Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

(1)

viii ABSTRAK

Judul Skripsi ini adalah PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA, SEBAGAI CALON KATEKIS. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan sekilas dan kesan pribadi penulis mengenai situasi mahasiswa IPPAK yang sedang studi di IPPAK, pada saat ini yakni kurang menghayati makna Ekaristi dalam hidup hariannya, dan kurang membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi. dan sejauh mana Ekaristi yang mereka rayakan berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka sebagai calon katekis. Atau Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup yang memberi semangat dan kekuatan hidup untuk menghayati hidup panggilan sebagai calon katekis seakan menjadi rutinitas belaka, padahal sebagai calon katekis sebelum mereka mewartakan sabda Allah, setidaknya mereka terlebih dahulu merasakan kehadiran melalui perayaan Ekaristi.

Maka untuk menanggapi situasi tersebut, penulis menggunakan kajian pustaka untuk menambah informasi mengenai makna Ekaristi guna meningkatkan kesadaran para mahasiswa yang sedang studi tentang pentingnya makna merayakan Ekaristi. Penulis juga melakukan penelitian. Penelitian yang dipilih adalah penelitian Ex Post Facto dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para mahasiswa. Responden yang digunakan oleh penulis adalah mahasiswa angkatan 2009 – 2014 yang diambil dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani. Dari hasil penelitian menunjukkan setiap responden menyatakan bahwa Ekaristi yang mereka rayakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka, sebagai calon katekis dan mereka merasa dikuatkan dalam hidup mereka.

Maka untuk menindaklanjuti hasil dari penelitian tersebut, penulis telah mengusulkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis

yang akan diberikan dalam bentuk pendalaman iman. Melalui program ini, para mahasiswa yang sedang studi diharapkan semakin sadar untuk meningkatkan penghayatan akan makna Ekaristi, misalnya mengikuti perayaan Ekaristi dengan sepenuh hati. Para mahasiswa juga diharapkan dengan Ekaristi yang mereka rayakan, buahnya adalah mereka semakin mencintai panggilannya sebagai calon katekis dan semakin tergerak untuk melayani dan berbagi hidup di dalam Gereja, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Sehingga dengan demikian mereka mampu menjadi calon katekis yang siap di utus kemana pun.


(2)

ix

ABSTRAC

This small Thesis, THE INFLUENCE EUCHARIST TOWARDS SPRITUAL DEVELOPMENT OF STUDENTS IN DEPARTEMENT OF CATHOLIC RELIGION EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY, AS PROSPECTIVE CATECHIST. The title of this small thesis was chosen based on observasion and author’s impression about the student’s who study in the department of Catholic Religious Education. Presently they don’t have enthusiast in Eucharist on their daily life as Cathechist candidates. They don’t feel the importance of Eucharist for their spiritual development. Eucharist is a source and head of life that gives spirit and power for human life for the student in Departement of Catholic Religious Education. Eucharist seemed to be a routinity, and they don’t feel the meaning at all.

To respond this situasion, the author used literature study to add information about Eucharist. The author conducted ex post facto research with qualitative method. Research was done by spreading quesionaires to the studens. The respondents are students in the year 2009 to 2014, with Proportionate Stratified Random sampling technique. The aim of this research is to see the influence of Eucharist to wards spiritual development from the result, every respondents agreed that Eucharist gives big influence for their spiritual development, as prospective catechists.

To follow up the research result, the author suggested a catechism program with SCP (Shared Christian Praxis) model. With this program, the students are expected to realize the meaning of the Eucharist celebration whole hearted. The students, as well are expected to love their calling as cathecists and more action in serving Church, family and society. So that they can be cathecists to be ready to be every where.


(3)

PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS

SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh Fery Fredericus NIM : 101124042

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS

SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh Fery Fredericus NIM : 101124042

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah Tri Tunggal Mahakudus Sang pemberi kehidupan.

Bunda Maria dan Santo Yosef yang setia mendoakan saya.

ke dua orang tua saya ( Hutman Pakpahan dan Rupina br. Nainggolan ) yang

telah melahirkan, membesarkan, mendidik, membimbing dan memberi

kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan studi.

Seluruh Keluarga yang telah mendidik dan membesarkan saya.


(8)

v

MOTTO

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Ams 16 :3)

"Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak - Mu"


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

Judul Skripsi ini adalah PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA, SEBAGAI CALON KATEKIS. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan sekilas dan kesan pribadi penulis mengenai situasi mahasiswa IPPAK yang sedang studi di IPPAK, pada saat ini yakni kurang menghayati makna Ekaristi dalam hidup hariannya, dan kurang membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi. dan sejauh mana Ekaristi yang mereka rayakan berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka sebagai calon katekis. Atau Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup yang memberi semangat dan kekuatan hidup untuk menghayati hidup panggilan sebagai calon katekis seakan menjadi rutinitas belaka, padahal sebagai calon katekis sebelum mereka mewartakan sabda Allah, setidaknya mereka terlebih dahulu merasakan kehadiran melalui perayaan Ekaristi.

Maka untuk menanggapi situasi tersebut, penulis menggunakan kajian pustaka untuk menambah informasi mengenai makna Ekaristi guna meningkatkan kesadaran para mahasiswa yang sedang studi tentang pentingnya makna merayakan Ekaristi. Penulis juga melakukan penelitian. Penelitian yang dipilih adalah penelitian Ex Post Facto dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para mahasiswa. Responden yang digunakan oleh penulis adalah mahasiswa angkatan 2009 – 2014 yang diambil dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani. Dari hasil penelitian menunjukkan setiap responden menyatakan bahwa Ekaristi yang mereka rayakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka, sebagai calon katekis dan mereka merasa dikuatkan dalam hidup mereka.

Maka untuk menindaklanjuti hasil dari penelitian tersebut, penulis telah mengusulkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis

yang akan diberikan dalam bentuk pendalaman iman. Melalui program ini, para mahasiswa yang sedang studi diharapkan semakin sadar untuk meningkatkan penghayatan akan makna Ekaristi, misalnya mengikuti perayaan Ekaristi dengan sepenuh hati. Para mahasiswa juga diharapkan dengan Ekaristi yang mereka rayakan, buahnya adalah mereka semakin mencintai panggilannya sebagai calon katekis dan semakin tergerak untuk melayani dan berbagi hidup di dalam Gereja, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Sehingga dengan demikian mereka mampu menjadi calon katekis yang siap di utus kemana pun.


(12)

ix

ABSTRAC

This small Thesis, THE INFLUENCE EUCHARIST TOWARDS SPRITUAL DEVELOPMENT OF STUDENTS IN DEPARTEMENT OF CATHOLIC RELIGION EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY, AS PROSPECTIVE CATECHIST. The title of this small thesis was chosen based on observasion and author’s impression about the student’s who study in the department of Catholic Religious Education. Presently they don’t have enthusiast in Eucharist on their daily life as Cathechist candidates. They don’t feel the importance of Eucharist for their spiritual development. Eucharist is a source and head of life that gives spirit and power for human life for the student in Departement of Catholic Religious Education. Eucharist seemed to be a routinity, and they don’t feel the meaning at all.

To respond this situasion, the author used literature study to add information about Eucharist. The author conducted ex post facto research with qualitative method. Research was done by spreading quesionaires to the studens. The respondents are students in the year 2009 to 2014, with Proportionate Stratified Random sampling technique. The aim of this research is to see the influence of Eucharist to wards spiritual development from the result, every respondents agreed that Eucharist gives big influence for their spiritual development, as prospective catechists.

To follow up the research result, the author suggested a catechism program with SCP (Shared Christian Praxis) model. With this program, the students are expected to realize the meaning of the Eucharist celebration whole hearted. The students, as well are expected to love their calling as cathecists and more action in serving Church, family and society. So that they can be cathecists to be ready to be every where.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kelimpahan berkat

dan rahmat yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga skripsi berjudul

PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP

ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA,

SEBAGAI CALON KATEKIS dapat terselesaikan. Penulisan ini awalnya

dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat sebagian mahasiswa IPPAK yang

sedang studi kurang menghayati dan menyadari makna ekaristi dalam

hidupnya dan keinginan penulis untuk mempelajari lebih dalam lagi

mengenai sakramen Ekaristi. Oleh karena itu skripsi ini bertujuann untuk

menggali dan melihat seberapa besar pengaruh Ekaristi terhadap

perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK, sebagai calon Katekis. Selain

itu skripsi ini sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan


(14)

xi

1. Rm. Drs.F.X.Heryatno,W,W, S.J,M.Ed. Selaku Kaprodi IPPAK yang telah

memberikan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dari awal hingga

selesainya Skripsi ini.

