Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 20

(1)

i

PERANAN PERENCANAAN PENGAJARAN BAGI PELAKSANAAN MENGAJAR MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN

(PPL) PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) PENDIDIKAN MENENGAH PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (IPPAK) SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2012/2013

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Anne Dian Pertiwi NIM : 081124009

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan KasihNya yang luar biasa selalu memberi inspirasi dan jalan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Orangtua dan keluargaku tercinta yang selalu memberikan dorongan meraih pendidikan dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Bp. Matius Cahyadi yang selalu memberikan dukungan moral dan material dalam menyelesaikan studi saya.

Teman-teman yang selalu mendukung dan menyemangati penulis serta memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

v MOTTO

“ Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya”.


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

Skripsi dengan judul PERANAN PERENCANAAN PENGAJARAN BAGI PELAKSANAAN MENGAJAR MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) PENDIDIKAN MENENGAH PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (IPPAK) SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2012/2013 ditulis berdasarkan pentingnya perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) tingkat pendidikan menengah program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah apakah perencanaan pengajaran mempunyai kedudukan yang penting bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas, sehingga perencanaan pengajaran perlu mendapat perhatian yang besar dalam proses mempersiapkannya. Permasalahan tersebut diolah dalam penelitian sederhana yang ditujukan kepada mahasiswa semester VII program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma yang telah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) Pendidikan Menengah, untuk semester gasal tahun ajaran 2012/2013. Meliputi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana para mahasiswa melaksanakan PPL pada beberapa sekolah swasta Katolik yang tersebar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pengajaran mempunyai peranan yang penting dan menunjang keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Perencanaan pengajaran yang disiapkan dengan baik dapat dipakai sebagai acuan kegiatan belajar serta memudahkan guru dalam mengelola kelas. Mengingat begitu pentingnya Perencanaan pengajaran bagi guru, maupun bagi tercapainya tujuan kegiatan belajar mengajar maka Perencanaan pengajaran harus dimiliki dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.

Untuk membantu memudahkan mahasiswa dalam menyusun perencanaan pengajaran, maka penulis mencoba memberikan contoh Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) sebagai sarana agar para peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah memiliki contoh Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) pada saat menyiapkan perencanaan pengajaran.


(9)

ix ABSTRACT

A study entitled THE ROLE OF LESSON PLANNING IN THE IMPLEMENTATION OF TEACHING UNDERGRADUATES IN THE FIELD EXPERIENCE PROGRAM (PPL), CATHOLIC EDUCATION (PAK), SECONDARY EDUCATION IN THE STUDY OF CATHOLIC SPECIALIZATION PROGRAM (IPPAK) of SANATA DHARMA 2012/2013 is written based on the importance of teaching planning for the implementation carried out through the Field Experience Program for undergraduates in Catholic Instruction in Educational sciences at Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The underlining issue in this study is whether or not the teaching planning has significant correlation to the ongoing learning in class, so that the planning requires constant attention in its preparation process. This issue is organized into a simple research that is intended for students in 7th semester.

Research has shown that planning plays a vital role in a teacher’s success in teaching learning objectives. Lesson plans that have been adequately prepared can be used as a benchmark that allows a teacher to organize class. Lesson planning is essential and must be prepared as best as it can by the teacher who plays a role of a facilitator in the teaching and learning activities. To make it easier for undergraduates to plan a lesson, the author has provided an example of a Teaching Implementation Plan as a medium for participants in the Field Experience Program of Catholic Education who are preparing a lesson plan.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan pencerahan serta menuntun hati, pikiran dan langkah penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN PERENCANAAN PENGAJARAN BAGI PELAKSANAAN MENGAJAR MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PRODI IPPAK SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2012/2013.

Skripsi ini dimulai dari sebuah keingintahuan penulis akan peranan perencanaan pengajaran bagi guru dalam mengajar. Penulis seringkali menjumpai guru yang kurang begitu mempersiapkan perencanaan pengajaran dengan maksimal, namun juga lebih banyak guru yang dengan semangat meluangkan waktu, pikiran dan juga tenaganya untuk benar-benar mempersiapkan kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakannya.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan dengan berbagai peran sehingga menjadi bagian dari skripsi ini. Oleh karena itu dengan penuh rasa terima kasih perkenankanlah penulis menghadirkan nama-nama yang sangat berharga berikut ini :

1. Rm. F.X Heryatno Wono Wulung, M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan dukungan dalam seluruh proses menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Y. Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang selalu mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak P. Banyu Dewa. H. S. S. Ag, M. Si. selaku dosen penguji sekaligus

dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak perhatian dan mendukung seluruh perjalanan penulis di Prodi IPPAK.

4. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ. Selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan dukungan dan bimbingan dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Bapak, Ibu, Romo, Dosen, dan seluruh staf karyawan program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK)


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

MOTTO………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………. vii

ABSTRAK………... viii

ABSTRACT….………. . ix

KATA PENGANTAR……….. x

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR SINGKATAN……….. xv

BAB I. PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah ………. 7

C. Manfaat Penulisan……….. 7

D. Metode Penulisan………... 8

E. Sistematika Penulisan……….……… 8

BAB II. PERENCANAAN PENGAJARAN DAN PELAKSANAAN MENGAJAR MAHASISWA PPL PAK PM PAK PENDIDIKAN MENENGAH……….. 10

A. Perencanaan Pengajaran Pada Umumnya……… 10

1. Pengertian perencanaan pengajaran………. 10

2. Tujuan perencanaan pengajaran………... 12

3. Fungsi dan manfaat perencanaan pengajaran……… 14

4. Peran penting dalam melaksanakan perencanaan pengajaran…….. 16

5. Pengembangan kurikulum……… 17


(13)

xiii

1. Pengertian mengajar………. 37

2. Kompetensi Guru……….. 39

3. Metode Mengajar…… ………. 44

4. Keterampilan dasar mengajar……… 47

C. Gambaran Umum Prodi IPPAK……….……….. 49

1. Sejarah singkat………. 49

2. Visi……….. 52

3. Misi………..………… 52

4. Motto………..………. 53

D. Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) Pendidikan Menengah……… 53

1. Pengertian PPL PAK PM……..………. 53

2. Tujuan PPL PAK PM……….……… 55

3. Kedudukan PAK di Sekolah……….……. 55

4. Guru PAK di Sekolah………. 56

BAB III. METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN AJARAN ……… 61

A. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tujuan penelitian……… 61

2. Metode Penelitian……….. 62

3. Tempat dan Waktu Penelitian……… 62

4. Responden Penelitian………. 62

5. Instrumen Penelitian……… 63

6. Variabel Penelitian……….. 63

B. HASIL PENELITIAN……….. 64

1. Perencanaan pengajaran………..……… 64

2. Pelaksanaan mengajar PPL PAK Pendidikan Menengah……… 69

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………. 73

1. Perencanaan Pengajaran……….. 73


(14)

xiv

D. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN………84

BAB IV. PENUTUP……… 85

A. KESIMPULAN……….. 86

B. SARAN……….. 88

DAFTAR PUSTAKA……….. 90

Lampiran : Lampiran 1 :Skala Likert Penelitian……..……… (1)


(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GE : Gravissimum Educationis B. Singkatan Lain

AKKI : Akademi Kateketik Katolik Indonesia CBSA : Cara Belajar Siswa Aktif

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi

KBM : Kegiatan Belajar Mengajar KD : Kompetensi Dasar

KOMKAT : Komisi Kateketik

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan PPL : Program Pengalaman Lapangan

PM : Pendidikan Menengah PAK : Pendidikan Agama Katolik PP : Peraturan Pemerintah

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMA : Sekolah Menengah Atas


(16)

xvi

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik SK : Surat Keputusan

USD : Universitas Sanata Dharma UU : Undang-Undang


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya, terutama menyangkut kepribadian yang terbentuk melalui proses pendidikan itu sendiri. Pendidikan juga memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan sosial, serta sarana dalam membentuk watak bangsa. Di satu sisi, dunia pendidikan di Indonesia dirundung masalah yang besar, dan di sisi lain era globalisasi menuntut lebih. Masalah besar itu menurut Sudarminta SJ. (Suparno, 2002: 9) ialah: pertama, mutu pendidikan yang masih rendah; kedua: sistem pembelajaran di sekolah-sekolah yang belum memadai; ketiga: krisis moral yang melanda masyarakat. Rendahnya mutu pendidikan tersebut dipengaruhi oleh: kualitas guru yang kurang memadai, dana operasional pendidikan, kurikulum, model pembelajaran yang tidak menantang siswa, dan manajemen sekolah. Persoalan dengan mutu itu berarti guru tidak sungguh menguasai bidang yang diajarkan dan guru kurang mampu membantu siswa dalam pembelajaran sehingga siswa tidak terdorong untuk belajar aktif secara pribadi dan mandiri.

