernanos dalam Youcat (2012: 265) mengatakan bahwa: “Tiba-tiba aku mengalami keheningan. Pada inti keheningan, ada Dia yang Diri-Nya sendiri adalah keheningan, damai, dan ketenangan.” Keheningan saat berdoa sangat memungkinkan pengalaman akan kehadiran Allah yang menyapa.

Dalam sebuah penelitian ditemukan juga bahwa doa dapat memberikan dampak positif dalam kesehatan diri. Penelitian yang dilakukan Miller (TheHealthSite.com.), profesor sekaligus direktur Clinical Psychology dan direktur Spirituality Mind Body Institute di Teachers College, Columbia University mendapatkan bahwa:

Saat memetakan aktivitas dan struktur otak mereka menggunakan MRI, Lisa menemukan bahwa orang-orang yang menjunjung tinggi agama mereka dan berdoa secara teratur memiliki korteks lebih tebal dibandingkan mereka yang tidak. Penipisan korteks, khususnya di bagian tertentu di otak merupakan indikator semakin memburuknya kesehatan, terutama karena depresi. Korteks


(38)

lebih tebal mengindikasikan bahwa peluang orang tersebut menderita depresi lebih kecil, sehingga menunjukkan bahwa doa dan kerohanian benar-benar menghasilkan beberapa manfaat luar biasa bagi otak manusia.

Penemuan tersebut tentunya menjadi masukan bagi tubuh untuk lebih menjadikan diri lebih baik. Doa tidak hanya berdampak bagi kesehatan jasmani akan tetapi juga kesehatan rohani.

Mendapatkan kesehatan rohani tentunya menjadi dambaan setiap manusia dalam kehidupannya. Dalam hal kesehatan rohani, menjalani hidup rohanipun juga perlu diperhatikan seperti halnya Thomas Hidya Tjaya (2011:158) yang menyatakan bahwa “..hidup rohani dapat dan semestinya menjadi landasan kehidupan kita.” Jika dianalogikan dalam sebuah bangunan rumah, hidup rohani merupakan fondasinya, sementara aspek lainnya dibangun atas fondasi tersebut. Namun apabila kita meninggal, tiang atap roboh, tembok runtuh, tetapi fondasinya tetap kokoh, demikian halnya menjadikan suatu penyadaran hidup dengan memiliki tujuan yang jelas, mampu membedakan yang sifatnya sementara dan mana yang abadi, mana yang harus lebih diprioritaskan dan mana yang perlu direfleksikan, dan sebagainya.

Melalui doa meditasi yang dilakukan dengan mendalami diri dan membuka diri membatu mempermudah menemukan Allah dan membiarkan yang Ilahi menyatakan Diri-Nya (Griffiths, 2010: 100). Kehadiran Allah menjadi suatu sarana bagi kita menemukan suatu kegembiraan baru, bahkan dalam masa-masa sulit atau percobaan dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup kehidupan. Tantangan dalam hidup sekarang sudah sangatlah kompleks. Dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup tentu tidaklah mudah untuk mengatasinya. Berdoa merupakan jembatan untuk mereda masalah yang ada. Khususnya dalam berdoa


(39)

21 meditasi, menurut Freeman (2004: 50) bahwa cara berdoa ini dapat membantu orang-orang modern untuk memperdalam hidup rohaninya. Terutama bagi orang-orang-orang-orang modern yang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya.

Dewasa ini, tantangan dalam diri seseorang timbul tidak hanya dari dalam diri tetapi juga dari luar diri. Tantangan dari luar tentunya perlu diatasi dari dalam diri dengan memiliki hidup rohani yang kuat. Maka perlu disadarilah bahwa untuk lebih memperdalam hidup rohani seseorang, dibutuhkan peningkatan penghayatan hidup rohaninya. Sebagai cara peningkatan penghayatan hidup rohani diperlukan jalan yang salah satunya dengan berdoa. Secara teristimewa ketika seseorang telah berdoa meditasi tentunya akan mengenal buah-buah dari meditasi. Sehingga buah-buah dari doa meditasi dapat membantu peningkatan penghayatan hidup rohaninya dan nantinya dapat dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya. Mengenai buah-buah dalam doa meditasi telah disampaikan oleh St. Paulus dengan nama ‘buah Roh’ yang adalah: Kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22).

Kasih merupakan buah keutamaan dari buah-buah Roh dan kasihlah yang memampukan seseorang menemukan kegembiraan dalam hidup untuk menghadapi tantangan hidupnya. Buah-buah kegembiraan dalam doa meditasi yang didapat menurut Freeman (2004: 35-36) diuraikan sebagai berikut:

1. Sukacita mempunyai arti lebih dalam daripada hanya kesenangan dan kebahagiaan. Ia ditemukan dalam pengalaman baru tentang hal-hal sederhana dan biasa dalam hidup.


(40)

2. Kedamaian adalah karunia yang Yesus berikan kepada kita dalam Roh-Nya. Kedamaian tersebut adalah pancaran dari keharmonisan hubungan-Nya dengan Bapa dan dengan seluruh ciptaan-Nya.

3. Kesabaran adalah penyembuhan terhadap letupan-letupan rasa dongkol, kemarahan atau ketidaksabaran kita, dan segala cara yang kita lakukan untuk menguasai dan memiliki orang lain.

4. Keramahan adalah karunia untuk memperlakukan orang lain seperti diri kita sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain.

5. Kebaikan bukan ‘milik kita’, karena kita pada hakikatnya adalah baik, dan kodrat

manusiawi kita adalah ilahi, karena kita telah diciptakan oleh Allah dan karena Allah hidup di dalam kita.

6. Kesetiaan adalah karunia yang telah kita terima melalui disiplin bermeditasi setiap hari. Agar setiap relasi kita menjadi hidup dan saling mencinta, penting bahwa kita memperdalam relasi kita dengan kesetiaan.