2. Rm. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, S.J selaku dosen pembimbing utama

yang telah membimbing, meluangkan waktu, memberikan pengarahan,

kritik dan saran serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan Skripsi

dari awal hingga akhir penulisan

3. Rm. Dr. Carolus Boromeus Putranto, S.J selaku dosen penguji kedua dan

pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan pertolongan,

perhatian dan motivasi kepada penulis selama berproses di kampus

4. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd, selaku dosen penguji ketiga dan dosen

penelitian yang telah mendukung dan memotivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK yang telah mendampingi,

membimbing serta membekali pengetahuan dan keterampilan bagi penulis


(15)

xii

6. Para Mahasiswa IPPAK angkatan 2009 – 2014 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian sehingga proses penulisan skripsi ini dapat

berjalan dengan lancar

7. Bapak, Ibu, adik dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan

semangat dan dukungan spiritual, moral dan material selama penulis

menempuh studi di IPPAK

8. Para Suster SFD Komunitas Rajawali (Sr. Skolastika Simbolon, Sr. Egidia

Sitanggang, Sr. Isabella Ginting, Sr. Calixta Tondang, Sr. Aloysia

Simbolon, Sr. Johana, Sr. Bernarda Tamba, Sr. Yolanda Sipayung, Sr.

Yoella Purba ) yang telah memberikan perhatian, dukungan, semangat dan

peneguhan serta doa kepada penulis selama studi dan menyelesaikan

skripsi ini.

9. Teman – teman IPPAK angkatan 2010 yang selama ini telah berproses bersama, berbagi pengalaman hidup, memberi dukungan dan kritikan serta

peneguhan selama penulis melaksanakan studi di IPPAK

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang selama ini

memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran


(16)

(17)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... .. ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv

MOTTO... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ... vii

ABSTRAK... ... viii

ABSTRACK... ... ix

KATA PENGANTAR ... ... x

DAFTAR ISI... ... xiv

DAFTAR SINGKATAN………. xx

DAFTAR TABEL  Tabel 1 : Rincian jumlah mahasiswa IPPAK per angkatan Tahun Akademik 2014/2015……… 60

 Tabel 2 : Jumlah Keseluruhan mahasiswa IPPAK Tahun Akademik 2014/2015………... 60

 Tabel 3 : Variabel Penelitian……….... 70

 Tabel 4 : Pemahaman mengenai Sakramen………... 71

 Tabel 5 : Penghayatan akan makna Sakramen Ekaristi…….... 72

 Tabel 6 : Kesadaran tentang Liturgi………... 73


(18)

xv

Hidup rohani ……….... 74

 Tabel 8 : Buah Hidup Rohani sebagai calon Katekis………... 76

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah………. 6

C. Tujuan Penulisan……….... 7

D.Manfaat Penulisan……….. 7

E. Metode Penulisan... 8

F. Sistematika Penulisan………... 8

BAB II EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASIWAIPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS…... 10

A.Sakramen Ekaristi dalam Gereja Katolik………. ... 10

1. Pengertian Sakramen………. ... 10

2. Ekaristi………... 13

B. Sejarah Ekaristi………... 15

1. Dasar Sakramen Ekaristi………... 15

a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan Dari Mesir ( Eksodus)………... 15

b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti tak Beragi…... .... 16

c. Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus………... 16

d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus ………... 18

e. Ekaristi Menurut perkembangan Bapa-bapa Gereja……... 18

2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) …. ………... 20

3. Makna Sakramen Ekaristi………... 22

a. Ekaristi sebagai ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis-habisnya………... 22

b. Ekaristi sebagai Perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah, Umat denga Umat………... 23


(19)

xvi

c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datangnya Karunia

Roh Kudus ( Epiklese)………... 24

d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus………... 25

e. Ekaristi Sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam Menghadapi Persoalan Hidup…………... 26

f. Ekaristi Sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja………... 27

4. Unsur-unsur Sakramen Ekaristi………... 28

a. Sarana yang Digunakan………... 28

b. Rumusan doa yang digunakan………... 29

c. Pelaksana Sakramen………... 29

d. Penerima Sakramen………... 29

5. Liturgi Sakramen Ekaristi………... 30

C.Perkembangan Hidup Rohani………... 32

1. Pengertian Hidup Rohani……….. 32

2. Aspek-aspek hidup Rohani………... 34

a. Adorasi Ekaristi……… 34

b. Hidup doa ……… 35

c. Bacaan Rohani………. 36

d. Devosi……….. 36

e. Doa Rosario………. 36

D.Buah Hidup Rohani dalam Tugas Perutusan Gereja………... 37

1. Bidang Liturgi……….. 38

2. Bidang Diakonia ( Pelayanan)……….. 40

3. bidang Koinonia ( Persekutuan)………... 41

4. Bidang Kerigma (Pewartaan)………... 42

E. Mahasiswa IPPAK sebagai calon Katekis ………. 43


(20)

xvii

2. Visi –Misi IPPAK………... 46

a. Visi IPPAK………... 46

b. Misi IPPAK………... 46

3. Tujuan IPPAK ……….. 47

4. Pengertian Katekis ………... 47

a. Orang yang sungguh beriman……….. 48

b. Mempunyai nama baik sebagai pribadi dan keluarganya… 48 c. Mempunyai pengetahuan yang memadai ……… 48

5. Tugas dan Tanggungjawab Katekis……….. 49

a. Mewartakan Sabda Allah……….. 49

b. Memberikan Kesaksian………. 50

6. Spiritualitas Seorang Katekis………. 50

a. Siap diutus ……… 51

b. Yesus Kristus sebagai pola hidup Katekis………. 52

c. Semangat Menggereja……… 52

d. Berakar dan Berbuah………. 53

7. Keterampilan Seorang Katekis ………. 53

a. Keterampilan Berkomunikasi……… . 53

b. Keterampilan Berefleksi……… . 54

BAB III PENGARUH MERAYAKAN EKARISTI BAGI PARA MAHASISWA IPPAK TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI, SEBAGAI CALON KATEKIS……. .. 58

A.Gambaran Umum Mahasiswa IPPAK ………... 59

B.Penelitian Pengaruh Penghayatan Mahasiswa IPPAK, sebagai calon Katekis dalam merayakan Ekaristi………... .... 61

 Latar Belakang Penelitian C. Tujuan Penelitian………... 64

D.Jenis Penelitian………... 64

E. Tempat dan Waktu Penelitian………... 64


(21)

xviii

G.Instrumen Penelitian………... 67

H.Variabel Penelitian………... 68

I. Hasil Penelitian ………... 70

J. Pembahasan Hasil Penelitian………... 81

1. Pemahaman Dasar tentang Sakramen Ekaristi……….... 81

2. penghayatan akan makna Sakramen Ekaristi……….. 82

3. Pemahaman tentang Liturgi………... 83

4. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Mahasiswa IPPAK untuk mengembangkan hidup Rohani……….... 84

K.Keterbatasan Penelitian………... 87

BAB IV KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USULAN DAN USAHA UNTUK MENNGKATKAN PENGHAYATAN EKARISTI TERHADAP PERKEMEBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS……... 89

A.Katekese Model SCP………... 91

1. Pengertian SCP ……….... 91

a. Praxis……….... 92

b. Kristiani……….... 93

c. Shared………... 93

2. Langkah - langkah Model SCP………... 95

a. Langkah 0 : Langkah Pertama………... 95

b. Langkah I………... 95

c. Langkah II : Refleksi Kritis atas sharing Pengalaman hidup Faktual ………... 96

d. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau………. 97

e. Langkah IV, Interpretasi Dialektis antara Tradisi dan Visi umat dengan Tradisi dan Visi Kristiani………….. 98

f. Langkah V, Keterlibatan Baru Demi memaknai terwujudnya Kerajaan Allah di tengah-tengah Dunia……... 99 g. Alasan Katekese Model SCP dipilih sebagai usaha


(22)

xix

meningkatkan semangat Para Mahasiswa yang studi di Jogya terhadap makna Ekaristi Demi

Perkembangan Hidup Rohani sebagai Calon Katekis……... 99

h. Rumusan Tema dan Tujuan……… 101

i. Matriks Program Katekese Model SCP

bagi mahasiswa IPPAK ……….. 104 j. Contoh Persiapan Katekese Model SCP……….... 109

BAB V PENUTUP ………... 121

A.Kesimpulan………... 121

B. Saran ……….... 123 1. Bagi pihak kampus………... 123 2. Bagi para mahasiswa IPPAK………... 124

DAFTAR PUSTAKA………... 125

LAMPIRAN………. 127 1. Lampiran 1 : Cerita tentang “Si Anak dan Ibu yang bijaksana”…. (1) 2. Lampiran 2 : Kitab Suci ……… (4) 3. Lampiran 3 : Penyebaran kuesioner untuk mahasiswa………….. (7) 4. Lampiran 4 : Hasil jawaban kuesioner……… (12)


(23)

xx

DAFTAR SINGKATAN A.Daftar Singkatan Kitab Suci

Kej : Kejadian

Ul : Ulangan

Yak : Yakub

Kel : Keluaran

Yoh : Yohanes

Mat : Matius

Luk : Lukas

Kis : Kisah Para Rasul

Kor : Korintus

Kol : Kolose

B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : At Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965

EE : Ecclesia de Eucharistia


(24)

xxi

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatiikan II tentang Gereja, 21 November 1964

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan para Imam

SC : Sacrosanctum Concilium, Ajaran Apostololik Paus Yohanes Paulus II Kepada Uskup dan segenap umat beriman tentang liturgi Suci, November 1990

TPE : Tata Perayaan Ekaristi

C. Daftar Singkatan Lainnya

AKKI : Akademi Kateketik Katolik Indonesia

art : artikel

DSA : Doa Syukur Agung

FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

KWI : Konfrensi Wali gereja

lih : Lihat

LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia


(25)

xxii

PUSKAT : Pusat Kateketik

PS : Puji Syukur

PTS : Perguruan Tinggi Swasta

SCP : Shared Christian Praxis SFD : Suster Fransiskan Dina

SJ : Serikat Jesus

STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik

USD : Universitas Sanata Dharma


(26)

BAB I PENDAHALUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perayaan Ekaristi sebagai Sumber dan puncak seluruh hidup umat

Kristiani (LG 11), memberi makna terdalam bagi kehidupan rohani seluruh umat

beriman. Sejak Gereja perdana merayakan Ekaristi menjadi pusat seluruh

kehidupan umat beriman Kristiani. Umat perdana tekun merayakan peristiwa

keselamatan ini dalam perjamuan makan bersama dan peristiwa pemecahan roti.