Perkembangan dan perubahan dalam lapangan pendidikan menimbulkan tantangan agar para pendidik mempunyai sikap tertentu yang telah bersendikan atas pendirian tertentu pula. Pendirian tersebut, menurut Theodore Brameld (Imam Barnadib, 1997: 24) adalah kemungkinan-kemungkinan sikap seperti konservatif, bebas dan modifikatif, regresif, atau radikal konstruktif. Tujuan


(18)

pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang kompetensi pendidik disebutkan empat kompetensi guru dan dosen yang dipersyaratkan. Kompetensi yang pertama menyangkut kompetensi pedagogik, yakni pemahaman dan pengembangan potensi, pemahaman akan perkembangan peserta didik, kemampuan menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan pemahaman sistem evaluasi pembelajaran. Kompetensi kedua adalah kompetensi kepribadian yang menyangkut kemantapan pribadi dan akhlak mulia, memiliki kedewasaan dan kearifan, dan memiliki keteladanan serta kewibawaan. Kompetensi ketiga adalah kompetensi profesional yang meliputi: penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum, dan silabus sekolah, metode pembelajaran bidang studi, memiliki wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi keempat adalah kompetensi sosial menyangkut bidang sosial, yang meliputi kemampuan berkomunikasi dan komputer, serta memiliki pengetahuan umum.

Berdasarkan kompetensi tersebut, guru sering dipandang sebagai seorang yang profesional, yakni seorang yang punya pekerjaan atau tugas dengan keahlian atau keterampilan khusus. Profesionalitas guru tampak dalam tugas-tugas profesionalnya yang meliputi mendidik, mengajar, melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup seperti halnya memelihara, melindungi dan mencintai kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan


(19)

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi perkembangan zaman tetapi tidak hanyut oleh arus globalisasi.

Begitu pentingnya pendidikan bagi wajah-wajah penerus bangsa, menjadikan pendidikan sebagai titik tolak pembangunan di segala bidang kehidupan dan kemasyarakatan. Melalui pendidikan orang menjadi tahu akan pentingnya pengetahuan sehingga terpacu untuk selalu terus menerus ingin mengembangkan dan memperluas wawasan sebagai modal untuk berelasi dengan orang lain baik dalam dunia kerja maupun kemasyarakatan. Melihat begitu pentingnya pendidikan maka tidak heran jika pendidikan selalu menjadi dambaan bagi banyak kalangan, baik miskin maupun kaya, muda maupun tua mereka haus akan pengetahuan, mereka berlomba-lomba meraih sebuah gelar melalui pendidikan. Dalam hal ini guru mempunyai peran penting bagi kesuksesan pendidikan di Indonesia ini, di tangan guru lah pendidikan digantungkan. Guru dianggap sebagai sosok orang yang memegang kunci pengetahuan. Perlu sebuah perjuangan dan pembelajaran yang khusus untuk mencapai kompetensi sebagai seorang guru yang profesional. Menjadi guru memang bukan perkara yang mudah. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak (Nasution, 1986: 17).

Guru yang baik di kelas rendah belum tentu baik di kelas tinggi dan sebaliknya. Memang mengajar bukanlah suatu pekerjaan rutin, sesuatu yang mekanis. Guru bukanlah semacam piringan hitam yang memperdengarkan lagu yang sama, dari tahun ke tahun, mengajar adalah kegiatan yang kreatif. Setiap


(20)

situasi yang di hadapi berlainan. Setiap anak lain daripada yang lain dan memerlukan bantuan yang khusus. Itu sebabnya ada yang mengatakan bahwa mengajar itu suatu tugas yang menarik justru oleh sebab mengandung unsur- unsur yang tak terduga. Begitu banyaknya materi dan juga keragaman kelas dan nara didik yang ditangani oleh seorang guru terkadang membuat guru stres bahkan bisa juga kehilangan konsentrasi dan ide pada saat mengajar, maka untuk mengatasi kemungkinan tersebut seorang guru harus membuat suatu perencanaan pengajaran agar kondisi belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Membuat perencanaan pengajaran memang tidaklah mudah, membutuhkan waktu dan juga pemikiran yang ekstra untuk menyelesaikannya. Di samping kewajiban administrasi sekolah yang mewajibkan guru membuat perencanaan pengajaran, seorang guru juga tidak dapat lepas dari pekerjaan lain yang tidak kalah membutuhkan perhatian ekstra. Di sini lah para mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) ditantang untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan amanat yang dipercayakan oleh pihak sekolah yaitu mengajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) sesuai dengan kelas yang telah ditentukan. Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan dasar yang telah lebih dahulu dilaksanakan oleh mahasiswa. Dalam mengajar pendidikan agama Katolik di sekolah mahasiswa diharapkan mampu menguasai bidangnya sehingga harus dihindari penyampaian pengetahuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pengetahuan yang disampaikan juga harus


(21)

sesuai dengan kurikulum dan materi yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan. Melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah mahasiswa disiapkan untuk menjadi seorang pendidik yang sesungguhnya. Mahasiswa diharapkan dapat mengenal seluk beluk sekolah, belajar mengelola kelas dan berinteraksi dengan semua warga sekolah, serta melaksanakan berbagai tugas dan kewajiban lain di sekolah selain mengajar sebagai latihan agar siap terjun di dunia pendidikan setelah menyelesaikan masa studi di perguruan tinggi.

Kesiapan dalam merencanakan pengajaran jelas terlihat dalam adanya satuan pengajaran yang disiapkan secara sistematis oleh seorang guru sebelum mengajar, yang meliputi perencanaan pembukaan pelajaran, isi materi hingga penutup dan tugas serta evaluasi belajar siswa. Begitu berpengaruhnya perencanaan pengajaran dalam menunjang keberhasilan mengajar membuat perencanaan pengajaran sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang guru yang hendak mengajar. Namun begitu ada juga guru yang tidak terlalu memperhatikan perencanaan mengajar, dia lebih mengutamakan pada pengajaran spontan sesuai keadaan naradidik, atau bahkan hanya mengikuti buku petunjuk guru atau pedoman mengajar guru sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

Tugas utama seorang guru adalah mengajar (Peraturan Pemerintah No 28 tentang profesi guru tahun 1990). Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, seorang guru sesungguhnya telah dibekali dengan sejumlah kompetensi, yakni kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi personal dan kompetensi profesional. Dari keempat kompetensi tersebut, kompetensi


(22)

profesional merupakan salah satu kompetensi terpenting dan paling menentukan bagi keefektifan pelaksanaan tugas guru (mengajar) sehingga dapat dikatakan bahwa seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila mampu dan terampil dalam merencanakan pengajaran, melaksanakan pengajaran dan menilai pengajaran dengan baik pula.