7. Kelemahlembutan adalah sikap tanpa kekerasan, terhadap orang lain dan juga terhadap diri kita sendiri.

8. Penguasaan diri adalah perlu kalau kita mau menikmati hidup dalam kebebasan. Inilah buah dari meditasi yang membuat perjalanan hidup kita seimbang di tengah-tengah semua yang berlebihan.

Buah-buah kegembiraan tersebut merupakan hasil yang diperoleh setelah berdoa meditasi. Dari buah-buah tersebut diharapkan dapat menjadikan seseorang mampu


(41)

23 menjalani kehidupan di jaman modern saat ini. Sehingga pencarian akan Allah dapat terbantu dengan pengamalan buah-buah meditasi terhadap sesama.

B. Unsur-unsur yang Mengembangkan para Mahasiswa dalam Menyiapkan Panggilan sebagai Pewarta

1. Panggilan sebagai Pewarta Iman

Panggilan menjadi pewarta iman merupakan tugas perutusan yang sudah diberikan oleh Yesus sendiri dengan bersabda: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan

kepadamu” (Mat 28: 19-20). Dari Sabda tersebut ditegaskan bahwa setiap orang yang

mengaku murid Yesus dikenakan tugas perutusan yakni mewartakan kabar gembira.

Tugas perutusan pewartaan tentunya akan lebih membantu mengembangkan hidup rohani umat secara lebih mendalam. Mengembangkan hidup rohani umat dapat dilakukan dengan mencari dan memilih cara komunikasi pewartaan yang dapat diterima umat. Berkomunikasi dalam hal iman dengan umat salah satunya dapat dilakukan dengan berkatekese. Berkatekese juga merupakan unsur terpenting dalam Gereja Katolik, seperti pada tahun 1997 telah Paus Paulus II tegaskan dalam Catechesi Trandendae (CT) mengenai kepentingan katekese “Katekese erat terkait dengan seluruh hidup Gereja. Katekese bukan hanya tentang penyebarluasan Gereja secara geografis dan pertumbuhannya, melainkan juga dan bahkan terutama


(42)

perkembangan hidup rohani umat selaras dengan rencana ilahi. Katekese sangat

menentukan semua itu” (CT art. 13).

Menurut Suhardiyanto (2012: 12) proses katekese kurang diminati umat

karena kegiatannya cenderung monoton dan proses penyajiannya hanya ‘begitu

-begitu saja’ sehingga membosankan. Perkembangan jaman dengan maraknya produk teknologi dan perkembangan dunia media sosial yang ada, memberikan tatangan bagi kegiatan pewartaan. Berbeda dengan umat dahulu yang menanggapi pertemuan katekese itu menjadi kegiatan yang menarik bagi umat, sedangkan sekarang sudah tergeser dengan hiburan dalam media televisi (TV).

Selain tantangan di atas katekis pun mengalami ketidaktertarikan dalam karya katekese karena bidang profesi sebagai katekis kurang menjanjikan secara ekonomis. Beberapa katekis yang sampai saat ini masih kurang terlibat di tengah umat juga menjadi hal yang memprihatinkan. Adapun beberapa alasan yang timbul sehingga katekis tidak terjamin secara ekonomis menurut Putranta (2012: 11) disebabkan karena dua hal: pertama, pastor tidak bersedia membayar katekis paroki secara khusus; kedua, katekis-katekis mulai minta gaji. Hingga sekarang dalam menanggapi tantangan tersebut secara de facto para katekis beralih kepada profesi guru agama. Alasan-alasan tersebutlah yang semakin membuat pewartaan iman memiliki tantangan secara kompleks untuk menjalani berbagai peran sebagai katekis di paroki maupun di sekolah.


(43)

25 Menjawab tantangan tersebut prodi IPPAK telah menanggapainya dengan menyiapkan mahasiswa-mahasiswinya sebagai calon katekis yang profesional dalam karyanya di sekolah (guru agama) maupun Gereja yang nantinya akan menjalankan tugas perutusannya. Mereka yang telah terpanggil untuk menjadi pewarta iman perlu disiapkan dan dikembangkan hidup rohaninya. Sehingga jika para calon pewarta berkarya dan semakin terkembangkan dalam hidup rohaninya, nantinya juga dapat membantu para umat lainnya mengembangkan iman mereka akan Allah.

Tugas pewartaan merupakan panggilan dari Allah melalui Roh-Nya yang menuntut kesediaan manusia untuk menanggapinya secara rohani. Konsekuensinya diperlukan kematangan hidup rohani (spiritualitas).

2. Spiritualitas Pewarta Iman

Kata spiritualitas ada hubungannya dengan kata Spirit atau Roh, yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan (Banawiratma, 1990: 57). Seperti halnya Indra Sanjaya (2011: 22) mengungkapkan Spiritualitas adalah cara bagaimana pengalaman kita akan Allah menentukan cara kita memandang dunia, dan juga cara kita berinteraksi dengan dunia. Ada beberapa definisi yang diungkapkan oleh Lalu (2009: 20) mengenai spiritualitas.

Hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan.

Hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih.

Usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara bertumpu pada iman akan Yesus Kristus.


(44)

Dari definisi di atas secara sederhana dapat dikatakan spiritualitas merupakan pengalaman seseorang beriman pada Allah yang mempengaruhi hidupnya karena mengikuti jejak-Nya dalam relasinya di tengah masyarakat. Segala bentuk sikap, perwujudan dan perbuatan-Nya dalam berelasi dengan sesama hendaknya dapat menjadi contoh bagi kita.