Perayaan Ekaristi yang bersumber pada perjamuan terakhir Yesus bersama para

murid-Nya dirayakan oleh umat katolik seluruh dunia. Gereja diajak terus – menerus merefleksikan hidup imannya, dan berusaha mendalami makna Ekaristi

sebagai hidup panggilan dan perutusannya di tengah dunia terlebih sekarang

dimana semakin banyak tawaran hidup yang membuat orang lemah dalam

penghayatannya sebagai orang katolik yang hidup di zaman kini

Umat kristiani sering menyebut Sakramen Ekaristi dengan istilah ucapan

Syukur atas karya keselamatan Allah yang tertumpah dalam diri Yesus yang

wafat di Kayu salib demi menebus dosa manusia atau dengan kata lain Ekaristi


(27)

Dokumen resmi Gereja sendiri yang tertuang dalam ajaran Konsili

vatikan II biasa menyebut Ekaristi sebagai “ Sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (LG 11; lih. SC 10; CD 30; AG 9). Istilah Ekaristi bukanlah sekedar

lambang belaka, tetapi adalah sungguh tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Yesus

Kristus. Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen; Ekaristi adalah Gereja dalam

bentuk sakramen. Gereja adalah bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana

persatuan mesra dengan Allah (LG 1) dan rumusan itu berlaku juga untuk

Ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “ sakramen” persatuan

dengan Allah dan kesatuan antar manusia.

Ekaristi itu perayaan umat. Perayaan yang mempertandakan kehadiran

Tuhan dalam umat. Dalam perayaan Ekaristi umat diajak untuk sungguh

menghayati – dalam iman – kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah mereka. Maka, Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing – masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri yang nyata

dalam bentuk ibadat yang pada dasarnya berasal dari agama yahudi, melalui

perjamuan malam terakhir

Ekaristi merupakan bukti nyata kasih Kristus yang terbesar, sebab

melaluinya Kristus memberikan diri-Nya sendiri kepada kita

sahabat-sahabat-Nya. Kasih Kristus ini demikian sempurna, sehingga tidak saja membawa kita

mendekat kepada-Nya, namun lebih dari itu, mempersatukan kita dengan Dia.


(28)

Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya kristus sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan Kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus

Sedangkan pada KHK,Kanon 912 lebih ditegaskan lagi bahwa ; "Setiap

orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus

diizinkan untuk menerima komuni suci".

Kedua Kanon di atas ingin menegaskan bahwa Sakramen Ekaristi

merupakan sakramen yang terluhur, yang didalamnya Yesus sendiri yang hadir,

dikurbankan, dan disantap dan menjadi puncak iman.

Jadi setiap umat beriman Kristiani yang sudah dibabtis yang termasuk

juga para mahasiswa khususnya para calon katekis wajib untuk merayakan

sakramen Ekaristi. Dengan menyambut Ekaristi dalam Komuni Kudus, kita

mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah Kristus dan kita disatukan dengan

Kristus dan dengan semua anggota-Nya. Sesuai dengan janji Kristus sendiri,

dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus ini, kita memperoleh hidup yang

kekal (Yoh 6:54). Dengan digabungkannya kita dengan Kristus, kita memperoleh

kekuatan baru untuk mengasihi dan mengampuni, sebagaimana Ia telah lebih


(29)

diubah untuk menjadi semakin serupa dengan Dia dalam hal mengasihi. Dalam

kasih inilah kesatuan kita dengan Kristus dikukuhkan. Kesatuan antara kita

dengan Kristus ini akan mencapai kesempurnaannya di surga kelak, saat Allah

menjadi semua di dalam semua (lih. 1Kor 15:28).

Mahasiswa IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik) adalah seorang calon Katekis. Katekis adalah orang beriman (dapat

menjadi contoh orang beriman lainnya), katekis adalah seorang yang mempunyai

intimitas dengan yang Ilahi (memiliki hidup rohani yang mendalam), katekis

adalah seorang yang menyadari panggilan dan perutusannya (bersyukur karena

merupakan panggilan Allah), maka dari beberapa pergertian di atas dapat kita

simpulkan bahwa katekis adalah umat beriman Kristiani yang dipanggil dan

diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta sabda Allah. Seorang pewarta berarti

mempunyai profesi mengajar dan mewartakan sabda Allah. Pewartaan sabda

Allah dilakukan melalui pengajaran agama, penghayatan hidup beriman dan

membagi pengalaman hidup kristiani.

Pada dasarnya pengajaran yang dilakukan oleh katekis terkadang hanya

membaca buku pegangan dan terlepas dari hidup sehari – hari. Terkadang katekis tidak sadar bahwa yang diwartakan adalah misteri penebusan yang dilakukan

oleh Yesus Kristus bukan diri mereka sendiri. Hal ini mengakibatkan pewartaan

kurang dapat merasuk ke dalam hati umat beriman karena hanya seperti


(30)

perjumpaan dengan Allah melalui perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi menjadi

puncak hidup manusia.

Mahasiswa IPPAK adalah, calon Katekis, yang dipanggil untuk

mewartakaan Kerajaan Allah dengan melayani sesama. Katekis adalah orang

yang dipanggil secara khusus dan diberi tugas, untuk mewartakan Kerajaan Allah

kepada sesama/umat. Maka umat pun tak jarang memandang seorang katekekis

memiliki kelebihan dari umat biasanya, salah satunya dalam hal hidup Rohani.

Tugas seorang katekis menjadi pewarta kerajaan Allah, sumber kesaksian, dan

lain sebagainya. Maka sebelum mewartakan kehadiran Allah kepada sesama,

kiranya seorang katekis merasakan kehadiran Allah terlebih dahulu melalui

Perayaan Ekaristi. Dan setelah merasakan kehadiran Allah melalui perayaan

Ekaristi barulah ia dapat mewartakan Kerajaan Allah dan bersaksi kepada

sesama.

Mahasiswa IPPAK adalah calon Katekis. menjadi seorang calon katekis

hendaknya membiasakan diri untuk merayakan perayaan Ekaristi. Oleh karena

itu menjadi seorang katekis idealnya, ialah membiasakan diri untuk merayakan

perayaan Ekaristi (Harian, Mingguan, dan Bulanan yang diadakan di kampus

setiap bulan). Namun dalam kenyataannya sebagian dari mahasiswa IPPAK,

jarang merayakan Ekaristi. Hal ini dapat dilihat hanya orang-orang tertentu yang


(31)

karena para Mahasiswa IPPAK adalah calon katekis/pewarta yang dipanggil

untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada sesama/umat.

Maka, dengan melihat kenyataan di atas maka penulis mencoba

mendalami penulisan ini dengan judul : PENGARUH EKARISTI TERHADAP

PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI

ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK,

UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS. adapun

maksud dari penulisan ini adalah untuk melihat sejauh mana Ekaristi

berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka dan membantu para

Mahasiswa menghayati perayaaan Ekaristi, sehingga hidup Rohaninya semakin

berkembang, khususnya sebagai calon katekis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Menurut Dokumen Gereja apakah Sakramen Ekaristi itu ?