Berkaitan dengan hal itu, dalam bab III skripsi ini penulis memaparkan hasil penelitian sederhana guna menggali realitas pelaksanaan pengajaran oleh guru PPL PAK Pendidikan Menengah program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa semester VII yang telah melaksanakan PPL Pendidikan Menengah. Penulis mengadakan penelitian kepada mahasiswa-mahasisi IPPAK dengan alasan bahwa mahasiswa-mahasiswi yang telah melaksanakan PPL PAK menengah sudah pasti pernah mengalami PPL PAK Pendidikan Dasar, sehingga sudah berpengalaman dalam mengajar dan membuat persiapan mengajar. Tidak hanya itu penelitian ditujukan kepada mahasiswa PPL PAK Pendidikan menengah berdasarkan kompetensi lulusan IPPAK yang bergelar Strata 1 (S1) untuk disiapkan menjadi seorang pendidik yang siap ditempatkan baik di sekolah dasar hingga sekolah menengah. Oleh karena itu penulis hendak membuat penelitian sederhana dengan judul PERANAN PERENCANAAN PENGAJARAN BAGI PELAKSANAAN MENGAJAR

MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) PENDIDIKAN MENENGAH


(23)

AGAMA KATOLIK (IPPAK) SANATA DHARMA TAHUN AJARAN

2012/2013

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, rumusan masalah yang menjadi perhatian penulis adalah:

1. Bagaimana realitas persiapan perencanaan pengajaran yang di lakukan oleh para mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) Pendidikan Menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana realitas pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Menengah program studi Ilmu Pendidikana Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana peranan Perencanaan Pengajaran dalam rangka mendukung pelaksanaan mengajar guru PPL Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Menengah Prodi IPPAK Sanata Dharma Yogyakarta?

C. MANFAAT PENULISAN

Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari penulisan skripsi ini antara lain: 1. Mahasiswa IPPAK menemukan perencanaan pengajaran yang sesuai


(24)

2. Mahasiswa PPL mampu melaksanakan pengajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, sebagai latihan untuk menjadi seorang pendidik.

3. Mahasiswa memahami peranan perencanaan pengajaran dalam rangka mendukung pelaksanaan mengajar bagi naradidik pendidikan menengah.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analistis. Melalui metode ini penulis akan menggambarkan permasalahan yang ada dan data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian. Fungsi dari deskriptif sendiri adalah untuk menjelaskan berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data itu terungkap dengan jelas (Sambas Ali Muhidin, 2007: 54). Melalui skripsi ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai peranan perencanaan bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi menyeluruh skripsi ini, penulis akan menggambarkan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bagian pendahuluan, dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, manfaat, metode penulisan serta sistematika penulisan.

Bab kedua membahas mengenai perencanaan pengajaran dan pelaksanaan mengajar guru Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah, pada bab ini


(25)

menguraikan tentang perencanaan pengajaran, pengertian mengajar, tujuan mengajar, ciri-ciri guru yang baik, kemampuan umum mengajar, keterampilan dasar mengajar serta langkah-langkah dalam mengajar dan juga kegiatan dalam perencanaan pengajaran, kompetensi guru yang meliputi kompetensi kepribadian, pendagogik, sosial, professional serta uraian tentang Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah.

Bab ketiga menyajikan metodologi penelitian, hasil dan pembahasan penelitian mengenai peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar Guru Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2012/2013.

Bab ke empat menguraikan tentang hal-hal yang ditemukan dari awal penyusunan sampai akhir penyusunan skripsi, yang diuraikan dalam dua bagian yakni kesimpulan dan saran sebagai penutup.


(26)

BAB II

PERENCANAAN PENGAJARAN DAN PELAKSANAAN MENGAJAR

MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) PENDIDIKAN MENENGAH

A. Perencanaan Pengajaran pada Umumnya

Perencanaan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, adalah penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan murid-murid dan masyarakat (Vembrianto dkk, 1972: 43-44). Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem merupakan sebuah susunan dari sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu (Abdul Majid, 2009: 17).

1. Pengertian Perencanaan Pengajaran

Suatu pekerjaan baik itu sederhana maupun yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, selalu membutuhkan perencanaan. Perencanaan merupakan bagian terpenting dalam menyusun suatu kegiatan maupun pekerjaan. dan sesuatu yang direncanakan dengan baik selalu menghasilkan yang terbaik pula. Demikian halnya dengan pendidikan, pendidikan perlu direncanakan secara nyata dan sistematis guna mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru merupakan komponen terpenting dalam pendidikan, karena guru merupakan pelaksana pendidikan yang secara langsung memberikan transfer ilmu kepada


(27)

naradidik. Ilmu yang diberikan juga tidak melulu sesuatu yang sudah ada dan ditetapkan sumbernya, namun juga terkadang membutuhkan suatu kreativitas untuk dapat menciptakan dan mentransfer ilmu tersebut sehingga dapat diterima dengan baik oleh naradidik. Perencanaan pengajaran yang dilakukan oleh guru sebelum mengajar dapat membantu kelancaran proses belajar-mengajar baik di kelas maupun di luar kelas. Selain untuk melengkapi administrasi mengajar, perencanaan pengajaran juga memberikan kontribusi positif baik bagi guru maupun naradidik, sehingga profesionalitas seorang guru dapat terlihat dari kesiapan mengajar yang disertai dengan rencana pengajaran yang baik. Perencanaan pengajaran yang ditulis dengan baik rapi dan sistematis dapat mempermudah guru dalam mengajar, juga menghindari kebingungan saat kurang konsentrasi dalam mengajar, selain itu perencanaan pengajaran juga dapat membantu proses akreditasi sekolah.

Sebelum lebih lanjut membahas mengenai fungsi dan tujuan perencanaan pengajaran maka terlebih dahulu perlu dimengerti mengenai pengertian perencanaan pengajaran. Perencanaan pengajaran menurut Robert M.Gagne dan Leslie J. Briggs (1983: 1) adalah sebuah pengajaran itu harus direncanakan sedemikian pula agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah membantu setiap individu untuk menggunakan secara optimal bakat-bakatnya, menikmati kehidupannya dan mengadakan integrasi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Tujuan pengajaran bukanlah membentuk manusia-manusia yang lebih seragam, sebaliknya perbedaan individual lebih ditonjolkan.


(28)

Perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya (menurut Philip Commbs dalam Harjanto, 2006: 6). Sedangkan menurut Kaufman, Perencanaan Pengajaran adalah proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang sah dan bernilai. Menurut Enoch,J (dalam Supriyati, Y, 2012: 29) perencanaan pengajaran merupakan proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan pendidikan nasional, dengan mempertimbangkan kenyataan di bidang sosial, budaya, ekonomi dan kebutuhan pembangunan pendidikan nasional secara menyeluruh. Berbeda dengan yang lain, dijelaskan dalam Akta V B (Supriyati. Y, 2012: 29) bahwa perencanaan pengajaran merupakan proses menetapkan tujuan, menyediakan fasilitas serta lingkungan tertentu, mengidentifikasi prasyarat untuk mencapai tujuan serta menetapkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar memiliki kompetensi sosial dan individual secara maksimal.

Dari pandangan berbagai ahli mengenai perencanaan pengajaran dapat disimpulkan bahwa perencanaan pengajaran merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berisi rancangan sistematis sebagai alat bantu pengajaran.

2. Tujuan Perencanaan Pengajaran

Berbagai upaya dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal. Perencanaan pengajaran bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan


(29)

keberhasilan pembelajaran siswa dalam rangka mengembangkan kemampuannya (Supriyati.Y, 2012: 39). Perencanaan pengajaran juga dibuat sedemikian rupa sehingga membantu berbagai pihak baik guru, naradidik maupun penyelenggara pendidikan. Mengingat begitu pentingnya perencanaan pengajaran maka diharapkan perencanaan tersebut memenuhi kriteria :

a. Pengajaran harus berorientasi pada manusia secara individual dalam perkembangannya dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa.

b. Rancangan pengajaran mempunyai tujuan-tujuan jangka panjang dan jangka pendek

c. Pengajaran yang dibentuk secara sistematis dapat sangat mempengaruhi perkembangan manusia secara individual.

d. Dalam merancang pengajaran kita harus berdasarkan pada pengetahuan mengenai prinsip-prinsip belajar, sehingga dapat diperoleh hasil yang diinginkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran tidak hanya dimaksudkan untuk membantu naradidik memahami ilmu tetapi juga demi menunjang profesionalitas seorang guru. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Gagne, 1983: 5) pekerjaan merencanakan pengajaran dapat sangat disederhanakan dengan menempatkan tujuan pengajaran ke dalam lima kategori :

a. Kecakapan intelektual

Kecakapan ini memungkinkan seseorang untuk memberikan respon terhadap konseptualisasi lingkungannya. Kecakapan ini pula yang membentuk struktur pendidikan formal yang paling dasar dan mendalam. Kemampuan ini berkisar dari kecakapan bahasa yang dasar sampai kecakapan teknik tingkat tinggi.