Spiritualitas menunjuk bentuk kehidupan rohani yang berlandaskan bimbingan Roh Kudus. Melalui pengertian spiritualitas dimaksudkan cara hidup para katekis sesuai tuntunan Roh Kudus dalam mengembangkan imam, harapan dan kasih pada pelayanan kepada Yesus Kristus. Spiritualitas katekis semestinya bersumber dari katekis sejati yakni Yesus Kristus yang diterapkan dalam keseharian. Seperti halnya dalam Kitab Suci dijelaskan bahwa kita mencari Kerajaan yang ada di tengah kita (Lukas 17: 20-21). Hubungan dengan Allah tentunya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam diri melalui kebersamaan dengan orang-orang di sekitar kita.

Menjadi seorang Katekis dapat diartikan sebagai umat beriman yang mendapatkan mandat mengajar dalam hal iman dan agama Katolik (Budi Purnomo, 2012: 5). Hal mengajar dalam diri katekis tentu dapat menjadi sosok yang memberikan pengaruh dalam membantu umat dalam pengembangan iman. Menjalankan tugas mengajar bukan saja tugas dari seorang katekis, namun mereka yang membantu untuk menjadi komunikator yang membawa saudara-saudarinya kepada Kristus atau memperkuat mereka dalam iman. Istilah katekis secara lebih luas juga dapat dikenakan bagi pastor-pastor, biarawan-biarawati, orang tua, guru-guru


(45)

27 dan setiap orang Kristen yang secara serius menghayati mengambil bagian dalam tugas profetis Kristus, yang diterima setiap orang Kristen dalam pembaptisannya (Kan. 759).

Katekis serta guru agama yang juga kaum awam merupakan sebuah panggilan yang dirumuskan dalam Konsili Vatikan II, mengenai tugas mengajar umat. Menurut konsili Vatikan II, tugas mengajar itu pertama-tama ada pada Uskup sebagai pengganti Para Rasul, lalu imam sebagai pembantu Uskup dan selanjutnya umat sebagai yang mendapat mandat untuk juga mengajar (LG art. 24-25). Hal tersebut merumuskan bahwa umat juga mendapat tugas untuk saling mengembangkan iman umatnya.

Seorang pewarta dalam menghadapi tugas mengajar membutuhkan spiritualitas yang kuat sebagai landasan kesaksian akan Allah. Menjadi saksi tentunya mampu mengandalkan Roh Kudus yang memberdayakannya. Berkat Roh seorang pewarta iman dalam tugas perutusannya mendasarkan sikap-sikapnya terhadap motivasi-motivasi sebagai berikut:

a. Sedia Diutus

Menjadi katekis serta guru agama merupakan panggilan oleh Allah yang sering dimengerti sebagai bentuk konsekuensi dari pembaptisan yang telah diterima. Selain itu para katekis juga sering hanya dianggap sebagai pembantu atau pelayan para imam. Akan tetapi menurut Sarjumanarsa (1982: 33) sebenarnya “katekis adalah


(46)

patner para imam dan biarawan-biarawati yang juga memeliki spiritualitas sedia diutus oleh Gereja.”

Kesediaan diutus oleh Gereja yang hidup dalam diri mereka pada dasarnya mengalir dari panggilan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus sendiri. Dimana pengalaman akan Yesus yang menjelma menjadi manusia, sungguh layaknya mereka yang juga telah dipersatukan dengan-Nya digerakkan untuk menjadi manusia yang layak seperti Yesus. Bukan saja menjadi cita-cita melainkan juga dapat terwujud nyata dalam kepribadiannya, keluarganya, maupun aspek hidupnya. Demikian pula seorang katekis dan guru agama sebagaimana patner Gereja dipanggil dalam kehidupan rohani yang khusus. Khususnya kehidupan doa, latihan rohani, pembacaan Kitab Suci dan devosi nampak menonjol (Sarjumunarsa, 1982: 33-34), perlu diungkapkan dalam keterlibatannya juga dalam pengutusan Gereja.

b. Semangat Menggereja

Menggereja dimaksudkan sebagai persekutuan hidup memasyarakat yang percaya akan Yesus Kristus (Sarjumunarsa, 1982: 34). Dimana tumbuhnya hidup menggereja tidak terlepas dari komunikasi pada persekutuan antar jemaat yang ada. Menurut Sarjumunarsa (1982: 34) diungkapkan bahwa “dilatarbelakangi pandangan tetang Gereja sebagai persekutuan dan komunikasi inilah spiritualitas katekis mendapat identitasnya.”

Secara khusus ketika tugas menjadi guru selesai tidak jarang mereka menjadi katekis dalam kesehariannya. Sebagai katekis yang dalam kesehariannya di lingkup


(47)

29 gereja tidak dapat terpisahkan dari tugasnya sehari-hari sebagai aktifis dalam kegiatan katekese. Seorang katekis perlu memiliki sikap komunikatif dalam tugas perutusannya dengan demikian dapat membantu umat dalam mengkomunikasikan imannya dalam proses pendampingan iman. Dalam Kis 2: 41-47 digambarkan bagaimana ciri khusus persaudaraan Kristen pada jemaat purba. Sehingga dalam mewujudkan komunikasi yang mendasar dapat ditandai oleh kehidupan rukun dan damai layaknya jemaat perdana.

c. Menjadi Murid

Kesediaan diri menjadi pengikut Kristus tentunya juga dapat menjalani ajaran-Nya. Salah satu ajaran Kristus adalah tentang sikap lemah lembut dan rendah hati (Matius 11: 29). Sikap itulah yang selayaknya dimiliki oleh seorang pewarta, yang terus belajar menjadi seorang murid dan bukan hanya sebagai pengajar.

Dalam Injil Lukas dikatakan: “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” (Luk 10:16). Sabda tersebut kembali menegaskan bahwasanya katekis adalah untusan yang dekat dengan Tuhan Yesus sendiri. Oleh sebab itu kepercayaan diri, keberanian, dan kesanggupan menanggung resiko karya tidak hanya tumbuh dari kekuatan sendiri melainkan didukung oleh Tuhan yang memanggilnya (Sarjumunarsa, 1982: 36).