2. Apa yang dimaksud perkembangan rohani menurut mahasiwa IPPAK

3. Bagaimanakah pengaruh penghayatan sakramen Ekaristi terhadap

perkembangan hidup rohani, mahasiswa IPPAK - Universitas Sanata


(32)

C. TUJUAN PENULISAN

Penulisan ini mempunyai tujuan untuk menggali seberapa besar pengaruh

merayakan Ekaristi terhadap Perkembangan hidup Rohani para Mahasiswa/I

IPPAK, sebagai calon katekis, dan sekaligus melihat sebab- sebab jarangnya

Mahasiswa merayakan Sakramen Ekaristi dengan rumusan sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahani pengertian sakramen Ekaristi

2. Membantu mahasiswa untuk memahami perkembangan hidup rohani

3. Melihat sejauh mana merayakan Ekaristi membantu perkembangan hidup

rohani mahasiswa IPPAK

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi mahasiswa IPPAK, menjadi pengetahuan dan masukan baru, untuk

membantu mereka untuk memahami pengertian sakramen Ekaristi

2. Membantu mahasiswa IPPAK dalam meningkatkan hidup rohani, sebagai


(33)

3. Untuk melihat sejauh mana merayakan Ekaristi berpengaruh dalam

perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK

E. METODE PENULISAN

Metode yang dipakai adalah metode deskriftif analitis. Pada penelitian

ini penulis akan memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada

sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode ini akan di

dukung dengan penelitian kualitatif. Pencarian data dengan menyebarkan

kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaaan atau pernyataan yang

diberikan kepada responden. Jenis Kuesioner yang digunakan adalah bersifat

tertutup dengan menggunakan checklist. Penulis mengadakan peneliian

terhadap para mahasiswa IPPAK, setelah mengadakan dan melaksanakan

penelitian yang berkaitan dengan sejauh mana pengaruh mengikuti perayaan

Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai

calon Katekis.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Tulisan ini mengambil judul pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan

hidup Rohani Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik,


(34)

Bab I. Bab Pendahuluan ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri

dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II. Kajian Pustaka. Bab ini berisi pengertian Sakramen Ekaristi,

makna Sakramen Ekaristi, unsur – unsur sakramen Ekaristi, Liturgi sakramen Ekaristi, pengertian Hidup Rohani, sejarah berdirinya lembaga IPPAK pengertian

Katekis, tugas Katekis, spiritualitas katekis, dan keterampilan seorang katekis,

buah-buah hidup rohani terhadap tugas perutusan sebagai calon Katekis

BAB III. Metode Penelitian. Pada bab ini penulis akan mulai masuk

dalam metode – metode penelitian yang akan dilakukan untuk melihat sejauh mana Ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa. Bab

ini juga berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Responden

penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian, hasil penelitian, pembahasan

penelitian, keterbatasan penelitian.

BAB IV. Usulan program. Pada Bab ini, penulis mencoba memberikan

usulan program yang sekiranya dapat membantu untuk mengatasi masalah yang

telah dirumuskan pada bab I,II dan III.

BAB V. Kesimpulan dan saran. Bagian ini merupakan bagian terakhir


(35)

BAB II

EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS

Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang Ekaristi dan

perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai calon katekis yang

meliputi beberapa bagian yaitu sakramen Ekaristi dalam Gereja katolik yang

meliputi tentang pengertian sakramen Ekaristi dan Ekaristi. Pada bagian kedua

menjelaskan Ekaristi dari sudut pandang Kitab suci, makna Ekaristi, Unsur -

unsur Sakramen Ekaristi, Liturgi Sakramen Ekaristi. Pada bagian ketiga akan

menjelaskan mengenai perkembangan hidup rohani, aspek-aspek hidup rohani

dan pada bagian terakhir membahas mengenai mahasiwa IPPAK sebagai calon

katekis, pengertian katekis tugas, tanggungjawab katekis dan spritualitas katekis,

A. Sakramen Ekaristi dalam Gereja Katolik 1. Pengertian Sakramen

Martasudjita, (1999:160) menjelaskan, kata “Sakramen” berasal dari bahasa Latin sacramentum yang dalam abad II dipakai untuk menerjemahkan kata Yunani; mysterion dalam Kitab Suci. Sacramentum bisa berarti “ Sumpah” (Setia) prajurit dalam dunia militer”. Kata sacramentum sendiri dipakai untuk menerjemahkan mysterion dalam Kitab Suci. Dalam perjanjian lama mysterion


(36)

menunjuk Allah sendiri yang mewahyukan diri baik dalam sejarah masa kini

maupun masa yang akan datang (Eskatologis). Perjanjian baru memahami

mysterion sebagai rencana keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus, sebagaimana dikatakan dalam Kol:1:26 “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan

kepada orang-orang kudus-Nya.

Penulis juga menyampaikan pengertian sakramen yang dikutip dari

kamus teologi. dalam kamus teologi dijelaskan demikian Sakramen ( Latin, “janji

setia di hadapan umum“). Tanda kelihatan yang diadakan oleh Kristus yang

menyatakan dan menyampaikan rahmat. Dalam Gereja Katolik dan ortodoks

menerima tujuh sakramen: Baptisan, penguatan, Ekaristi, perkawinan, tahbisan,

pengurapan orang sakit, dan tobat. Teologi modern berbicara mengenai Kristus

sebagai Sakramen utama atau tanda rahmat Allah yang berdaya guna dan Gereja

yang didirikan-Nya sebagai sakramen dasar, yang diwujudnyatakan dalam

ketujuh sakramen (Collins, 1996 : 283 ).

Penulis juga melihat perkembangan Teologi dewasa ini umumnya

berpandangan bahwa Yesus Kristus sendiri adalah sakramen induk, dan Gereja

disebut sakramen sejauh berhubungan dengan Kristus. Sedangkan ketujuh

Sakramen dipandang sebagai kontretisasi dan perwujudan konkret

sakramentalitas Gereja dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,

penggunaan istilah sakramen kini diperluas, segala sesuatu bisa disebut


(37)

kelihatan dan manusiawi itu memiliki keterbukaan terhadap Allah dan dilain

pihak sesuatu itu orang dapat mengalami kehadiran Allah yang menyelamatkan

(Martasudjita, 1999: 160 - 162). Dan hal ini senada seperti yang dituliskan dalam

Katekismus Gereja Katolik (1995: 1113) yang mengatakan “seluruh kehidupan

Gereja berkisar di sekeliling kurban Ekaristi dan sakramen - sakramen.

Maka penulis mencoba menyimpulkan bahwa sakramen merupakan tanda

dan simbol. Hidup manusia tidak dapat lepas dari simbol ataupun lambang,

bahkan hidup kita sangat begitu lekat dengan lambang yang merupakan benda

atau perbuatan yang pada hakikatnya memiliki arti yang lebih dalam dari pada

benda. Misalnya, seorang pria yang memberi cincin kepada seorang gadis. Hal

itu bukan semata - mata hanya ingin memberi cincin tetapi melambangkan

ungkapan kasih sayang atau cinta. Maka sakramen di dalam Gereja

melambangkan dan mengungkapkan karya penyelamatan Allah dan pengalaman

dasariah manusia yang diselamatkan.

Sakramen menjadi tanda/perantara di mana Yesus Kristus sungguh hadir

dan aktif berkarya di dalam diri umat Allah. Dalam diri Yesus Kristus kita dapat

melihat Allah yang tidak kelihatan dan juga mengenal serta mengalami siapa

sebenarnya Allah itu. Ia tidak kelihatan tetapi melalui Gereja-Nya Ia hadir secara

rohani di tengah kita dan menjadi kelihatan. Gereja adalah alat dan sarana

penyelamatan di mana Yesus Kristus tampak untuk menyelamatkan manusia.

Gereja menjadi alat dan sarana penyelamatan melalui kejadian - kejadian dalam


(38)

untuk menjadi tampak dan dengan demikian dapat dirasakan kehadiran-Nya oleh

manusia dewasa ini.

2. Ekaristi

Kamus Teologi menjelaskan Ekaristi sebagai berikut; Eucharist (Yun. “Syukur”). Kata yang dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa,

khususnya bagian kedua (sesudah perayaan sabda) yang mencapai puncaknya

pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan berakhir

dengan komuni. Ekaristi juga menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam roti

dan anggur. Ekaristi yang diadakan oleh kristus pada perjamuan terakhir, adalah

yang paling agung diantara sakramen-sakramen yang lain dan merupakan pusat

hidup Gereja (Collins, 1996 ; 643). Dan Ekaristi adalah sumber dan puncak

seluruh hidup Kristiani” ( Lumen Gentium, konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, art 11 ) dan dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan

Rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita (Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan Para Iman/ PO 5). bdk KGK

(Katekismus Gereja Katolik), art 1324

Paus Yohanes Paulus II menjelaskan dalan Dokumen Ecclesia de Eucharistia (EE, art 10) bahwa “Ekaristi sebagai sumber kehadiran Kristus dalam persekutuan umat beriman dan menjadi santapan rohaninya adalah milik

Gereja yang paling berharga dalam perjiarahannya sepanjang sejarah. Ini juga


(39)

Ekaristi merupakan perayaan sakramen yang mempersatukan

(Sutrisnaatmaka,2012:15). Maksudnya adalah Ekaristi menjadi sarana pemersatu

karena dengan perayaan Ekaristi, umat beriman Kristiani berkumpul bersama

untuk mendengarkan sabda Allah kemudian menghayati dalam kehidupan

sehari-hari.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sakramen

Ekaristi adalah sebuah perayaan syukur dan sumber serta puncak seluruh

kehidupan umat Kristiani. Sakramen Ekaristi adalah suatu perayaan syukur

untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah

yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban

salibNya. Di dalam Ekaristi kita mengenangkan penderitaan Yesus sebelum

menyerahkan diri pada kayu salib untuk keselamatan seluruh umat beriman.