(30)

Kemampuan ini mengatur tingkah laku belajar, mengingat dan berpikir manusia itu sendiri. Kecakapan ini diharapkan akan bertambah baik apabila seseorang lebih banyak belajar dan berpikir.

c. Informasi verbal

Kita semua telah mempelajari banyak sekali informasi verbal atau pengetahuan verbal, baik yang bersifat umum dan berguna bagi kehidupan sehari-hari, maupun yang sifatnya lebih tinggi. Contoh: nama, tanggal, jumlah sehari-hari, peristiwa-peristiwa dalam sejarah, dan lain sebagainya.

d. Keterampilan motorik

Walaupun pada kenyataannya pengajaran di sekolah sebagian besar berhubungan dengan fungsi-fungsi intelektual, kita tidak mengharapkan bahwa seorang dewasa yang cukup berpendidikan, kekurangan dalam keterampilan motorik tertentu, yang beberapa diantaranya (seperti menulis) harus dipergunakan setiap hari.

e. Sikap

Dalam bidang afektif terdapat kemampuan yang dipelajari, yang disebut dengan sikap. Kita semua memiliki sikap yang berlain-lainan terhadap hal, orang dan situasi yang berbeda-beda. Efek dari sikap adalah untuk memperkuat reaksi-reaksi positif atau negatif individu terhadap orang, situasi dan atau hal-hal tertentu. Kekuatan sikap seseorang terhadap sesuatu hal, dapat dilihat dari kekerapannya memilih hal tersebut dalam berbagai keadaan.

3. Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pengajaran

Perencanaan pengajaran merupakan rangkaian terpenting dalam proses belajar mengajar di kelas, mengingat begitu pentingnya maka perencanaan


(31)

pengajaran harus dimiiki oleh setiap guru, dan harus disusun secara terencana dan sistematis. Alasan mengapa perencanaan pengajaran penting dilakukan bagi guru yaitu ( Supriyati, 2012: 39) :

a. Memberikan arah pelaksanaan pengajaran dan mengurangi kecemasan guru

b. Membiasakan guru untuk mengatur, dan mengolah isi pembelajaran.

c. Membiasakan guru untuk merencanakan dan mempersiapkan bahan pembelajaran berikut media pengajaran yang dipergunakannya.

d. Menjadikan guru mampu memanfaatkan berbagai strategi pembelajaran. e. Mempersiapkan interaksi (menyusun pertanyaan dan perencanaan

pengelolaan kelas) guru dengan siswa di dalam kelas.

f. Mampu memadukan teknik-teknik pengajaran guna memotivasi belajar siswa.

g. Mampu menentukan bentuk evaluasi yang tepat guna pencapaian kompetensi siswa.

h. Perencanaan dapat dijadikan sarana informasi bagi guru pengganti

i. Merupakan bentuk laporan kepada tim pengajar lain tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas.

j. Sarana pelengkap persyaratan administrasi yang dinilai secara langsung oleh kepala sekolah.

k. Memanfaatkan perencanaan pengajaran yang sudah disusunnya untuk direvisi dan dipergunakan dalam pengajaran mendatang.

Alasan mengapa perencanaan pengajaran penting bagi sekolah/instansi : a. Untuk melihat proses pembelajaran selama satu tahun mendatang

b. Untuk melengkapi peraturan sekolah dan tuntutan dinas pendidikan (akreditasi).

c. Sebagai bahan penilaian kepala sekolah terhadap guru (supervisi pengangkatan guru).

d. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang lalu untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran berikutnya.

Perencanaan Pengajaran berfungsi sebagai rancangan awal suatu kegiatan pembelajaran di kelas sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran/ kompetensi yang hendak dicapai.


(32)

Sebagai rancangan awal, perencanaan pengajaran juga memiliki manfaat, bagi guru :

a. Membentuk pribadi guru yang disiplin dan tertib administrasi

b. Membentuk guru yang tertib melaksanakan pembelajaran dengan baik. c. Menghilangkan kecemasan guru akan pemilihan bahan pembelajaran dan

memonitor kemampuan siswa.

d. Guru memiliki kerangka pola pengajaran yang pasti dan sistematis. e. Menjadikan pribadi guru yang memiliki rutinitas rutin dalam memilih

teknik dan metode pembelajaran, memilih bahan ajar, mengatur proses pembelajaran, mengalokasikan waktu belajar, mengkoordinasi siswa di kelas.

f. Menjadikan guru mudah memfokuskan diri pada kegiatan pembelajaran dan mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.

g. Perencanaan yang disusun dapat digunakan guru lain yang menggantikan guru yang bersangkutan.

h. Guru dapat mengontrol keseluruhan kegiatan pengajaran. i. Tujuan pembelajaran di kelas dapat dicapai dengan mudah. Sedangkan bagi siswa, perencanaan mempunyai manfaat untuk:

a. Memudahkan siswa menguasai kompetensi yang diharapkan guru/ penguasaan tujuan pembelajaran.

b. Memudahkan siswa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. c. Siswa akan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

d. Menghilangkan kegelisahan siswa terhadap hasil belajar yang belum dikuasainya.

4. Empat peran penting dalam melaksanakan perencanaan pengajaran

(Jerrold, 1994:23)

a. Perancang pengajaran adalah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas perencanaan: berkemampuan dalam semua segi proses perancanngan pengajaran.

b. Pengajar adalah orang (atau anggota sebuah tim) yang memanfaatkan hasil perencanaan dan juga ikut dalam perencanaan program pengajaran;


(33)

mengenal siswa dengan baik; menguasai tata cara pengajaran dan persyaratan program pengajaran; dengan bantuan perancang, mampu melaksanakan semua rincian dari hampir semua unsur perencanaan; bertanggungjawab dalam mengujicobakan dan kemudian menerapkan rencana pengajaran yang dikembangkan.

c. Ahli mata pelajaran adalah orang yang berkualifikasi dalam pemberian informasi tentang pengetahuan dan sumber yang berkaitan dengan semua aspek pokok bahasan yang dikembangkan dalam perencanaan pengajaran; bertanggung jawab atas pengecekan ketepatan isi dalam semua kegiatan, bahan dan ujian.

d. Penilai adalah Orang yang berkualifikasi untuk membantu mengembangkan instrumen pengujian untuk uji-awal sejumlah ujian untuk praktik dan penilaian hasil belajar siswa (uji-akhir); bertanggungjawab untuk mengumpulkan dan menafsirkan data selama uji coba program, dan untuk menentukan keefektifan dan keefisienannya ketika dilaksanakan secara lengkap.

5. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum mencakup pengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial, program bimbingan dan konseling, pengembangan silabus serta penyusunan rencana pembelajaran (Kunandar, 2007: 236).