Kedekatan sebagai murid Yesus tersebut dalam pengertian Kristiani dapat didasarkan pula melalui iman yang mendalam. Menurut Suharyo (2009: 118) beriman


(48)

berarti menjadi murid Yesus. Menjadi murid Yesus berarti menjadi alter Kristus, atau Kristus-Kristus kecil yang lain yang melanjutkan perutusan yang dilakukan oleh Yesus, yaitu mewartakan Kerajaan Allah.

d. Berakar dan Berbuah

Para pewarta yang terpanggil sebagai katekis maupun guru agama dikatakan berhasil tentunya memiliki kriteria tertentu, terlebih untuk melihat apakah sudah memiliki spiritualitas sesuai spiritualitas Gereja yang sesungguhnya. Menurut Sarjumunarsa (1982: 36) diungkapkan bahwa sebagai pewarta, akan berhasil jika mengembangkan spiritualitasnya dalam dua segi kehidupan Gereja, yaitu semakin berakarnya dan semakin berkembangnya Gereja dalam diri seseorang.

Berakarnya Gereja dapat pula dilihat dalam kehidupan Gereja dalam seluruh aspek kehidupan jemaat. Gereja menyatakan dirinya dalam segi kebudayaan, sosial, ekonomi, keagamaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat secara jelas juga oleh masyarakat bahwa tidak ada satu segi kehidupan yang tidak terjangkau oleh iman, sebab iman merupakan akar dari perkembangan Gereja di tengah aspek kehidupan masyarakat (Sarjumunarsa, 1982: 36-37). Iman yang semakin berakar tentunya akan berakar dan berbuah. Buah dari perkembangan iman dapat pula didukung dengan pendidikan iman yang terus menerus dari diri sendiri maupun orang lain.

Pendidikan iman tentunya tidak hanya berhenti pada pendidikan formal oleh guru agama di sekolah, melainkan perlu ditunjang oleh pendampingan iman lebih


(49)

31 lanjut dalam bentuk katekese. Untuk itu perlu dilakukan pembaharuan katekese. Dalam pembaharuan tersebut Heselaars menyatakan: “untuk memperbaharui katekese, janganlah mulai dengan para imam, melainkan mulailah dengan para katekis” (Putranta, 2012:11). Dari pernyataan ini jelaslah bahwa guru agama dan katekis memiliki peran dalam pembaharuan katekese bagi Gereja yang perlu tetap mendapat pembaharuan pengetahuan iman.

3. Kepribadian Pewarta Iman

Kepribadian dapat diartikan keseluruhan sikap, sifat dan watak, sehingga meliputi keseluruhan diri seseorang, termasuk seluruh kekuatan dan kelemahan, kecenderungan dan cita-cita serta bagaimana unsur itu diintegrasikan dan diselaraskan dalam diri seseorang dalam tindakan nyata (Lalu, 2009: 18). Semangat spiritualitas yang telah dihidupi melalui Roh Kudus perlulah diwujudnyatakan dalam kepribadian seorang pewarta sebagai wujud panggilan dari-Nya. Wujud nyata panggilan-Nya di dunia ini ialah menjadi katekis dan guru agama, namun bukan pertama-tama apa yang dihasilkannya dalam perbuatannya dalam cara ia mengajar, akan tetapi bagaimana eksistensinya menjadi nyata di dalam bahasa dan perilakunya sehari-hari. Adapun aspek-aspek kepribadian seorang pewarta yang perlu dihayati adalah:

a. Saksi Kristus

Sebagai seorang katekis kesaksian yang dilakukan dan diwartakan ialah kebijaksanaan Allah yang tersembunyi dan misterius, yang sebelum dunia dijadikan


(50)

telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita, yang tidak dikenal seorang penguasa dunia ini (Kamari, 1985: 4). Menjadi pewarta yang baik dalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud kesaksian. Betapa pentingnya kesaksian karena kita sudah diajak untuk bergabung dengan-Nya dan mengambil bagian dalam karya-Nya dan sikap iman selalu mengacu kepada kesetiaan Allah, yang tidak pernah akan tinggal diam saja (CT art. 15).

b. Kerendahan Hati Para Pelayan

Tugas katekis dan guru agama ialah bukan mengajarkan diri sendiri melainkan tentang Kristus dan pesan ajaran-Nya. Sesuai dengan pesan Paulus yang mengatakan: “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2Kor 4: 5). Perlulah dimengerti tugas sebagai saksi ketika mengajar yaitu hendaknyalah mewartakan Yesus bukan mewartakan diri pribadi katekis.

c. Bertanggungjawab sebagai Pewarta

Memiliki panggilan menjadi pewarta merupakan panggilan yang jarang orang dapat langsung menerimanya. Akan tetapi jika panggilan itu ditinggalkan dengan melarikan diri, tentu menjadi suatu yang dapat merugikan dirinya. Hal ini seperti yang terjadi pada Yunus (Yun. 1: 3) dalam Perjanjian Lama yang juga meninggalkan panggilannya. Ia melarikan diri dari tugasnya hingga pada akhirnya dia diundi dan dicampakkan ke dalam laut. Celakalah orang yang dipilih Allah menjadi pewartanya (namun) dan yang melarikan diri (Kamari, 1985: 18). Sikap bertanggung jawab akan


(51)

33 panggilan Allah akan mendatangkan keselamatan bagi dirinya dan juga bagi umat lain yang merindukan kabar keselamatan.