Selain itu juga dalam perayaan Ekaristi kita berdoa memohon kehadiran Roh

Kudus dalam perjamuan Ekaristi supaya memberkati Roti dan Anggur yang

disantap bersama, agar menjadi santapan Rohani. Kita juga percaya Roh Kudus

yang menjadikan karya keselamatan Allah terwujud di dalam dunia. Dan hal

yang terpenting dalam perayaan Ekaristi ialah kita diajak untuk menghayati


(40)

B. Sejarah Ekaristi

Ekaristi sebagai sumber pusat dan puncak kehidupan Gereja mempunyai

latar belakang yang kuat dalam Perjanjian Lama, terutama dalam tradisi Yahudi

sekitar Paskah. Sejumlah istilah yang dikenakan di dalam perayaan Ekaristi

mempunyai akarnya di dalam tradisi bangsa Israel, yang dapat dilihat dalam

Perjanjian Lama dan akar Ekaristi tadi disempurnakan di dalam Perjanjian Baru.

1. Dasar Sakramen Ekaristi

a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan dari Mesir

(Eksodus)

Setiap bangsa mempunyai kenangan akan peristiwa yang menentukan

perjalanan hidup bersama. Bagi bangsa Israel, kenangan yang tak dapat

dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari

Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti

oleh penggambaran di padang Gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai

umat Allah dalam ikatan perjanjian (Prasetyantha, 2008 : 19).

Kenangan akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir

dirayakan setiap tahun pada perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, yaitu

pada tanggal 14 bulan Nisan (sekitar Bulan Maret - April). Adapun acara pokok

dalam perayaan Paskah adalah pembersihan dan pembakaran semua ragi yang


(41)

kurban yang dilakukan di Bait Allah. Dan setelahnya diadakan perjamuan paskah

yang diadakan secara berkelompok (Prasetyantha, 2008: 22).

Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah)

Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum

perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah

perjamuan yang berisi doa syukur atas piala (Martasudjita, 2005: 273)

b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti Tak Beragi

Hari raya Paskah dan Roti Tak beragi memiliki sejarah yang sangat

panjang. Secara kronologis, umat Israel menempatkan titik awal terjadinya pada

peristiwa keluaran dari Mesir. Hari Raya Paskah dan Roti Tak Beragi

bersama-sama diberi nama perayaan Paskah. Perayaaan Paskah mempunyai akarnya pada

tradisi para gembala, sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar

pada perayaan di lingkungan para petani (Prasetyantha, 2008: 22). Bangsa Israel

menyatukan kedua perayaan itu dan memberi makna teologis yang khas bangsa

Israel.

c. Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus

Pada Zaman Yesus, Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan

Yahudi yang utama. Seperti sudah disebut di atas, Paskah dilaksanakan pada

tanggal 14 bulan Nisan. Pada pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi,


(42)

pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan

di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang

dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara

mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh

orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal

tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun

tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa.

Sesuai dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan

tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian

putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja

perjamuan yang berurkuran rendah (Prasetyantha, 2008:25).

Inilah kurang lebih gambaran dari perjamuan Paskah Yahudi di zaman

Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat

kita temukan pada Kel 12:1-13:6. Macam-macam makanan yang disantap di

dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya

dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (Eksodus). Anak domba Paskah

dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah

-rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak

suluh mereka (Kel 12:27). Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam

paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit melambangkan kondisi

perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir


(43)

dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa - gesa ketika bangsa Israel hendak

meninggalkan Mesir (Prasetyantha, 2008: 28).

d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus

Hari Kustono, Pr, dalam tulisannya yang terdapat di buku

Prasetyantha 2008:29, mengatakan bahwa awal berkembangnya jemaat Kristiani,

perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan

persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Selain itu

perjamuan Tuhan menjadi sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus

sang penebus. Perjamuan malam terakhir Yesus dengan para Rasul dikisahkan

dalam injil Sinopttik. Kisah tentang perjamuan malam terakhir dimulai dengan

pertanyaan para rasul kepada Yesus mengenai tempat untuk mengadakan

perjamuan Paskah bagi mereka. Dan dari jawaban Yesus dapat kita duga bahwa

tampakya Dia sudah merencanakan hal itu dan sudah menghubungi salah seorang

yang bersedia menyediakan tempat bagi mereka di dalam kota (Mat 26: 18)

e. Ekaristi menurut Pandangan Bapa – bapa Gereja

Santo Ignatius dari Antiokhia, ketika menulis sirat kepada umat

Philadelpia mengatakan:” berusahalah kalian untuk merayakan satu Ekaristi,

karena ini hanyalah tubuh Tuhan Kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk

persatuan dengan darah-Nya dan hanya satu Altar”(Martasudjita, 2005:249). Selain itu juga Santo Ignatius mengajarkan roti Ekaristi sebagai tubuh Tuhan


(44)

sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam Roti dan

anggur Ekaristi.

Santo Yustinus Martir (sekitar tahun 165) memandang Ekaristi sebagai

suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Bagi Yustinus Ekaristi adalah Kurban Rohani

Sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi

sebagai pujian Syukur merupakan jurban kepada Allah, kenangan akan

penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa

santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri

(Martasudjita, 2005: 250).

Menurut santo Ireneus Lyon (sekitar tahun 202), Ekaristi pertama-tama

adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas

penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi

adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi

orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus

(Martasudjita, 2005:250-251).

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

Ekaristi dalam pandangan Perjanjian Lama ialah Perayaan karya Keselamatan

Allah dalam suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang

berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan

(Paskah), yang dilakukan dengan mempersembahkan Roti tak Beragi dan

kambing atau domba ke dalam Bait Allah untuk dipersembahkan Oleh Imam,


(45)

disantap secara berkelompok. sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan

pandangan para Bapa Gereja dapat disimpulkan sebagai perayaan Syukur atas

karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri

Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama

dengan para Rasul, dan kenangan akan Penderitaan Yesus, akan penciptaan dan

penebusan, melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan

Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.

2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK)

Rubiyatmoko (2001:144) mengatakan bahwa dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK), sakramen Ekaristi dibicarakan cukup panjang lebar, yaitu 61 kanon (897 - 958). Pembahasan Sakramen Ekaristi dalam KHK dapat ditemukan

dalam judul buku III, buku IV tentang tugas Gereja yang menguduskan.

Sakramen Ekaristi merupakan sakramen ketiga dan terakhir untuk suatu inisiasi

kristiani yang penuh

Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus

Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja

selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan

Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh

ibadat dan kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan


(46)

Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua karya kerasulan gerejawi melekat

erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya.

Adapun isi kanon 897 meninjau Ekaristi dari dua aspek, yaitu aspek

teologis dan aspek Yuridis. Ditinjau dari aspek teologis, Ekaristi merupakan

puncak dan pusat seluruh kehidupan Kristiani, baik bagi Gereja universal

maupun bagi komunitas local umat beriman. Melalui ekaristi mengalirlah

kesejahteraan rohani Gereja, dalam arti bahwa melalui sakramen ini Kristus

sendiri memberikan kehidupan kepada manusia dan melalui Ekaristi pula

manusia disegarkan dan dikuduskan (PO, art. 5).

Rubiyatmoko (2001: 145) lebih lanjut menjelaskan bahwa bila ditinjau

dari aspek yuridis, Ekaristi merupakan salah satu unsur structural yang perlu dan

tak terelakkan bagi komunitas umat beriman. Kristus sendiri telah mengadakan

kurban Ekaristi dari tubuh dan darah-Nya sendiri dan telah mempercayakannya

kepada Gereja, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan kaurban salib-Nya.

Gereja tidak mungkin dipisahkan dari Ekaristi, Gereja mengungkapkan secara

penuh pengakuan imannya. Melalui Ekaristi, Gereja dibangun dan ditampakkan.

Karena itu terlibat dalam perayaan Ekaristi berarti terlibat dalam kehidupan dan

kesatuan Gereja Seluruhnya. Perayaan Ekaristi merupakan aktivitas Sakramental,

juga tindakan yuridis, karena mengungkapkan kesatuan sacramental dengan


(47)

Maka dari pengertian dan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa Ekaristi aadalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan,

menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang terwujud dalam

diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya.

3. Makna Sakramen Ekaristi

a. Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis - habisnya

Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas

kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam injil Yoh 13:1 yang

berbunyi”sementara itu sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa

saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia

senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi

sampai kepada kesudahannya”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih yang

sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-Murid-Nya tanpa batas dan menyanyangi

mereka samapai pada kesudahan dan rela memberikan nyawa-Nya demi

keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman.

Wafat Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada para

murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri

di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia

memiliki jiwa perngorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang


(48)

Yesus memberikan anugrah cinta kasih yang tanpa batas kepada para

murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan

keselamatan bagi semua orang. Oleh karena itu untuk mengenang anugrah-Nya

Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi

suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah

(Martasudjita, 2005: 295-296).

b. Ekaristi sebagai Perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah, umat dengan umat

Konsili vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah

(Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili vatikan II tentang Liturgi, 47). Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi

tempat untuk menngenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang

berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya( Martasudjita, 2005:297 - 298).