(34)

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan sebagai pedoman bagi pengembangan program-program selanjutnya, seperti program semester, program mingguan dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan.

b. Program semester

Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan, isi dari program semester adalah tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.

c. Program modula atau pokok bahasan

Program modul (pokok bahasan) adalah program yang dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan yang merupakan penjabaran dari program semester dan berisi lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Dengan program modul diharapkan peserta didik dapat belajar secara mandiri.

d. Program mingguan dan harian

Program mingguan dan harian merupakan penjabaran dari program semester dan program modul yang dimaksudkan untuk mengetahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang bagi setiap peserta didik dan juga untuk mengidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik sehingga dapat diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang


(35)

dikerjakan dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata kelas.

e. Program remedial dan pengayaan

Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang maksimal.

f. Pengembangan silabus

Silabus berisi uraian program yang mencantumkan mata pelajaran yang diajarkan, tingkat sekolah, semester, pengelompokan kompetensi dasar (KD), materi pokok, indikator, strategi pembelajaran, alokasi waktu, dan sistem penilaiannya. Jadi silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. Silbus merupakan kerangka inti dari kurikulum yang berisikan tiga komponen utama, yang dapat menjawab permasalahan: 1) kompetensi apa yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran; 2) kegiatan apakah yang harus dilakukan untuk menanamkan kompetensi tersebut dan; 3) upaya apakah yang harus dilakukan (Kunandar, 2007: 243-244)

Prinsip pengembangan Silabus (Kunandar, 2007: 245-246) :

1) Ilmiah: keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.


(36)

2) Relevan : Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

3) Sistematis : komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Konsisten : adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.

5) Memadai : cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6) Aktual dan Kontekstual: cakupan indikator, materi pokok, pengalaman

belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.

7) Fleksibel : keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8) Menyeluruh : komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

Komponen-komponen silabus : (Kunandar, 2007: 250-252) 1) Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu; kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa untuk suatu mata pelajaran; komponen dalam mata pelajaran tertentu harus


(37)

dimiliki siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi terdapat dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

2) Kompetensi Dasar

Adalah kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran. Misalnya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mampu menyanyikan lagu sekolah minggu.

3) Hasil Belajar

Merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.

4) Indikator Hasil Belajar

Adalah ciri penanda ketercapaian kompetensi dasar, yang berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada diri siswa.

5) Materi Pokok

Adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrument penelitian yang disusun berdasarkan indicator pencapaian belajar.

6) Kegiatan Pembelajaran

Adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi pembelajaran meliputi kegiatan tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar)

7) Alokasi waktu

Adalah waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing kompetensi dasar.


(38)

8) Adanya penilaian

Penilaian adalah jenis, bentuk, dan instrumen yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan belajar siswa.

9) Sarana dan Sumber Belajar

Adalah sarana dan sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.

g. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. (Kunandar, 2007: 262)

RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan di sini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Di dalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai.

Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk: 1) mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar; 2) dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan


(39)

memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.

Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran sesungguhnya. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP (Kunandar, 2007: 264) :

1. Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan sub materi pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan di dalam silabus.

2. Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup (life skill) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari.

3. Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung.

4. Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

Komponen-komponen RPP: (Kunandar 2007: 264) 1. Identitas mata pelajaran


(40)

Tuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu (jam pertemuan).

2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar :

Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi. 3. Materi pembelajaran:

Cantumkan materi pembelajaran dan lengkapi dengan uraian-nya yang telah dikembangkan dalam silabus. Dalam menetapkan dan mengembangkan materi perlu diperhatikan hasil dari pengembangan silabus, pengalaman belajar yang bagaimana yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran yang didukung oleh uraian materi untuk mencapai kompetensi tersebut. Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan.

4. Strategi atau skenario pembelajaran:

Merupakan strategi atau skenario apa dan bagaimana dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, efektif, bermakna dan menyenangkan.

5. Sarana dan sumber pembelajaran:

Sarana berarti alat atau media yang brfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran.

6. Penilaian dan tindak lanjut:

Tuliskan sistem penilaian dan prosedur yang digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa berdasarkan sistem penilaian yang telah dikembangkan selaras dengan perkembangan silabus.


(41)

Contoh RPP:

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. IDENTITAS :

1. Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta 2. Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik 3. Kelas/semester : X

4. Pokok Bahasan : Saya Memiliki Kelebihan dan Kekurangan 5. Hari dan tanggal : Kelas X: Kamis, 9 Agustus 2012

6. Waktu : 2 x 45 menit 7. Jumlah Pertemuan : 1 Pertemuan

B. STANDAR KOMPETENSI :

Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama secara lebih baik.

C. KOMPETENSI DASAR :

Mengenal diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga menerima diri sebagaimana adanya.

D. INDIKATOR :

1. Menyebutkan kelebihan dan kekurangannya dari segi jasmani, kemampuan maupun sifat-sifatnya.

2. Menyebutkan tindakan ataupun sikap yang sering muncul ketika menghadapi kekurangan yang dimiliki.

3. Membuat karya cipta untuk mengungkapkan rasa syukur atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.


(42)

4. Merumuskan pesan kutipan Kitab Suci (Mat 25:14-30), tentang talenta dan memberi alasan perlunya mengembangkan talenta yang dimiliki.

5. Mengungkapkan usaha-usaha mengembangkan talenta yang dimilikinya.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN:

1. Siswa dapat menyebutkan kelebihan dan kekurangannya dari segi jasmani, kemampuan maupun sifat-sifatnya.

2. Siswa dapat menyebutkan tindakan ataupun sikap yang sering muncul ketika menghadapi kekurangan yang dimiliki.

3. Siswa dapat membuat karya cipta untuk mengungkapkan rasa syukur atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.

4. Siswa dapat merumuskan pesan kutipan Kitab Suci (Mat 25:14-30), tentang talenta dan memberi alasan perlunya mengembangkan talenta yang dimiliki.

5. Siswa dapat mengungkapkan usaha-usaha mengembangkan talenta yang dimilikinya.

F. MATERI/ BAHAN KAJIAN:

“ Saya Memiliki Kelebihan dan Kekurangan” G. ALOKASI WAKTU :

2 x 45 menit

H. METODE PEMBELAJARAN : Dialog, Tanya jawab

I. SARANA :

 Video inspiratif “Hee Ah Lee”

 permainan “ Siapa Aku”


(43)

J. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU :

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator

1 PEMBUKA :

 Guru mengajak siswa-siswi untuk doa pagi secara bersama-sama yang dipimpin oleh petugas.

 Apersepsi tentang pelajaran Minggu lalu dengan berdialog bersama siswa/i untuk mengingatkan siswa akan pelajaran Minggu lalu sebagai pengantar untuk masuk pada pelajaran hari ini yaitu tentang “Saya Memiliki Kelebihan dan Kekurangan”.

Anak-anak, minggu lalu kita sudah bersama-sama berdinamika bersama mengenal diri kita sebagai Pribadi yang unik. Kita sudah menyadari dan bersyukur atas keunikan yang kita miliki. Kita memiliki keunikan yang berbeda satu dengan yang lain yang merupakan ciri khas kita sebagai individu yang diciptakan “Istimewa”. Sebagai Pribadi yang unik, tentu kita juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Sekarang kita mau lebih mendalami bersama apa kekurangan dan kelebihan yang kita miliki dan nanti dapat membuat kita bersyukur dan selalu berusaha mengembangkan talenta yang kita miliki. Hari ini kita mau belajar bersama mengenai materi: “Saya memiliki kekurangan dan kelebihan”

5 menit


(44)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator 2 KEGIATAN INTI

A. Langkah I :

1) Guru mengajak siswa mendalami materi “Saya Memiliki Kelebihan dan Kekurangan” dengan menonton video inspiratif “ Hee Ah Lee”. (lihat lampiran)

2) Guru memutarkan video inspiratif berjudul :Hee Ah Lee”.

3) Guru mengajak siswa mendalami isi video klip tersebut dengan panduan beberapa pertanyaan berikut ini :

a. Ceritakan perasaan teman-teman setelah melihat video tersebut?

b. Pesan apa yang dapat teman-teman ambil dari video tersebut?

c. Bagaimana cara Hee Ah Lee menerima kekurangan yang ada di dalam dirinya dan kemudian mengembangkan keunikannya itu? 4) Guru meminta beberapa orang untuk

mensharingkan jawaban mereka atas beberapa pertanyaan di atas. kemudian, guru memberikan masukan sebagai berikut:

Anak-anak, tadi kita sudah bersama-sama melihat video tentang Hee Ah Lee. Seorang pianis terkenal yang memainkan pianonya dengan menggunakan empat jari. Hee Ah Lee dengan segala kekurangannya tetap berjuang untuk menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Dia tetap semangat menjalani hidupnya hingga ia menemukan kelebihan yang ada didalam dirinya.