Menyadari beberapa hal di atas, sebagai wujud kedekatan dan kerinduan akan Allah maka seorang yang telah terpanggil khususnya menjadi seorang Katekis perlu memiliki kebiasaan menyapa dan disapa oleh Allah. Doa meditasi menjadi salah satu sarana membantu pribadi katekis untuk mengalami Yesus di dalam dirinya. Sebagai pengalaman bertemu dengan Allah di keheningan doa meditasi, terciptalah pemusatan diri kepada Allah yang menanti sapaan dari-Nya. Sapaan-Nya dalam doa meditasi diharapkan dapat membantu kita untuk lebih mengenal-Nya serta dapat mengingatkan kita dalam meningkatkan hidup rohani melalui buah-buah doa meditasi yang akan diperoleh. Buah-buah dari doa meditasipun akan sangat membantu katekis meningkatkan hidup rohaninya yang nantinya juga dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya. Terkhusus diharapkan para mahasiswa di prodi IPPAK yang telah menjalani doa meditasi dapat membagikan buah-buah tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga nantinya spiritualitas dan kepribadian para calon katekis dapat diperoleh dan membantu mereka menemukan Allah saat berdoa meditasi maupun setelah berdoa meditasi.


(52)

BAB III

GAMBARAN SITUASI PENDAMPINGAN DOA MEDITASI MAHASISWA DI PRODI IPPAK

Bab III menguraikan mengenai gambaran situasi pendampingan doa meditasi dan pengaruh doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (Prodi IPPAK). Bab ini dibagi dalam dua pokok bahasan yaitu: gambaran umum Prodi IPPAK dan penelitian tentang metode doa meditasi di Prodi IPPAK, dan peranannya bagi para mahasiswa di Prodi IPPAK. Uraian tentang gambaran umum Prodi IPPAK meliputi: sejarah singkat, visi misi dan pendampingan spiritualitas mahasiswa. Sementara itu mengenai penelitian tentang metode doa meditasi bagi mahasiswa di Prodi IPPAK terdiri atas: permasalahan penelitian, tujuan penelitian, variabel penelitian, manfaat penelitian, pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik dan analisis data dan keabsahan data. Sedangkan uraian hasil penelitian tentang pendampingan spiritualitas mahasiswa yaitu: hasil dan pembahasan penelitian dan rangkuman hasil penelitian serta permasalahan yang ditemukan.

A.Gambaran Umum Prodi IPPAK 1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK

Gambaran secara singkat sejarah dibangunnya Prodi IPPAK dipaparkan dalam Buku Panduan Program Studi IPPAK (2010: 1-3). Pada mulanya pada tahun


(53)

34 1959, Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI yang sekarang KWI) merencanakan usaha untuk menyusun “Katekismus” baru dan riset untuk kepentingan katekese. MAWI kemudian menyerahkan tugas tersebut kepada P. F. Heselaars SJ yang kemudian bekerjasama dengan P. C. Carry SJ. Maka pada tahun 1960, Serikat Yesus (SJ) mendirikan Pusat Kateketik (PUSKAT). PUSKAT yang telah didirikanpun mengadakan kegiatan antara lain: menerbitkan buku-buku, mengadakan penataran para guru dan ceramah-ceramah untuk kelompok kategorial lainnya.

Pada tangaal 1 Agustus 1962, SJ mendirikan Yayasan Akademi Kateketik Katolik Indonesia (AKKI) sebagai tanggapan akan kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik dapat memperlambat usaha memperbaharui katekese. Yayasan AKKI pun pada perkembangannya dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi kateketik dan disahkan dengan akte Notaris pada tanggal 3 April 1964. Selanjutnya pada 11 Mei 1965 AKKI memperoleh status terdaftar dari menteri PTIP dengan SK No. 108/B.Swt/P/65.

Bagi Sarjana Muda AKKI dapat melaksanakan ujian untuk pertama kalinya pada tahun 1966. Kemudian pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga. Hingga pada tanggal 31 Maret 1971 AKKI merubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya.

Proses perubahan jenjang dan program pendidikan beserta penataan kembali unit jurusan/program studi dengan status diakui di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V, DIY terjadi pada tahun 1984-1985. Melalui proses selama itu, Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya yang berawal dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program sarjana


(54)

satu (S1) dengan nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya (STFK Pradnyawidya).

STFK Pradnyawidya selanjutnya untuk menanggapi peraturan pemerintah dan kebutuhan para mahasiswa dalam hal peraturan bahwa hanya lulusan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memiliki akta mengajar dapat secara sah menjadi guru. Maka, STFK Pradnyawidya memerlukan jalur perubahan dengan merger cukup lama dengan FKIP Universitas Sanata Dharma. Hingga akhirnya berdasarkan SK Mendikbud No. 08/D/O/1995 tertanggal 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah nama menjadi Fakultas Pendidikan Agama (FIPA) Program studi Pendidikan Agama Katolik dengan status disamakan.

Pemerintah mengadakan ulang nama-nama program studi di lingkaran PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA berubah pada tahun 1999. perubahan FIPA menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” dan menjadi bagian FKIP USD.

2. Visi Misi Prodi IPPAK

Buku Panduan Prodi IPPAK (2010:4) mencantumkan mengenai visi dan misi lembaga ini, yaitu:

Visi


(55)

36 Misi

 Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang memasyarakat.

 Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat.

Melalui visi dan misi Prodi IPPAK dapat menjadikannya sebagai landasan untuk menjadikan lembaga pendidik dalam mengembangkan mahasiswanya dan membina para katekis dalam pencarian makna.

3. Pendampingan Spiritualitas Mahasiswa IPPAK

Pendampingan merupakan salah satu cara yang dilakukan Prodi IPPAK dalam proses pendidikan di IPPAK Universitas Sanata Dharma (USD). Pendampingan spiritualitas bagi calon katekis diperlukan untuk menolong mereka dalam memperkembangkan hidup rohaninya (Ariyanti, 2012: 42). Pedampingan spiritualitas yang dilakukan oleh Prodi IPPAK mencakup unsur-unsur akademik, sosial interpersonal, moral spiritual dan kemandirian pribadi.