Pada zaman dulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling

mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah

(Grun, 1998:29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan

mengajak para Murid serta seluruh umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya

menjadi satu kesatuan keluarga besar. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah peduli

dengan umat dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan.


(49)

dengan orang lain. Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran,

kesembuhan dan kerinduan untuk bersatu dengan Allah.

Oleh karena itu umat yang menngikuti perjamuan/perayaan Ekaristii

diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia).

Koinonia adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam

terang Roh Kudus. Konstitusi dogmatis konsili vatikan II tentang Gereja (LG 7)

menyatakan demikian “ dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta

dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama – sama bersatu

dengan Dia dan bersatu antara kita”. Hal ini menjadi tempat persatuan antara

umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah

sendiri selalu hadir ditengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang

melibatkan kehadiranNya (Martasudjita, 2005: 358). Hal ini dapat kita lihat ketika

Tuhan Yesus bersabda “ sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu aku ada ditengah – tengah mereka (Matius 18:20).

c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datang-Nya Karunia Roh Kudus (Epiklese)

Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung ( DSA). Hal

ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana

dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang terjadi tidaklah datang begitu saja


(50)

Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang

beriman. Pada waktu perayaan Ekaristi yaitu saat DSA (Doa Syukur Agung)

Imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya menguduskan

persembahan yang berupa roti dan anggur melalui Roh-Nya agar menjadi Rubuh

dan darah Kristus. Disinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja dan

memberikan hidup bagi Umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Bekat karya

Roh Kudus rencana Keselamatan Allah sungguh – sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja (Martasudjita, 2005:357-358).

Epiklese bukan hanya sekedar doa permohonan untuk Roh kudus supaya

turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus.

Epiklese juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh

Kuduslah umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah

melalui tubuh dan darah Kristus. Maka dengan demikian umat yang telah

dikuduskan melalui karya Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan

Allah dan umat menjadi buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala

perbuatan yang baik (Martasudjita, 2005:358).

d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus

Di dalam injil Yohanes 1:39 Yesus bersabda:” Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu

mereka tinggal bersama - sama dengan Dia” Yesus mengundang para murid untuk tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu


(51)

dalam persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami,

merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus.

Maka dengan demikian para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal

bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan dalam

mewartakan kabar gembira keseluruh dunia (Martasudjita,2012:21).

Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam

Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti hidup ini

memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat

diajak untuk masuk dan bersatu di dalalm misteri Ekaristi, yakni mengenangkan

misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal bersama kristus terwujud

dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh

dan darah-Nya dalam komuni suci menjadi tanda bahwa kita” tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita, 2012:23)

e. Ekaristi sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam Menghadaapi Persoalan Hidup

Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekarisi

umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari – hari (Martasudjita, 2012:57). Sebagai orang Kristiani di dalam kehidupan sehari

– hari tentunya memiliki permasalahan hidup yang sangat Kompleks. Kita tentunya ingin keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk itulah


(52)

menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada.

Selain itu juga kita dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar

gembira dari Allah kepada seluruh bangsa khususnya sesama yang ada disekitar

kita. Untuk itulah kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan

Allah.

f. Ekaristi Sebagai sumber dan puncak Kehidupan Gereja

Martasudjita (2003; 297) mengatakan bahwa, Ekaristi tidak hanya pusat

seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja.

Dalam hal ini LG art 11 (Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili vatikan II tentang Gereja ) mengatakan demikian :

“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh

hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.”

Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani‟


(53)

memisahkan Ekaristi dengan Kehidupan sehari - hari. Hidup sehari – hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari

Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup

orang Kristiani dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi

juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang

kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi

sebagai puncaknya.

4. Unsur – unsur Sakramen Ekaristi

Sakramen Ekaristi memiliki Empat unsur utama, yaitu sarana yang

digunakan, rumusan doa yang diucapkan, pelaksana Sakramen, dan penerima

Sakramen ( www.carmelia.net).

a. Sarana yang digunakan

Sarana yang digunakan dalam perayaan Sakramen Ekaristi adalah roti dan

anggur. Penggunaan sarana ini bersumberkan pada tradisi, baik dari Perjanjian

Lama maupun Perjanjian Baru yang memiliki arti yang mendalam dalam

penggunaan roti dan anggur untuk acara ibadat.

Tanda ini pada jaman Perjanjian Lama, dipakai oleh Melkisedek yang

adalah raja dan imam. Dia membawa roti dan anggur sebagai tanda

persembahannya sendiri (Kej 14:18). Selain itu dalam Perjanjian Lama, roti


(54)

dari roti Sabda Allah (Ul, 8:3). Sedangkan pesta anggur dalam Perjanjian Lama,

mempunyai arti eskatologis, yaitu penantian mesianis akan pembangunan kembali

Yerusalem.

b. Rumusan Doa yang Diucapkan

Rumusan doa yang diucapkan yaitu yang terdapat dalam doa konsekrasi

dalam Perayaan Ekaristi: “Terimalah dan makanlah...” dan “Terimalah dan minumlah...” Pada waktu imam mengucapkan doa ini sambil mengangkat roti dan kemudian mengangkat piala yang berisikan anggur, saat itulah roti berubah

menjadi Tubuh Kristus dan anggur dalam cawan berubah menjadi Darah Kristus.

c. Pelaksana Sakramen

Pelaksana Sakramen disebut juga pelayan Sakramen. Mereka adalah para

Uskup dan Imam, yaitu yang sudah menerima Sakramen Imamat.

d. Penerima Sakramen

Siapakah penerima Sakramen? Penerima Sakramen adalah semua orang

Kristen Katolik yang sudah dibaptis. Identifikasi roti dengan Tubuh-Nya dan

anggur dengan Darah-Nya menunjukkan kehendak Yesus untuk hadir secara

nyata dalam roti dan anggur. Melalui Konsili Trente, perubahan dalam perayaan

Ekaristi ini dijelaskan dengan istilah transubstansiasi. Artinya dalam konsekrasi,

substansi atau bahan roti diubah ke dalam substansi Tubuh Kristus dan substansi


(55)

kekuatan Sabda-Nya dan karena kekuatan Roh Kudus, yang tidak berubah adalah

rupa, warna, berat, rasa, dan bentuk dari roti dan anggur itu.

Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ini dimulai dari saat konsekrasi dan

berlangsung selama rupa Ekaristi itu ada. Setiap rupa, baik roti maupun anggur,

dalam setiap bagiannya tercakup seluruh Kristus sehingga pemecahan roti tidak

membagi Kristus. Barang siapa menerima roti atau anggur berarti menerima

Kristus yang utuh.

5. Liturgi Sakramen Ekaristi

Misa adalah perayaan Ekaristi dalam ritus liturgi Barat dari Gereja

Katolik Roma, tradisi Anglo - Katolik dalam Gereja Anglikan, dan beberapa

Gereja Lutheran. Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang

secara harafiah berarti pergi berpencar atau diutus. Kata ini dipakai dalam

rumusan pengutusan dalam bagian akhir Perayaan Ekaristi yang berbunyi "Ite, missa est" (Pergilah, tugas perutusan telah diberikan) yang dalam Tata Perayaan Ekaristi di Indonesia dipakai rumu bsan kata-kata "Marilah pergi kita diutus.

Adapun tata liturgi Perayaan Ekaristi menurut TPE (Tata Perayaan


(56)

PEMBUKAAN • Lagu Pembukaan

• Pemberian Salam dengan kata pembukaan

• Pernyataan Tobat dengan: “Tuhan kasihanilah kami”

• Doa Kemuliaan (peringatan hari besar)

• Doa Pembukaan

LITURGI SABDA

• Bacaan I (Perjanjian Lama) ; ( Bacaan harian )

• Mazmur Tanggapan

• Bacaan II (Perjanjian Baru) ; ( hari Minggu / hari Raya )

• Alleluia dengan Bait pengatar Injil

• Bacaan III (Injil)

• Homili

• Aku Percaya

• Doa Umat

LITURGI EKARISTI • I. Persembahan

Mempersiapkan Persembahan (kolekte dan arak-arakan)

Doa Persembahan

• II. Doa Syukur Agung Prefasi denga Kudus


(57)

Doa Ekaristi (dengan Konsekrasi dan Anamnese)

• III. Komuni Doa Bapa Kami

Salam Damai

Anak Domba Allah (dengan pemecahan Hosti)

Menyambut Komuni

Syukur

Doa sesudah Komuni

PENUTUP • Pengumuman

• Pengutusan

C. Perkembangan Hidup Rohani 1. Pengertian Hidup Rohani

Kata Rohani berasal dari kata Ibrani “ ruah” yang berarti nafas. Adanya hidup dalam tubuh manusia sering dihubungkan dengan adanya nafas sehingga

manusia sebagai mahluk rohani berarti manusia sanggup berhubungan dengan

Sang Sumber hidupnya. Makna rohani lebih dipusatkan pada kesanggupan untuk

berhubungan dengan Tuhan atau menyadari kehadiran Yang Ilahi dalam

hidupnya. Oleh karena itu manusia dipanggil untuk mengenal Dia yang hadir


(58)

“Roh”(Spirit). Roh mengacu pada keseluruhan diri sejati. Diri kita tercermin

dalam sikap dan relasi terhadap Tuhan. Aspek rohani menyangkut segala sesuatu

yang bersifat “Immaterial” dan tak terlihat secara fisik, karena itu kehidupan

Rohani menyangkut sikap hati, jiwa atau roh secara keseluruhan terhadap Tuhan

(Hidya Tjahya, 2011:60)

Hidup Rohani merupakan relasi Pribadi dengan Tuhan (Hidya Tjahya,

2011:62), karena itu, tanggungjawab setiap pribadi untuk menjalin relasi yang

terus menerus dengan Tuhan, karena pada akhirnya setiap pribadi harus

mempertanggungjawabkan hidup rohaninya kepada Tuhan. Hidup Rohani

merupakan sebuah relasi kasih dengan Tuhan sehingga perlu mengutamakan

Tuhan dan kasih-Nya, karena Tuhan adalah pencipta dan mahakuasa.