20 menit


(45)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator Dia memulai usaha mengembangkan talenda yang

terpendam di dalam dirinya dengan berusaha keras untuk terus berlatih memainkan sebuah lagu dengan piano. Dibalik kekuranagn yang dia miliki dari segir fisik maupun mental itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus berkembang hingga dia berhasil dan percaya diri. Bagaimana dengan kita yang memiliki fisik yang sempurna? Sudahkah kita mensyukuri kelemahan kita dan berusaha mengembangkan talenta kita?

B. Langkah II :

1) Guru mengajak siswa untuk mengisi dalam kertas teman yang secara berantai dengan permainan “Siapa Aku” :

Tahap 1: Siswa menuliskan apa yang menjadi kelebihannya.

Tahap 2: Siswa dalam posisi berdiri, semua hadap kanan dan menuliskan dikertas yang ditempel dipunggung teman didepannya. Dengan memilih 3 Kriteria dibawah ini:

a. Kemampuannya b. Kelebihannya c. Kekurangannya

Tahap 3: Siswa bertukaran bertukaran posisi. Siswa yang tadi menulis jadi posisi yang menerima tulisan dari teman. Masih dengan kriteria yang sama.

Tahap 4: Siswa boleh berpencar untuk menuliskan dikertas yang ditempel dipunggung temannya mengenai 3 kriteria tersebut.

25 menit


(46)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator NB: peraturan permainan: semua permainan harus

dilakukan dengan posisi diam. Tidak ada komunikasi apapun.

2) Masing-masing siswa melihat hasil yang dituliskan oleh teman-temannya.

3) Setelah itu, guru meminta siswa untuk berdialog berkaitan dengan kemampuan dan sifat dengan panduan pertanyaan di bawah ini :

a. Bagaimana perasaan kalian, ketika kalian membaca tulisan teman-teman kalian tentang kemampuan dan sifatmu?

b. Apakah yang ditulis oleh teman-teman kalian benar?

c. Sifat baik mana yang paling banyak ditulis oleh teman-teman kalian?

d. Sikap apakah yang sering muncul terhadap kekurangan dan kelebihan kita?

e. Sikap apa yang perlu dikembangkan dalam menghadapi kelebihan dan kekurangan diri sendiri maupun orang lain?

4) Guru merangkum berdasarkan sharing siswa : Dari proses dan dinamika kita bersama tadi, kita bersama-sama mengetahui bagiamana setiap manusia itu pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Seperti halnya Hee Ah Lee yang memiliki kekurangan fisik bahkan mental. Namun didukung oleh orang terdekat dia tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang penuh percaya diri dan menjadi pribadi yang mandiri.


(47)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator Dia dengan segala usahanya selalu berusaha

mengembangkan talenta yang dia miliki. Kita tadi juga sudah bersama-sama menyadari kekurangan dan kelebihan kita melalui pendapat teman-teman yang sudah mengenal kita. Apakah kita sudah menyadari talenta yang ada di dalam diri kita dibalik semua kekurangan kita? Sudahkah kita berusaha mengembangkannya?

5) Guru menjelaskan mengenai keberadaan fisik manusia, kemampuan dan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia sebagai berikut :

Ada beberapa pandangan dari kalangan ahli ilmu jiwa tentang talenta itu ada di dalam diri melalui:

a. Keberadaan fisik, bakat, kemampuan, karakter

dan sikap kita disebabkan oleh faktor keturunan. Contohnya : berkulit hitam, tinggi, pendek, dll. Semua itu dianggap sebagai keturunan dari orang tua dan leluhur kita.

b. Keberadaan fisik, bakat, kemampuan, karakter

dan sikap kita disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Contohnya : alam dan kebudayaan Asia menghasilkan orang Asia.

c. Keberadaan fisik, bakat, kemampuan, karakter

dan sikap kita lebih disebabkan oleh kedua-duanya (faktor keturunan dan pengaruh lingkungan).

d. Adapun sikap kita yang sering muncul dan

dapat menghambat kita untuk dapat mengembangkan potensi/kemampuan kita adalah :


(48)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator

Kita cenderung belum menyadari segala

potensi dan keunggulan yang kita miliki dan kadang merasa minder terhadap kekurangan yang kita miliki.

Slogan bahwa ”Kaum Muda adalah harapan

dan masa depan Gereja dan Bangsa”, memberi kesan seolah-olah kaum muda hanya untuk masa yang akan datang, bukan masa sekarang, sehingga menyebabkan secara tidak sadar orang muda memendam bakat dan kemampuannya untuk masa depan.

Larangan-larangan dari semua pihak untuk

kegiatan/kreativitas para remaja yang dinilai tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia/moral tradisional sehingga membuat kaum mudah bersikap acuh tak acuh dan berdiam diri.

Potensi/kemampuan yang selalu ditunjukkan

dengan sikap yang berlebihan .

Ada juga orang yang sangat menyadari

potensi/kelebihannya, sehingga mereka bersikap arogan, angkuh, dan “sok super”. Maka mereka cenderung menonjolkan diri, meremehkan orang lain, suka membangkang, suka mendahului, dan sebagainya. Hal ini membuat orang lain merasa kecewa, terhina dan tersingkirkan


(49)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator

e. Kekurangan-kekurangan dan berbagai cacat

yang ada di dalam diri setiap orang :

Kekurangan dapat menyebabkan sikap

minder/rendah diri dan menyebabkan hidup seseorang menjadi berat.

Dapat menggangu hubungan sosial dalam

masyarakat.

Oleh karena itu, untuk mengatasi cacat

tersebut, maka sangat dibutuhkan sikap untuk dapat menerima diri apa adanya dalam memperkembangkan kemampuan di dalam diri kita.

C. Langkah III :

1) Guru mengajak siswa untuk membaca teks Kitab Suci (Mat 25:14-30) untuk menyadari segala potensi dan peluang

2) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4-5 orang siswa dan meminta mereka untuk mensharingkan isi/pesan dari Kitab Suci.

3) Guru memberi bantuan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Sebutkanlah talenta yang sudah dianugerahkan Tuhan dalam dirimu berdasarkan perikop Kitab Suci tersebut!

b. Apakah kalian termasuk hamba yang dipercayakan 5 talenta atau 2 talenta atau 1 talenta? Mengapa?

25 Menit

3


(50)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator

c. Bagaimanakah kalian dapat

mempertanggungjawabkan talenta yang telah diberikan Tuhan kepadamu supaya berkembang?

d. Bagaimana kalian mengembangkan talenta-talenta yang kalian miliki?

e. Buatlah sebuah karya cipta ( puisi/sajak panjang/ gambar) yang menunjukkan ungkapan rasa syukur atas talenta yang Tuhan berikan.

4) Guru dapat memberikan penjelasan tentang pengertian akan kelebihan, sifat-sifat dan potensi yang siswa miliki dengan memberikan beberapa contoh dari cerita orang-orang berbakat yang talentanya diremehkan oleh orang lain misalnya : Luis Braille, Helen Keller, Nick Vujicic, Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Isaac Newton, Warner Von Braun, Golda Meir, dan Beethoven. 5) Guru memberikan rangkuman:

Manusia sebagai pribadi pasti memiliki kemampuan dan bakat yang sesuai dalam lingkungan tertentu. Kemampun yang dimiliki oleh seseorang hendaknya harus digunakan dan diperkembangkan. Kemampuan dan bakat adalah anugrah Tuhan, yang dalam Kitab Suci disebut talenta. Tuhan menghendaki agar talenta yang kita miliki digunakan dan dikembangkan dengan baik.