Secara khusus di Prodi IPPAK diselenggarakan program pendampingan spiritualitas yang dikelola oleh koordinator Spiritualitas Prodi. Spiritualitas yang mau dikembangkan di Prodi IPPAK adalah mengacu pada Spritualitas Ignasian sebagaimana menjadi semangat di Universitas Sanata Dharma. Pendampingan Spritualitas di Prodi IPPAK dilaksanakan dalam bentuk dinamika latihan rohani.


(56)

Sebagaimana tercantum dalam Panduan Prodi IPPAK (2010: 19) arah pendampingan spiritualitas di prodi IPPAK adalah:

1. Mengembangkan kekaguman kepada realitas dunia yang secara hakiki mengungkapkan keagungan Penciptanya (kosmologi Kristiani – asas dan dasar LR, khususnya pembedaan tujuan dari sarana).

2. Mengembangkan kesadaran akan penyimpanan yang terus terjadi akibat kedosaan (misteri kedosaan-pembedaan Roh, LR, khususnya etos kerja).

3. Mendorong untuk terlibat khususnya di dalam proses penebusan yang terus berlangsung melalui disiplin ilmu yang ada (misteri penebusan – Panggilan Raja, LR, khususnya Etika Profesi).

4. Serta mendorong perkembangan diri yang selaras dengan realitas penciptaan tersebut, ialah semakin menjadi *men and women for/with others* (anthropologi Kristiani/alter christi contemplativus ad amorem/Kontemplasi untuk mendapatkan cinta, LR, khususnya pemaknaan hidup).

Pendampingan dalam latihan rohani itu dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa mengembangkan diri dalam segi kerohanian.

B.Penelitian tentang Doa Meditasi bagi Peningkatan Penghayatan Hidup Rohani Mahasiswa di Prodi IPPAK

1. Permasalahan Penelitian

a. Bagaimana penghayatan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai calon guru dan katekis?


(1)

(63)

penghayatan hidup rohani. Jadi, itu bareng, hidup kita tumbuh berkembeng bersamaan dengan berkembangnya mutu doa. Ketika perkembangannya itu , ketika kita memperkembangkan doa disitu hidup kita berkembang, bukan kok ini doanya dulu baru ini, bukan begitu. Ketika kita memperbaiki, meningkatkan mutu doa, maka disitu hidup kita sudah mulai tumbuh berkembang.

Q : Sepengalaman anda ketika membantu meningkatkan hidup doa melalui meditasi, apakah anda menemukan kendala yang mungkin anda alami untuk mereka atau anda temuka juga yang dihadapi oleh peserta dalam berlatih doa meditasi?

R : Banyak ya, jadi itu seperti misalnya tidak fokus, bahasa jawanya

pikirane nglambran, kemana-mana. Dengan latihan penyadaran orang

“ayuk dibaca tuntunan Romo Tony,“ cara mengatasinya bagimana? diikiti.

Ada petunjuk-petunjuk di dalam pelatihan doa sadhana itu, oh itu kendala yang dihadapi, bagaimana mengatasinya? itu dilatihkan. Nah, itu lalu tentu ini kendala praktis. Namun kendala juga ada yang lebih sulit dari itu, yaitu istilahnya paradima, suatu sikap, suatu asumsi dasar, e yang perlu berdoa itu kan perlu kan biar suster-suster romo-romo, buder itu, awam itu ah secukupnya ajalah. Nah ini kan paradigma yang keliru, doa itu bukan hanya penting untuk para romo, biarawan dan biarawati tetapi doa itu penting untuk semua orang beriman. Maka, adaperlu koreksi-koreksi sikap, koreksi anggapan, koreksi paradigma, bahwa awam itu gak usah doa sehebat para romo, para suster, yang berdoa mereka-mereka saja, kita kan awam. Ini kan anggapan yang keliru, jadi doa itu penting untuk siapa saja yang hendak membangun hidup sebagai hidup rohani. Maka, dalam pendampingan ya pelan-pelan dan ini seiring dengan berkembangnya kesadaran akan hidup kita itu nanti kesungguhan orang dalam berdoa juga gak akan tumbuh berkembang. Begini, ketika orang sudah mulai menghayati peran sosialnya, sudah mulai “saya ini stud di IPPAK, aku nanti akan menjadi pendamping, murid-murid, pendmaping jemaat” antara lain di dalam doa bersama,dalam rekoleksi, dalam retret. Disitu saya juga akan mensharingkan doa batin, melatihkan doa batin, yang akan memperkaya hidup. Ketika saya sadar akan tanda kutip beban sebagai tanggung jawab saya, maka saya akan lebih bersungguh-sungguh menjalani latihan, karena kalau saya berhasil menjalani latihan ini yang diuntungkan tidak hanya diriku, tapi juga orang-orang yang dipercayakan kepada saya di dalam pelayanan. Nah, itu kebahagiaan pelayan, kebahagianan guru ketika orang itu menemukan makna doa kekayaan doa karena layanan saya. Kan gak lucu ketika saya hobi sambel, kalau akau

nyambel pedes, gak lucu kalau nikmatnya sambel yang pedas hanya diceritakan harus disuguhkan. Rasakan sendiri dan kamu merasa pedesnya. Nah disitu, ketika orang menemukan itu, sekarang ketika saya berlatih ibaratnya membuat sambal itu saya sadar tidak hanya untuk diri saya tapi untuk banyak orang maka ini bagian hidup rohani mahasiswa itu adalah dimensi pelayanan. Ketika aku latihan itu saya sadar aku latihan bukan untuk akau sendiri, nanti kalau aku retret memperkembangkan orang, rekoleksi memperkembangkan orang, nanti ajak murid-murid itu jam dua belas itu kita berhenti dulu doa Angelus. Bagaimana ini tidak menjadi seremoni saja, ritual saja, tp menjadi saat-saat momenr-moment penting


(2)

(64)

dalam hidup orang yang akan sejenak untuk tenang, hidupnya menjadi jernih dan kembali ke hal yang benar atau dunung. Nah ini maka hidup orang terarah lagi untuk kekudangan bahasa jawa “ Tak lelo lelo le dong

juga ini kan “dadio wanita utama” kan cita-citanya itu hidup yang luhur, mulai, agung, itu kan cita-cita semua orang. Nah kalau pakai gamelan itu

“Nang neng nong gong”, gongnya itu hidup yang agung, luhur

mulia,ketika kita nanti dilatihkan juga dalam doa ini ketika aku nanti meninggal itu kata-kata seperti apa yang ingin saya dengar dan seperti apa cocok dengan diri kita. Tapi kalau diukur tenanan seberapa jauh mahasiswa ketika durung latihan doa dengan sesudah latihan doa, saya belum pernah meneliti. Saya tahunya dari latihan itu, untkapan-ungkapan sharing itu, ya ada kemajuan.