Maka Hidup Rohani merupakan salah satu aspek terpenting dalam

kehidupan manusia karena menyangkut tujuan hidup manusia di dunia. Hidup

rohani menjadi landasan kehidupan manusia. Hidup Rohani adalah hidup yang

pada dasarnya merupakan dialog terus menerus antara Allah dan pribadi manusia

secara pribadi. Dialog tersebut dapat dilakukan melalui Perayaan Ekaristi, Doa,

Refleksi,bacaan Rohani, Doa Rosario dan segala kegiatan dilakukan umat


(59)

2. Aspek – aspek hidup Rohani

Hidup Rohani merupakan suatu proses yang perlu diperjuangkan

terus-menerus oleh setiap orang Kristen agar bertumbuh dan berkembang dalam

mencapai kesempurnaan hidup. Dalam memperjuangkan kematangan hidup

rohani, setiap pribadi hendaknya selalu mengandalkan Roh Allah untuk

membimbing dan menyertainya. Agar dapat memperjuangkan dan

mengembangkan kematangan hidup rohani, maka dapat dilakukan dengan cara

Adorasi Ekaristi, melatih hidup doa, Refleksi, Bacaan Rohani, Devosi, Doa

Rosario;

a. Adorasi Ekaristi

Adorasi atau pujian kepada sakramen Mahakudus merupakan praktek

devosi sembah sujud di hadapan sakramen Mahakudus. Pentahtaan sakramen

Maha kudus muncul hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk

memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus (Martasudjita,

2005:424).

Tujuan adorasi kepada sakramen Mahakudus ialah sembah sujud kepada

Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi dan sekaligus untuk menyatukan

hati dengan Yesus yang hadir dalam sakramen Mahakudus. Namun perlu disadari

bahwa puncak kesatuan dengan Tuhan yang hadir dalam Ekaristi pertama-tama

terjadi dalam Komuni Kudus saat perayaan Ekaristi. Dan bilamana kaum

Beriman menghormati Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus,


(60)

b. Hidup Doa

Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada

Tuhan, menyatakan diri sebagai anak Allah dan mengakui Allah sebagai Bapa.

Doa pertama – tama adalah suatu peryataan iman di hadapan Allah maka doa tidak pernah dilepaskan dari kehidupan sehari - hari dan dari hidup bersama

dengan orang lain (KWI, 1996 : 194 ).

Philomena Agudo (1998: 177) mengatakan bahwa hidup doa berarti

kebiasaan rutin berdoa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaraan karena

percaya akan cinta dan belas kasih Tuhan. Sedangkan Darminta (2006a:92)

mengatakan bahwa hidup dan hidup doa merupakan warna hidup jiwa atau batin

seseorang yang akan terungkap dalam bahasa perbuatan (Yak 2:1-26). Ada

hubungan antara hidup doa dan hidup iiman, yang tidak hanya ditentukan oleh

kekhusukkan dalam berdoa, tetapi tindakan kongkrit apa yang dilakukan sebagai

buah dari hidup doa.

Doa berarti bersatu dengan Tuhan, mendekatkan diri pada Tuhan dan

menjalin hubungan dengan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan dalam doa disadari

sebagai hal yang penting dalam hidup, khususnya dalam mengolah pengalaman

hidup. Namun dalam kenyataannya kesadaran akan pentingnya doa tidak selalu


(61)

c. Bacaan Rohani

Bacaan Rohani merupakan salah satu sumber hidup rohani. Tulisan

-tulisan dalam bacaan rohani sangat inspiratif dan menarik baik itu pengalaman

yang dialami oleh pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain yang

membantu untuk memperkembangkan hidup rohaninya (Darminta, 2007 : 19)

d. Devosi

Martasudjita (199:143) Kata Devosi berasal dari bahasa Latin devotion ( dari kata kerja: devovere), yang berarti „kebaktian, pengorbanan, penyerahan,

sumpah, kesalehan, cinta bakti. Maka menurut arti katanya, devosi menunjuk

sikap hati dan perwujudannya. Artinya seseorang mengarahkan diri kepada

sesuatu yang dijungjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi Kristiani devosi

dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman Kristiani di luar

Liturgi resmi. Devosi dimengerti sebagai praktek ungkapan iman umat yang

spontan dan lebih bebas serta dapat dibawakan secara pribadi ataupun bersama.

e. Doa Rosario

Secara harafiah Rosario berarti karangan bunga mawar, entah

merah,putih, atau putih.

Oleh karena itu sebagai Pewarta tentunya, tidak boleh lupa peran bunda

Maria. Sebagai pewarta tentunya kita harus menyatu dengan bunda Maria dalam

devosi doa Rosario. Menyatu dengan Bunda Maria secara terus menerus


(62)

dengan yang tertulis di dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK, kan 662. 4) yang

isinya sebagai berikut; “Memelihara devosi khusus kepada santa perawan Bunda Allah, teladan dan pelindung segenap hidup bakti dengan berdia Rosario”.

Para Mahasiswa IPPAK, adalah calon Katekis. Mereka merupakan

orang-orang yang terpanggil untuk mewartakan kerajaan Allah, Mereka disiapkan

menjadi pewarta yang sejati. Menjadi pewarta, yang dibutuhkan pertama-tama

ialah membiasakan diri melatih diri untuk mengembangkan hidup rohaninya

dengan doa, khususnya ketika merayakan perayaan Ekaristi dengan menyambut

Kristus melalui Komuni suci. Melalui Komuni suci yang mereka sambut

hendaknya mereka mengalami kehadiran Kristus dan buahnya mereka pun juga

mewartakan kehadiran Kristus melalui tugasnya sehari – hari. Hendaknya pula para mahasiswa IPPAK, sebagai calon katekis membiasakan berdoa kepada

Kristus dan menyerahkan seluruh hidupnya kedalam tangan

penyelenggaraan-Nya.

D. Buah Hidup Rohani dalam Tugas Perutusan Gereja

Pada bagian atas telah dijelaskan aspek – aspek yang dapat mendukung untuk mengembangkan hidup Rohani setiap orang (mahasiswa IPPAK), sebagai

calon Katekis. Aspek – aspek itu antara lain; adorasi Ekaristi, melatih Hidup doa, pertobatan secara terus menerus, devosi, doa Rosario dan lain sebagainya.

Melalui aspek – aspek tadi diharapkan setiap pribadi dapat bertumbuh hidup Rohaninya dan memiliki kekuatan hidup. Sehingga dapat bersaksi dan


(63)

diwujudnyatakan dalam hidup sehari – hari dalam tugas perutusan Gereja ditengah – tengah Masyarakat.

Setiap Umat Kristiani dipanggil untuk turut serta dalam tugas perutusan

Gereja, melalui baptisan setiap pribadi mendapat hak menjadi anak Allah. Warga

Gereja ikut terlibat mewujudkan kerajaan Allah. Allah mendatangi umatnya

dengan menyatakan diri-Nya, dan menyatakan keselamatan-Nya. Wahyu Allah

sampai kepada manusia, dan manusia menanggapinya. Tanggapan inilah yang

menjadi jawaban manusia atas sapaan Allah sendiri. Manusia bertemu dengan

Allah melalui sabda - sabda, dan di dalam perjumpaan itu manusia mengimani

Allah. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak

terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan

memanggilnya (KWI 1996:129). Yang diimani adalah Yesus yang telah

menderita, wafat dan bangkit dari alam maut. Iman ini membawa manusia untuk

ikut ambil bagian dalam mewartakan kerajaan Allah melalui tugas perutusan

Gereja.