4

4

3


(51)

No Kegiatan Belajar Waktu Indikator Dalam Inji Matius 25:14-30 dikisahkan seorang tuan

yang memberikan kepada mereka masing-masing sejumlah talenta sesuai dengan kemampuannya untuk dikembangkan dan digunakan. Tuan yang memberikan talenta itu ternyata bertindak tegas terhadap hamba yang tidak mengembangkan talenta itu dengan baik.

Setiap orang termasuk kita telah diberi Tuhan talenta masing-masing. Maka kita hendaknya mengembangkan talenta itu sebagai mana mestinya. Mengembangkan dan menggunakan talenta dengan baik adalah tuntutan dan panggilan kita sebagai orang Kristiani. Contoh-contoh orang yang telah mengembangkan talenta dengan baik adalah Albert Eistein, Isaac Newton, Nick Vujicic, dll”

5

3

PENUTUP

 Guru memberikan evaluasi kepada siswa untuk ditulis di buku catatan masing-masing:

1. Bagaimana sikap kalian terhadap kelebihan dan kekurangan yang kalian miliki?

2. Inspirasi apa yang dapat kalian petik dari perumpamaan Tuhan tentang “talenta”?

3. Sebutkanlah usaha-usaha yang dapat kalian lakukan untuk mengembangkan talenta yang kalian miliki!

 Doa penutup dipimpin oleh salah satu siswa yang telah ditunjuk.

15 menit

2

K. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Sumber Bahan

 Komisi Kateketik KWI. 2007. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK”. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 26-36


(52)

 Kristianto, Yosef dkk. 2010. Pendidikan Agama Katolik, Menjadi Murid-murid Yesus. Yogyakarta : Kanisius. Hal 3-5

2. Media/ Alat Pembelajaran

LCD, Laptop, speaker, komputer, papan tulis, spidol, Pengalaman siswa.

Yogyakarta, 6 Agustus 2012 Menyetujui

Dosen Pembimbing, Praktikan,

(Dra. Y. Supriyati, M.Pd) Anne Dian Pertiwi Mengetahui

Guru Mata Pelajaran

Drs. B. Sumarno, S.Pd., S.Kom. NIP : 19540405 1985031 015


(53)

B. Mengajar

1. Pengertian mengajar

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara terencana dengan media buku pelajaran, pengalaman atau bahkan alat peraga guna melakukan transfer ilmu kepada naradidik. Mengajar menurut Nasution (1986: 1) yaitu: a) menanamkan pengetahuan kepada anak; b) menyampaikan kebudayaan kepada anak; c) mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Hal tersebut menurut Nasution (1986: 1) memiliki tujuan yaitu: a) Penguasaan pengetahuan oleh anak; b) di harapkan anak-anak mengenal kebudayaan bangsanya dan kebudayaan dunia; dan c) mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar.

Sementara tujuan mengajar menurut Gagne (1986: 1) adalah membantu setiap individu untuk menggunakan secara optimal bakat-bakatnya, menikmati kehidupannya, dan mengadakan integrasi dengan lingkungan sosial dan ligkungan fisiknya. Karakteristik cara perencanaan dan perancangan pengajaran menurut Gagne dan Briggs ( dalam Gagne, 1983: 1) adalah pengajaran harus berorientasi pada manusia secara individual dalam perkembangannya dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, rancangan pengajaran mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek, pengajaran yang dibentuk secara sistematis dapat sangat mempengaruhi perkembangan manusia secara individual. Dalam merancang pengajaran juga harus berdasarkan pada pengetahuan mengenai prinsip-prinsip


(54)

belajar, terutama kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar, sehingga dapat diperoleh kondisi yang diinginkan.

Menurut Hasibuan & Moedjiono (1986: 3) mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar yang tersedia. Untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu seorang guru perlu menggunakan strategi belajar-mengajar.

Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, dimana terjadi transfer pengetahuan ataupun penemuan pengetahuan yang menjadikan peserta didik semakin memahami ilmu.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Uzer Usman, 1990: 1).

Mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. Artinya setiap keputusan dalam


(55)

melaksanakan aktivitas mengajar bukanlah didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan subjektif atau tugas yang dapat dilakukan sekehendak hati, tetapi didasarkan kepada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dalam mengajar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan latar belakang yang sesuai, yaitu latar belakang kependidikan keguruan (Wina, 2006:16)

2. Kompetensi Guru

Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi menjadi seorang guru yang profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan (Uzer Usman, 1990: 2). Kunandar (2008: 46) menjelaskan bahwa profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan sementara guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain (Hamzah B Uno, 2007: 69):

a. Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.


(56)

b. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subyek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu “ Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. c. Kompetensi sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi

sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.

d. Kompetensi pedagogik, yaitu kompetensi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu tingkat keprofesionalan guru dapat dilihat dari kompetensi ini ( Wina, 2006: 18). Kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya :

a. Kemampuan untuk menguasai landasan pendidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai, baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar dan lain sebagainya

c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.


(57)

e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar

f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran

h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan.

i. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja

Hakikat Profesi Guru (Hamzah, 2007: 15) Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut :

a. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.

b. Membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.

c. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik. d. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan

pengetahuan yang dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi) agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.

e. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.

f. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

g. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/ meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.


(58)

h. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

i. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 pada Bab III pasal 7 ayat(1) tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme,

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

d. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. e. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 2). Secara implisit Nouwen (1998: 17) mengatakan bahwa profesi keguruan idealnya bukan sekedar suatu pekerjaan atau tugas eksternal melainkan sungguh merupakan manifestasi dari suatu dorongan batin internal pribadinya. Demikian dalam aktivitas


(59)

profesionalnya, guru memang harus cakap dalam membuat desain program dan keterampilan untuk mengkomunikasikan program kepada anak didik. Namun lebih jauh dari itu, keduanya mesti digerakkan oleh minat dan kompetensinya.

Kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai oleh guru yang bertaraf profesional ( Nana Sudjana, 1989: 20-22) meliputi:

1) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar

Sebelum membuat perencanaan belajar-mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan belajar-mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan, teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran.

2) Melaksanakan / mengelola proses belajar mengajar

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar-mengajar dihentikan-ataukah diubah metodenya, apakah mengulang dahulu pelajaran yang lalu, manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pengajaran. Maka kemampuan mengelola proses belajar-mengajar tidak mungkin diperoleh tanpa mengalaminya langsung.


(60)

Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang dicapai para siswa, baik secara iluminatif observatif maupun secara struktural-objektif. Penilaian secara iluminatif observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian secara struktural- obyektif berhubungan dengan pemberian skor angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa. 4) Menguasai bahan pelajaran

Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Adanya buku pelajaran yang bisa dibaca siswa, tidak berarti guru tak perlu menguasai bahan. Memang guru bukan maha tahu tapi guru dituntut pengetahuan yang luas dan mendalami keahliannya atau mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Dari berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang dengan sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum (Uzer Usman, 1995: 14). Maka guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Uzer Usman, 1995: 15).

3. Metode Mengajar (Hasibuan, 1986 : 13-31)

Menghadapi peserta didik dengan berbagai keragaman latar belakang dan juga kemampuan menerima suatu pelajaran memang membutuhkan perhatian khusus. Seorang guru perlu menyesuaikan metode mengajar dengan materi dan


(61)

juga keadaan peserta didik, oleh karena itu guru perlu menguasai berbagai metode mengajar, antara lain:

a. Metode Ceramah

metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.

b. Metode Tanya-jawab

Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan:

1) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.

2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan.

3) mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir sendiri adalah bertanya.

4) menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

5) memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas. c. Metode Diskusi

Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Metode diskusi adalah suatu cara


(62)

penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

d. Metode Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar-mengajar yang memiliki kadar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Tetapi pelaksanaannya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih. e. Metode Simulasi

Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata stimulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation yang artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja). simulasi bertujuan untuk: melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional, maupun bagi kehidupan sehari-hari, untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, untuk latihan memecahkan suatu masalah. bentuk simulasi antara lain: sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.

f. Metode Demonstrasi

Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru, atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta), atau seorang siswa


(63)

memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya: bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

4. Keterampilan dasar mengajar

Guru merupakan pelaksana pendidikan yang berperan aktif dalam menyampaikan suatu pengetahuan kepada peserta didik, oleh sebab itu seorang guru perlu memiliki strategi dan keterampilan khusus sebagai penunjang keberhasilan suatu pengajaran, keterampilan yang perlu dimiliki seorang guru antara lain :

a. Keterampilan memberi penguatan : memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. b. Keterampilan bertanya: bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta

respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan “ berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.

c. Keterampilan menggunakan variasi : menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.


(1)

perencanaan pengajaran, pendekatan sistem dalam pengajaran, model-model disain instruksional, komponen utama perencanaan pengajaran, dan menyusun satuan pelajaran yang dapat dijadikan acuan pembelajaran bagi mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah. Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) sendiri merupakan kegiatan wajib bagi mahasiswa program studi pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma guna melatih kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori mengajar yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam melaksanakan program pengalaman lapangan tentunya sebagai syarat utama peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) wajib membuat perencanaan pengajaran sesuai dengan ketentuan administrasi pihak sekolah yang bersangkutan.

B. SARAN

Sebagai seorang mahasisiwa tentunya belajar merupakan hal wajar yang berlangsung secara terus menerus, bahkan dalam hidup harus belajar dan selalu belajar baik dari buku, lingkungan dan juga pengalaman. Seseorang mengalami kesalahan itu berarti pernah mencoba. Menanggapi realita dan juga berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan maka pada akhir penulisan ini perkenankanlah penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Mahasiswa perlu berinovasi dalam menentukan sarana, prasarana serta metode dalam mengajar untuk menghindari kebosanan bagi peserta didik.


(2)

2. Sebagai mahasiswa perlu menyadari dan melaksanakan tanggungjawab dan kewajiban-nya untuk disiplin dalam hal mengumpulkan tugas persiapan mengajar.

3. Pihak Kampus perlu memperhatikan kesulitan yang dialami oleh mahasiswa berkaitan dengan persiapan mengajar di sekolah.

4. Sebaiknya diberikan acuan yang pasti sebagai tuntunan bagi mahasiswa PPL agar tidak ada perbedaan antara persiapan mahasiswa yang satu dan yang lainnya. Maka perlu adanya contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, program semester dan program tahunan yang dapat dipakai sebagai acuan.

5. Sebaiknya ada koordinasi yang baik antara dosen yang satu dengan dosen yang lain sehingga tidak ada perbedaan antara perencanaan yang satu dan yang lainnya, sehingga semua mahasiswa dapat belajar bersama tanpa memandang siapapun dosen pengampu mereka.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2009). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda.

Ali Muhidin, Sambas. (2007). Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam

Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Adi Karya

Gagne, Robert M.& Briggs, Leslie J. (1983). Prinsip Perancangan Pengajaran.

Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Atma Jaya.

Hamzah B. Uno. (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ---.(2007). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hartani.A.L. (2011). Manajeman Pendidikan. Yogyakarta: Laks Bang Pressindo. Hasibuan. J.J & Moedjiono. (1986). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja

karya.

Heryatno Wono Wulung. F.X. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik

Di Sekolah. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama KAtolik Di Sekolah I

untuk semester II, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Imam, Barnadib. (1997). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adi Karya Nusa

Kristianto, Y. (2005). Teori PAK PM. Diktat Mata Kuliah Teori Pendidikan Agama Katolik untuk mahasiswa semester VI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama KAtolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan & Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Ratu Grafindo

Persada.

Nana Sudjana. (1987). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nasution. (1986). Didaktik Asas Asas Mengajar. Bandung: Jemmars

Nouwen, Henri. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Oemar Hamalik. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


(4)

---. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Rugaiyah & Atiek Sismiati. (2011). Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Setyakarjana, J. (1982). Pelajaran Agama Katolik Di Sekolah. Yogyakarta: Pradnyawidya.

Staf Dosen.(2010).Panduan Program Studi IPPAK.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sudarwan Danim & Khairil. (2010). Profesi kependidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (2002). Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Supriyati, Y.(2012). Perencanaan Pengajaran. Diktat Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran untuk Mahasiswa Semester IV, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Ulihbukit Karo-karo. Ign, dkk. (1979). Metodologi Pengajaran. Salatiga: Saudara. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 2, ayat 1.

Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang profesi guru. --- Nomor 14 Tahun 2005 tentang kompetensi pendidik. Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda karya.

Vembriarto, dkk. (1972). Pengantar Perentjanaan Pendidikan. Jogjakarta: Gunung Agung

Wina Sanjaya. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Fajar Inter Pratama.


(5)

viii ABSTRAK

Skripsi dengan judul PERANAN PERENCANAAN PENGAJARAN BAGI PELAKSANAAN MENGAJAR MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) PENDIDIKAN MENENGAH PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (IPPAK) SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2012/2013 ditulis berdasarkan pentingnya perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) tingkat pendidikan menengah program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah apakah perencanaan pengajaran mempunyai kedudukan yang penting bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas, sehingga perencanaan pengajaran perlu mendapat perhatian yang besar dalam proses mempersiapkannya. Permasalahan tersebut diolah dalam penelitian sederhana yang ditujukan kepada mahasiswa semester VII program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma yang telah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) Pendidikan Menengah, untuk semester gasal tahun ajaran 2012/2013. Meliputi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana para mahasiswa melaksanakan PPL pada beberapa sekolah swasta Katolik yang tersebar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pengajaran mempunyai peranan yang penting dan menunjang keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Perencanaan pengajaran yang disiapkan dengan baik dapat dipakai sebagai acuan kegiatan belajar serta memudahkan guru dalam mengelola kelas. Mengingat begitu pentingnya Perencanaan pengajaran bagi guru, maupun bagi tercapainya tujuan kegiatan belajar mengajar maka Perencanaan pengajaran harus dimiliki dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.

Untuk membantu memudahkan mahasiswa dalam menyusun perencanaan pengajaran, maka penulis mencoba memberikan contoh Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) sebagai sarana agar para peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah memiliki contoh Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) pada saat menyiapkan perencanaan pengajaran.


(6)

ix ABSTRACT

A study entitled THE ROLE OF LESSON PLANNING IN THE IMPLEMENTATION OF TEACHING UNDERGRADUATES IN THE FIELD EXPERIENCE PROGRAM (PPL), CATHOLIC EDUCATION (PAK), SECONDARY EDUCATION IN THE STUDY OF CATHOLIC SPECIALIZATION PROGRAM (IPPAK) of SANATA DHARMA 2012/2013 is written based on the importance of teaching planning for the implementation carried out through the Field Experience Program for undergraduates in Catholic Instruction in Educational sciences at Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The underlining issue in this study is whether or not the teaching planning has significant correlation to the ongoing learning in class, so that the planning requires constant attention in its preparation process. This issue is organized into a simple research that is intended for students in 7th semester.

Research has shown that planning plays a vital role in a teacher’s success in teaching learning objectives. Lesson plans that have been adequately prepared can be used as a benchmark that allows a teacher to organize class. Lesson planning is essential and must be prepared as best as it can by the teacher who plays a role of a facilitator in the teaching and learning activities. To make it easier for undergraduates to plan a lesson, the author has provided an example of a Teaching Implementation Plan as a medium for participants in the Field Experience Program of Catholic Education who are preparing a lesson plan.


Dokumen yang terkait

Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015.

0 0 2

Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis.

1 36 153

Pengaruh mata kuliah program pengalaman lapangan pendidikan Agama Katolik paroki terhadap panggilan mahasiswa menjadi seorang Katekis di program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3 45 136

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

0 1 2

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta

0 2 118

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230

Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 20

0 1 107