Q : Saran bapak untuk membantu meningkatkan hidup rohani mahasiswa? R : Kembali keungkapan bahasa jawa “ngelmu iku kalakone kanthi laku”

segala yang dilatihkan itu tidak akan berguna kalau tidak dijalankan. Intinya itu dan karena kita itu pada fase latihan belum ahli maka bergurur pada yang sudah maju, nah dalam hal ini kita kan sepakat untuk doa batin doa meditasi ini kita berguru pada romo Antony De Melo. Maka buku sadhana menjadi pegangan, itu dibaca diikuti, dipegang untuk menilai, dijalani dengan istilahnya harus bersungguh-sungguh. Ini bukan lebih-lebih untuk, karena ini nol SKS sehingga tidak ada ujian tidak ada prestasi yang dinilai tapi ini sesuatu yang bernilai untuk hidupku dan pelayanan maka kesungguhan untuk ini yang akan , kesungguhan menjalani, kesungguhan melihat kembali, melihat kekurangannya melihat perkembangan, latihan lagi latihan lagi dan ini saya kira itu kuncinya bukan karena ini soal rasa soal feeling , kepekaan, soal batin daya-daya

batin, nanti apa lagi akan apa yang disebut romo Antony De Melo, “Prana”

daya rohani untuk mengenal Tuhan tidak dengan otak kepala tapi dengan batin kita, nah itu dilatih. Nah ini kan bukan bahan kuliah ini bahan “laku” dalam bahasa jawanya, lakukan. Kalau tidak dilakukan orang tidak bisa. Kuncinya itu, nah hanya keprihatinanya ketika rom Ruky, saya, Pak Dapi

bertanya “gimana minggu ini siapa yang latihan secara pribadi?” itu kecil

sekali presentasinya, iya memang mereka jujur, tetapi kejujuran saja itu kan tidak memperkembangkan. Misalnya sekarang sekitar tiga puluh mahasiswa itu tidak lebih dari sepuluh orang yang latihan, memprihatinkan memang. Kalau kami mulai kuliah entah pak Dapi, Romo Ruky, entah

saya bertanya “yuk dari minggu lalu siapa yang melatihkanseminggu ini?”

lalu jujur saja diungkapkan yang iya maupun tidak. Beberapa teman mengangkat jari bahwa latihan. Dari enam puluh orang paling sekitar tuju sampai sepuluh orang dari biarawati dan termasuk awam juga. Tapi memang yang dominan biarawan-biarawati karena mereka sudah cukup terlatih lalu awam beberapa memang satu dua tiga, tapi sebagaian besar malu-malu, ini kalau diteruskan malu-maluin kan. Kita kan pendamping pendidikan imankalau kita sendiri tidak peka akan tumbuh kembangnya iman yang terjadi pada diriku sendiri, ya pye? ya nanti apa kita bisa mendampingi orang kalau rasa iman tumbuh berkembangnya iman tidak saya rasakan sendiri seperti mobah musikke, bergeraknya dinamikanya tidak saya kenali bagaimana saya mengenali dinamika orang lain. Kalau aku durung ngalakoni tapi aku ngaltihke itu kan lucu. Nah itu, jadi kalau


(3)

(65)

kita mengajarkan sesuatu, mepromosikan sesuatu, menawarkan sesuatu, kan memang yang sudah saya alami sendiri nilai itu gitu lho. Kepekaan kalau mengetahui orang tidur itu didapat ketika orang sering latihan, dan


(4)

(66) Wawancara 24

Status : Dosen, Responden 24 (R 24), Tanggal : 03 Desember 2015

Q : Apa keterlibatan anda selama pendampingan spiritualitas di semester lima?

R : Keterlibatannya sebagai pendamping dari awal semester sampai akhir semester.

Q : Kalau dari kegiatan spiritualitas melalui doa meditasi, apakah anda mengetahui perkembangan hidup rohani mahasiswa?

R : Ya, sejauh tidak di sharingkan ya ndak tahu.

Q : Sejauh ini apakah anda menangkap beberapa hal mengenai perkembangan hidup rohani mahasiswa?

R : Sejauh di sharingkan, masih banyak yang sulit dan itu to. Itu kan, namanya hidup rohani itu ndak bisa kelihatan dari luar yang tahukan masing-masing. Nah orang dari pihak luar tahu kalau, dia mau sharing. Nah, yang sharing kan terbatas itu. Tapi kalau dia ndak sering ya orang tidak tahu, apakah dia berkembang atau tidak. Hidup rohani itu kan sangat luas apa yang dimaksud dengan hidup rohani, kalau hidup doa mungkin terbatas ya, doanya berkembang ndak, kemampuan berdoa meditasi. Kalau bicara tentang hidup rohani itu kan luas sekali. Maka hidup rohani yang tahu masing-masing, kan begitu. Kalau orang tidak cerita ya ndak akan tahu.

Q : Apakah selama ini ada yang bercerita mengenai hidup rohani mereka dalam pendampingan?