1. Bidang Liturgi

Berhadapan dengan keterbatasan daya pikir manusia dalam suatu

masyarakat yang menekankan kebebasan, Gereja dipanggil untuk menciptakan

tempat dan kesempatan, dalam kehidupan dan sejarah, setelah ditebus dan

diselamatkan, dirayakan, diangkat, dan dijadikan proyek serta perwujudan


(1)

Ekaristi, Devosi, Refleksi,

doa

Rosario,

bacaan Rohani,

dll

t4

Sebelum merayakan Ekaristi, saya selalu menyediakan

diri

membaca bacaan Rohani

V

15 Selain perayaan

Ekaristi,

saya mengembangkan hidup

rohani dengan berdevosi

V

16 Saya senantiasa

doa

Rosario,

untuk

mengembangkan

hidup rohani

\,/

l7

Melalui Komrrni

Suci yang

saya sambut

dalam

Ekaristi. saya merasakan Kehadiran Kristus

V

l8

Melalui Ekaristi

yang

saya

sambut, saya siap

untuk bersaksi

di

tengah

-

tengah

umat

dalam

kehidupan sehari-hari

19

Melalui Ekaristi

yang saya

rayakan,

saya dapat hidup bersaudara dengan siapa pun

20

Melalui

perayaan

Ekaristi

saya diajarkan

untuk

selalu

berssyukur dan berterimakasih (Bidang

Liturgia)

r/

2l

Buah dari Ekaristi yang saya sambut, dapat mendorong saya

melayani

sesama dengan

rendah

hati

(

Bidang Diakonia)

22

Buah dari

Ekaristi

yang

saya sambut, saya dipanggil untuk

memberikan

kesaksian (Bidang

martirya)

23 Buah daru

Ekaristi

yang saya sambut, saya dipanggil

untuk

memberikan kesaksian

akan

persaudaraan dan persatuan

yang

didasari

oleh cinta Kasih

(

Bidang

(3)


(2)

Koinonia )

24

Sebagai

seorang

calon

katekis,

saya

senantiasa mengolah

hidup

Rohani dengan merayakan Ekaristi

25 Sebagai

calon

katekis, saya dengan setia dan sepenuh

hati

membiasakan

diri untuk

merayakan

Ekaristi harian maupun mingguan

26 Sebagai

calon katekis, ekaristi

merupakan

sebuah

kebutuhan rohani dan sumber kekuatan hidup

V

z',/ Sebagai

caion

katekis saya terlebih ciahuiu mengalami kegembiraan dan

diwartai

oleh-Nya

melalui

perayaan Ekaristi

28

Melalui

perayaan

Ekaristi,

saya

merasakan kehadirannya dalam

roti

dan anggur yang saya santap.

Sehingga

Panggilan

saya

sebagai

seorang

katekis

semakin diteguhkan

V

29

Dengan

merayakan

Ekaristi

harian/mingguan

saya

memiliki

spiritualitas

yang

menjadi kekuatan

dalam mewartakan karya keselamatan

Allah

30 Sebagai

calon

Katekis,

melalui

perayaan

Ekaristi

yang saya

rayakan,

saya senantiasa siap

diutus

dan

terlibat

di dalam Gereja, Lingkungan dan Masyarakat

,

8g)


(3)

Identitas

Responden Nama

lvlahasiswa

'

.\-hrqECInkhd5 VaS

r-\

\

NIM

:

\qnZqo 9t4

Angkatan

:

ZO

Lr1

Petunj uk Pengisian An gket

l.

Bacalah dengan

seksama pernyataan-pernyataan

yang tersedia sebelum

anda menjawab

2.

Ada

lima

alternatif jawaban yang tersedia

untuk

menjawab

pertanyaan

yang terdapat dalam table antara

lain:

SS:SangatSetuju

N

:Netral

S

:

Setuju

STS

: Sangat

Tidak

Setuju

TS

:

Tidak

Setuju

Silahkan

memilih

alternatif

jar,vaban

yang

sesuai dengan keadaan atau

situasi

yang anda rasakan atau

alami

dengan memberi tanda

centang

(r/) pada

kolorn yang

anda

pilih.

Misalnya saya

tidak

suka

Misa

N

o

Pernyataan SS S TS N STS

I

Sebagai

calon Katekis, saya

malas merayakan Ekaristi

./

(1)

r_$t)

NO

Pernyataan SS S TS

N

STS

I

Sakramen

dalam Gereja

melambangkan

dan

mengungkapkan

karya

penyelamatan

Allah

dan

pengal aman dasari ah manusi a yan g di sel amatkan

\/

2 Sakramen

Ekaristi

adalah sebuah perayaan

syukur

dan sumber serta puncak seluruh kehidupan

kristiani

\/


(4)

J Sakramen Ekaristi adalah suatu perayaan Syukur

untuk

mengenangkan,

menghadirkan,

menghayati,

akan

karya

keselamatan

Allah

yang terwujud dalam diri

Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salibnya

(

4

Ekaristi

sebagai

ungkapan

cinta Kasih

Yesus

yang sehabis-habisnya

5

Ekaristi

memberikan kedamaian

kesadaran,

kesembuhan, dan

kerinduan

untuk

bersatu dengan

Allah

6

Ekaristi

memampukan

kita

untuk

tinggal

dalam Kristus dan Kristus tinggal

di

dalarn

Kita

7

Ekaristi

sebagai sumber

untuk

memperoleh kekuatan hidup dan menghadapi persoalan hidup

8 Saya

mengerti

dan

rnenyadari akan

tata

cara

liturgi

dalam perayaan

Ekaristi

9 Saya datang

lebih awal

saat merayakan

Ekaristi

dan

pulang setelah berkat penutup

v

l0

Dengan merayakan

Ekaristi hidup

Rohaniku semakin berkembang

l1 Saya mengembangkan

hidup rohani

dengan berdialog kepada

Allah

melalui perayaan

Ekaristi

12 Adorasi

Ekaristi

adalah sarana

untuk

mengembangkan

hidup Rohani

V

l3

Sebagai

calon

pewarta

saya

senantiasa

mengembangkan

hidup

Rohani

dengan

adorasi

V


(5)

Ekaristi, Devosi, Refleksi,

doa

Rosario,

bacaan Rohani,

dll

t4

Sebelum merayakan

Ekaristi,

saya selalu menyediakan

diri

membaca bacaan Rohani

l5

Selain perayaan

Ekaristi,

saya mengembangkan hidup

rohani dengan berdevosi

V

l6

Saya senantiasa

doa Rosario,

untuk

mengembangkan hidup rohani

t7

Melalui

Komuni Suci yang

saya sambut

dalam Ekaristi, saya merasakan Kehadiran Kristus

l8

Melalui

Ekaristi yang

saya

sambut,

saya

siap

untuk bersaksi

di

tengah

-

tengah

umat

dalam

kehidupan sehari-hari

l9

Melalui Ekaristi yang

saya rayakan, saya dapat hidup bersaudara dengan siapa pun

20

Melalui

perayaan

Ekaristi

saya diajarkan

untuk

selalu berssyukur dan berterimakasih (Bidang

Liturgia)

2't Buah dari Ekaristi yang saya samhut, dapat mendorong saya

melayani

sesaina dengan rendah

hati

(

Bidang Diakonia)

22 Buah

dari

Ekaristi

yang

saya sambut, saya

dipanggil

untuk

memberikan

kesaksian (Bidang martrrya)

,l

23 Buah daru

Ekaristi

yang saya sambut, saya

dipanggil

untuk memberikan

kesaksian akan persaudaraan dan persatuan

yang didasari

oleh cinta Kasih

(

Bidang


(6)

Koinonia )

24

Sebagai

seorang

calon

katekis,

saya

senantiasa mengolah

hidup

Rohani dengan merayakan Ekaristi

V

25 Sebagai

calon

katekis, saya dengan setia dan sepenuh

hati

membiasakan

diri

untuk

merayakan

Ekaristi harian maupun mingguan

26

Sebagai

calon katekis, ekaristi

merupakan

sebuah

kebutuhan rohani dan sumber kekuatan

hidup

v

21 Sebagai

caion

katekis saya terlebrh dahuiu mengaiami kegembiraan dan

diwartai

oleh-Nya melalui

perayaan

Ekaristi

v

28

Melalui

perayaan

Ekaristi,

saya

merasakan kehadirannya dalam

roti

dan anggur yang saya santap.

Sehingga

Panggilan

saya

sebagai seorang

katekis semakin diteguhkan

V

29

Dengan

merayakan

Ekaristi

harian/mingguan

saya

memiliki

spiritualitas yang menjadi

kekuatan

dalam mewartakan karya keselamatan

Allah

30 Sebagai

calon

Katekis,

melalui

perayaan

Ekaristi

yang saya

rayakan,

saya senantiasa siap

diutus

dan terlibat

di dalam Gereja, Lingkungan dan Masyarakat

V

\,a1/


Dokumen yang terkait

Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis.

1 36 153

Pengaruh pelatihan teater rakyat terhadap kemampuan public speaking mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai faktor penting dalam proses berkatekese.

1 11 156

Pengaruh mata kuliah program pengalaman lapangan pendidikan Agama Katolik paroki terhadap panggilan mahasiswa menjadi seorang Katekis di program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3 45 136

Pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2009-2012.

0 5 141

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penghayatan sakramen tobat terhadap penghayatan tugas pewartaan mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 138

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230

Pembinaan spiritualitas di program studi IImu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai upaya membantu mahasiswa dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis - USD Repository

0 2 167