R : Ya kalau pendampingan yang semester lima itu hanya soal doa, bukan

hidup rohani. Jadi dia sharing ‘oh saya ini, doa ini berhasil, meditasi saya,

itu tadi begini-begini, begitu’ tidak bicara soal hidup rohani. Hidup rohani itu lebih luas dari doa yang meditasi, doa yang. Kami ketahui ya sejauh bagaimana mereka mengembangkan doa batin itu, kan yang dilatihkan ada macem-macem. Ya itu yang di sahringkan, kalau hidup rohani ya ndak tahu.

Q : Selama pendampingan yang anda lakukan beberapa kali, apakah anda menjumpai kendala yang mereka hadapi ketika melakukan doa meditasi? R : Ya, kendala sejauh mereka sharingkan. Nah artinya ada yang ndak siap,

ada yang apa? ya memang itu perlu latihan, masih gagal. Ya saya rasa kendala dari faktor interal. Kalau eksternal ya tergantung apa yang dialakukan. Ya saya kira itu.

Q : Apa yang bisa ditingkatkan lagi dengan doa meditasi untuk membantu mereka (mahasiswa IPPAK) lebih meningkatkan penghayatan hidup rohaninya?

R :Ya kalau saran, saya tidak bicara soal hidup rohani tapi kalau dalam kaitan dengan doa ya sarannya masing-masing mau berlatih itu saja. Karena di kelas kan terbatas, kalau mereka sendiri ndak berlatih ya ndak


(5)

(67)

ada artinya . Saya kira itu. Karena itu kuncinya ada pada latihan. Kalau hanya terbatas di kelas yang seratus menit ya, saya kira sedikit sekali artinya. Tapi kalau mau melatih mengembangkannya akan banyak berhasil.

Q : Sejauh ini, saya mendengar bahwa semester lima saat ini mereka doa meditasi secara bersama-sama, apakah itu ada perbedaanya dengan dibagi per kelompok ? Apakah pertimbangannya?

R : Ya perimbangannya dulu kan ada yang awam itu kan mungkin belum banyak pengalaman bahkan ada yang belum pernah tahu. Kalau biawaran-biarawati kan sudah pernah. Kalau nanti biarawan-biawaran-biarawati dicampur awam nanti harus dipisah. Mungkin itu pertimbangannya. Tapi selama ini ya berikut-berikutnya itu yang koordinator kan romo Ruki. Jadi ya kalau saya sih, apa ya, perbedaan hasil ya tidak di cek karena tidak pernah di cek. Sejauh yang disharingkan saja kan begitu. Kelompok saya yang tidak saya dampingi kan saya juga tidak tahu juga. Ya saya kira keuntungannya kalau di bagi yang biarawan-biarawati yang pernah latihan itu bisa lebih, yang awam bisa sesuai dengan kondisi masing-masing, tapi kalau bersama juga ada untungnya kan, yang berhasil bisa sharing yang sudah pengalaman bisa sharing dengan yang belum pengalaman. Jadi ada sisi yang plus minusnya.


(6)

(68) Wawancara 25

Status : Dosen, Responden 25 (R 25), Tanggal : 05 Desember 2015 Q : Bagaimana perkembangan spiritualitas di kampus IPPAK?

R : Ya semuanya mau mengarahkan para mahasiswa supaya bisa menghayati spiritualitas khususnya ya spiritualitas Ignasian berdasarkan paradigma pedagogi Ignasian itu sehingga para mahasiswa semakin bisa menghayati panggilan mereka sebagai pewarta, katekis yang ikut serta bertanggung jawab mewartakan kabar gembira kepada umat begitu ya. Jadi, bisa menyadari perannya sebagai pewarta sekaligus juga bisa menyadari penyertaan Tuhan di dalam hidup sehari-hari gitu ya.

Q : Sedangkan untuk semester lima, tujuan spiritualitas itu mengarah kepada apa?

R : Semester lima itu mengajak mereka untuk semakin bisa berdoa dan juga semakin bisa memahami ibadat-ibadat. Yang nantinya akan menjadi tugas mereka sebagai petugas ibadat.

Q : Berdasarkan hal tersebut, mengapa di awal semester ganjil (semseter lima) dipilih meditasi?

R : Ya kan jelas bahwa berdoa meditasi lalu orang diajak untuk belajar berdoa lalu harapanya supaya lebih bisa berdoa lalu nanti bisa mengajarkan cara berdoa kepada umat.

Q : Sedangkan kendala apa yang anda alami bersama dosen pendamping lainnya seperti apa khususnya saat berlatih doa meditasi?

R : Ya banyak yang tidak aktif lalu banyak yang tidak mempraktekkan di rumah, hanya sebatas di kelas dan tentu saja itu sangat minim dan sangat terbatas dan hasilnya lalu sangat minim ya.

Q : Upaya yang selama ini anda lakukan saat pendampingan dari angkatan 2010 sampai angkatan semsester sekarang untuk meningkatkan program pendampingan spiritualitas khususnya yang semester lima melalui doa meditasi?

R : Ya dengan cara variasi, lalu untuk pelatihan sifatnya sendiri, lalu mendorong mereka untuk berlatih di rumah tapi pada akhirnya memang tergantung pada masing-masing pribadi yang mau berusaha tau tidak. Lalu pada akhirnya diserahkan pada pribadi tanggung jawab pribadi, sehingga memang lalu ya hasilnya ya tergantung mereka pada akhirnya gitu.

Q : Apa saran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup rohaninya bagi mereka khususnya melalui doa meditasi?

R : Ya hanya memang supaya mereka berlatih setiap hari berdoa setiap hari lalu dan ya mencoba untuk tidak putus asa belum berhasil dan seterusnya.


Dokumen yang terkait

Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis.

1 36 153

Doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 15 132

Pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2009-2012.

0 5 141

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 20

0 2 109

Retret model shared christian praxis sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD

0 3 197

Pengaruh penghayatan sakramen tobat terhadap penghayatan tugas pewartaan mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 138

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230

Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 20

0 1 107